Maulid Nabi
Pandangan Muhammadiyah Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Bid'ah?
Pandangan Muhammadiyah Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Bid'ah?
POS-KUPANG.COM - Pandangan Muhammadiyah Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Bid'ah?
Bulan Rabiul Awal merupakan salah satu bulan yang sangat dihormati umat Islam.
Di bulan Rabiul Awal ini terdapat hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW di setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan tahun Hijriyah.
• Gatot Nurmantyo Temui Anak Buah Megawati, Tepis Dicopot karena Perintah Tonton Film G30S/PKI
• TERBONGKAR! Pantas Kekayaan Polisi Ini Capai Rp 141,2 Triliun, Ternyata Begini Cara Kumpulkan Harta
• 3 Shio Paling Beruntung Besok Sabtu 26 September 2020, Shio Kuda Kecipratan Duit Atasan
• Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Magrib, Qabliyah dan Ba’diyah, Lengkap Wirid Setelah Salat Maghrib
• Oknum Dokter Mesum Ditangkap, Palsukan Dokumen Rapid Tes hingga Dugaan Pemerasan
Lantas bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap peringatan atau perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini?
Ditukil dari tarjih.or.id, ada sebuah pertanyaan dari umat tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini.
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Di kampung kami ada yang menyelenggarakan Maulid Nabi tapi ada sebagian yang mengatakan tidak perlu diselenggarakan. Bagaimana menurut Majelis Tarjih mengenai hal ini?
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Jawaban:
Pertanyaan tentang penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw seperti yang saudara sampaikan pernah ditanyakan dan telah pula dijawab oleh Tim Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah.
Untuk itu, kami sarankan saudara membaca kembali jawaban-jawaban tersebut, yaitu terdapat dalam buku Tanya Jawab Agama terbitan Suara Muhammadiyah Jilid IV, Cetakan Ketiga, halaman 271-274, Majalah Suara Muhammadiyah No. 12 Tahun Ke-90 16-30 Juni 2005 dan juga di Majalah Suara Muhammadiyah No. 1 Tahun Ke-93 1-15 Januari 2008.
Namun demikian, berikut ini akan kami sampaikan ringkasan dari dua jawaban yang telah dimuat sebelumnya tersebut.
Pada prinsipnya, Tim Fatwa belum pernah menemukan dalil tentang perintah menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw, sementara itu belum pernah pula menemukan dalil yang melarang penyelenggaraannya.
Oleh sebab itu, perkara ini termasuk dalam perkara ijtihadiyah dan tidak ada kewajiban sekaligus tidak ada larangan untuk melaksanakannya.
Apabila di suatu masyarakat Muslim memandang perlu menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw tersebut, yang perlu diperhatikan adalah agar jangan sampai melakukan perbuatan yang dilarang serta harus atas dasar kemaslahatan.
Perbuatan yang dilarang di sini, misalnya adalah perbuatan-perbutan bid’ah dan mengandung unsur syirik serta memuja-muja Nabi Muhammad saw secara berlebihan, seperti membaca wirid-wirid atau bacaan-bacaan sejenis yang tidak jelas sumber dan dalilnya.
• Gatot Nurmantyo Temui Anak Buah Megawati, Tepis Dicopot karena Perintah Tonton Film G30S/PKI
• TERBONGKAR! Pantas Kekayaan Polisi Ini Capai Rp 141,2 Triliun, Ternyata Begini Cara Kumpulkan Harta
• 3 Shio Paling Beruntung Besok Sabtu 26 September 2020, Shio Kuda Kecipratan Duit Atasan
• Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Magrib, Qabliyah dan Ba’diyah, Lengkap Wirid Setelah Salat Maghrib
• Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Magrib, Qabliyah dan Ba’diyah, Lengkap Wirid Setelah Salat Maghrib
Nabi Muhammad saw sendiri telah menyatakan dalam sebuah hadis:
عَنْ عُمَرَ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
[رواه البخاري ومسلم]
Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda: Janganlah kamu memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada saya secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani yang telah memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada Isa putra Maryam. Saya hanya seorang hamba Allah, maka katakan saja hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Adapun yang dimaksud dengan kemaslahatan di sini, adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang dipandang perlu diselenggarakan tersebut harus mengandung manfaat untuk kepentingan dakwah Islam, meningkatkan iman dan taqwa serta mencintai dan meneladani sifat, perilaku, kepemimpinan dan perjuangan Nabi Muhammad saw.
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara menyelenggarakan pengajian atau acara lain yang sejenis yang mengandung materi kisah-kisah keteladanan Nabi saw.
Allah SWT telah menegaskan dalam al-Qur’an, bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah sebaik-baiknya suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. al-Ahzab (33): 21]
Wallahu a’lam bish-shawab. *amr)
Sejarah peringatan Hari Raya Maulid Nabi Muhammad SAW
Arti makna dan hikmah maulid nabi besar Muhammad saw menjadi penting untuk dikaji, ditelaah dan diselami agar perayaan dan tradisi untuk memperingati kelahiran baginda Nabi Muhammad tidak sebatas pada seremonial belaka, tetapi mengandung makna yang filosofis-substantif.
Kata maulid sama artinya dengan milad yang diambil dari bahasa Arab dengan arti: “hari lahir”. Peringatan terhadap kelahiran baginda Nabi Muhammad ternyata bukanlah tradisi yang ada ketika rasul hidup.
Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini, Senin 19 November 2018, Taurus Dapat Kabar Baik
Perayaan ini menjadi tradisi dan berkembang luas dalam masyarakat dan kehidupan umat Islam dari berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, jauh sesudah Rasulullah Muhammad saw wafat.
Jadi, selama rasul hidup ternyata tidak ada namanya tradisi maulid nabi, bahkan pada zaman sahabat sekalipun. Lantas, bagaimana sejarah dan asal usul adanya tradisi maulid nabi besar Muhammad saw?
Peringatan itu kali pertama dilakukan Raja Irbil yang saat ini berada di wilayah Irak, yakni Muzhaffaruddin al kaukabri pada sekitar abad ke-7 hijriah.
Perayaan itu dilakukan pada bulan Rabi’ul Awal dan dirayakan secara besar-besaran. Tradisi ini kemudian berkembang pesat dan luas di seluruh dunia hingga Indonesia.
Bisa dibayangkan, pada zaman rasul, sahabat dan sesudahnya ternyata peringatan maulid nabi tidak ada. Setelah selang waktu sekitar 600 hingga 700 tahun kemudian, tradisi itu muncul.
Karena itu, jika tidak mengerti arti, makna dan hikmah maulid besar nabi Muhammad saw justru menimbulkan “hura-hura” seremonial saja tanpa ada makna yang substantif.
Karena itu, redaksi Islamcendekia.com mencoba untuk menyelami apa sih arti makna dan hikmah maulid besar nabi Muhammad saw sesungguhnya?
Baca: Bagaimana Cara Pasanganmu Mengelola Keuangan, Intip Zodiaknya dan Temukan Jawabannya
* Arti Maulid Nabi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, maulid sama halnya dengan milad yang artinya hari lahir. Jadi, maulud nabi bisa diartikan sebagai hari lahir baginda rasulullah Muhammad saw.
Seperti hari kelahiran pada umumnya yang dirayakan dengan ulang tahun atau birthday, maulid nabi dirayakan dengan tujuan memperingati ulang tahun kelahiran tokoh besar umat Islam, yakni Muhammad Saw.
* Makna Maulid Nabi
• Paket Internet Murah dari PLN, Hanya Rp 89 Ribu Dapat 5 MBPS Kuota Unlimited
• Gatot Nurmantyo Temui Anak Buah Megawati, Tepis Dicopot karena Perintah Tonton Film G30S/PKI
• 3 Shio Paling Beruntung Besok Sabtu 26 September 2020, Shio Kuda Kecipratan Duit Atasan
Dengan adanya seremonial maulid nabi, umat Islam diharapkan bisa mengingat kembali betapa gigih perjuangan rasul dalam merintis dan mengembangkan ajaran Islam di tengah tradisi dan budaya Arab yang waktu itu dalam keadaan jahiliyah.
Satu hal yang harus dilakukan umat Muslim ketika merayakan maulid nabi adalah meneladani sikap dan perbuatan, terutama akhlak mulia nan agung dari baginda nabi besar Muhammad saw.
Bukan hanya seremonial belaka, perayaan itu mestinya diresapi dalam hati yang begitu dalam dan mencoba untuk meneladani dan mempraktikkan akhlak mulia dari nabi.
Saat melontarkan pujian-pujian dan sholawat yang begitu menggebu-gebu, hendaknya tidak hanya ditujukan kepada fisik maupun keduniawiannya saja tetapi juga akhlak nabi yang begitu agung dan mulia.
Dalam hal ibadah, akhlak mulia dan agung dari nabi itulah yang harus ditiru, dicontoh dan diteladani. Padahal kita tahu, Islam sebagai agama yang dibawa nabi Muhammad adalah rahmatan lil alamin.
Artinya, Islam membawa rahmat bagi alam semesta, bukan hanya umat Muslim saja atau manusia saja, tetapi semua makhluk seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alamnya.
* Hikmah Maulid Nabi
Terkadang seremonial itu perlu. Hal ini untuk mengingatkan kembali tentang betapa hebat perjuangan beliau dan akhlak serta moralitas beliau.
Manusia itu tempatnya lupa. Meski setiap hari sholawat, tetapi kalau hati tidak meresapinya pasti lupa dengan makna substantif dari shalawat.
Dengan adanya maulid, manusia atau umat Muslim diharapkan bisa tergugah kembali untuk selalu berikhtiar secara konstan dalam meneladani dan mengamalkan ajaran-ajaran serta akhlak baginda nabi Muhammad saw.
Demikian sekelumit artikel seputar arti, makna dan hikmah maulid nabi besar Muhammad saw. Semoga bermanfaat. Amien.
10 Keistimewaan Rabiul Awal, bulan kelahiran Rasul
Umat Muslim memperingati hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan tahun Hijriyah.
Pada tahun 1441 Hijriyah ini, 12 Rabiul Awal jatuh pada hari Sabtu (9/11/2019).
Lalu bagaimana sejarah kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW.
Berikut kisahnya:
Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah ('am al-fil).
Ia lahir dari seorang ibu bernama Sayyidah Aminah dan ayah Abdullah.
Namun, sang ayah meninggal dunia saat Muhammad masih ada dalam kandungan.
Menurut hadits riwayat Imam Ibnu Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas, Rasulullah dilahirkan pada malam yang tenang:
وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ
“Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awwal, Tahun Gajah.” (Imam Ibnu Hisyam, juz 1, hlm 183).
Sebelum Muhammad dilahirkan, perasaan Aminah begitu tenang dan damai, terutama 12 hari sebelum kelahiran.
Aminah juga mengalami beberapa kejadian mengagumkan jelang kelahiran Rasul.
• Agen Terbaik Amerika Tenggelam di Laut China Selatan, Hilang Saat Melacak Kekuatan Militer China
• Paket Internet Murah dari PLN, Hanya Rp 89 Ribu Dapat 5 MBPS Kuota Unlimited
• TERBONGKAR! Pantas Kekayaan Polisi Ini Capai Rp 141,2 Triliun, Ternyata Begini Cara Kumpulkan Harta
Ini seperti dijelaskan dalam kitab An-Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Alam karya Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Haitami Asy-Syafii, sebagaimana diuraikan buku Happy Birthday Rasulullah.
Melansir TribunJogja.com, berikut adalah 12 peristiwa mengagumkan itu.
1. Pada malam tanggal pertama Rabi’ul Awwal, Aminah mendapatkan kedamaian dan ketenteraman dari Allah, sehingga merasa begitu tenang dan damai.
2. Malam tanggal kedua, Aminah menerima seruan berita dari Allah bahwa ia akan segera mendapatkan anugerah yang agung dan mulia.
3. Malam ketiga, Aminah kembali menerima pesan dari Allah bahwa ia sebentar lagi akan melahirkan nabi paling agung dan mulia, Nabi Muhammad saw.
4. Malam keempat, suara dzikir malaikat terdengar jelas hingga ke telinga Aminah.
5. Malam kelima, Aminah mimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim.
Dalam mimpi itu, Ibrahim meminta Aminah untuk bergembira karena akan melahirkan nabi pemilik kemuliaan.
“Bahagialah engkau, wahai Aminah dengan lahirnya Nabi yang agung ini, Nabi pemilik cahaya yang terang benderang, Nabi pemilik keutamaan, Nabi pemilik kemuliaan, dan Nabi pemilik segala bentuk pujian,” kata Nabi Ibrahim kepada Aminah.
6. Malam keenam, Aminah melihat cahaya memenuhi sudut-sudut alam semesta, hingga tidak ada kegelapan.
7. Pada malam ketujuh, Aminah melihat malaikat berbondong-bondong mendatangi rumahnya.
Mereka menyampaikan kabar gembira bahwa waktu kelahiran Rasulullah semakin dekat.
8. Malam kedelapan, Aminah mendengar berita yang menyerukan kepada seluruh penghuni alam, untuk berbagi karena kelahiran Rasulullah semakin dekat.
9. Di malam kesembilan, Aminah merasakan ketenangan dan kedamaian, sehingga tidak merasa sedih sedikit pun.
10. Malam kesepuluh, Aminah melihat tanah Mina dan Khaif bergembira menyambut kelahiran Muhammad.
11. Malam ke-11, Aminah melihat seluruh penghuni langit begitu senang menyambut detik-detik kelahiran sang Rasul.
12. Malam-12, Aminah yang ada di rumah melihat langit begitu cerah.
Awalnya ia menangis tersedu-sedu karena sendirian di rumah.
Saat itu, Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, sedang bermunajat di Ka’bah.
Namun saat proses persalinan tiba, Allah mengutus empat wanita utama untuk menemani Aminah selama proses melahirkan.
Mereka adalah Hawa istri Nabi Adam, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Maryam binti Imran ibunda Nabi Isa.
Dalam kitab tersebut juga disebutkan bahwa bumi bergetar hebat dan seluruh langit dipenuhi cahaya terang setelah Rasulullah dilahirkan.
Istana Kisra berguncang dahsyat sehingga menyebabkan 14 balkonnya roboh.
Api abadi yang disembah oleh umat Majusi juga diriwayatkan padam.
Ka’bah pun disebutkan ikut bergetar selama tiga hari karena bahagia menyambut kelahiran Nabi.
10 Keutamaan Rabiul Awal
Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang sangat dimuliakan oleh para kaum muslimin diseluruh dunia.
Di bulan ini yaitu bulan Rabiul Awal merupakan terjadi peristiwa lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah.
Lalu pada tanggal 17 Rabiul Awal ini merupakan hari ketika peristiwa Rasulullah hijrah atau meninggalkan Kota Mekkah menuju Kota Madinah.
Terakhir pada 27 Rabiul Awal adalah tanggal wafatnya Rasulullah SAW.
Sebegitu pentingnya bulan Rabiul Awal ini bagi umat Islam hingga memiliki banyak keutamaan.
Berikut 10 keutamaan Rabiul Awal seperti dilansir dalamislam :
1. Bulan Lahirnya Pemimpin Rahmatan Lil’ Alamin
Bulan Rabiul Awal merupakan bulan bersejarah bagi umat Muslim khususnya pada hari Senin bulan Rabiul Awal pada Tahun Gajah.
Tanggal ini tercatat dalam sejarah akan lahirnya pemimpin seluruh umat Muslim yang menjadi Rahmatan Lil’ alamin atau rahmat untuk seluruh alam semesta dan beliau adalah baginda Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta”. [QS Al-Anbiya ayat 107].
2. Kelahiran dan Wafat Rasulullah SAW
Bulan Rabiul Awal juga menjadi bulan yang mulia karena terjadi dua peristiwa sekaligus yang sangat penting yaitu orang yang sangat mulia sudah dilahirkan ke dunia dan juga Allah SWT yang mengambil arwah suci dari Rasulullah SAW.
3. Bulan Disunnahkan Memperbanyak Shalawat
Bulan Rabiul Awal atau juga disebut dengan bulan mulud merupakan bulan yang sering digunakan untuk memperbanyak baca shalawat dan juga salam pada Rasulullah SAW.
Manfaat shalawat narriyah bertujuan untuk membuat hidup menjadi baik selama di dunia maupun di akhirat sehingga mendapatkan syafa’at dan juga berkah dari Rasulullah SAW.
4. Memiliki Banyak Berkah
Bulan Rabiul Awal juga menjadi bulan yang bisa dimanfaatkan untuk sarana sekaligus media berkumpul bersama dengan sesama umat Islam di masjid ataupun majelis majelis dan beberapa tempat lainnya.
Ini bertujuan tidak lain tidak bukan adalah untuk menanam, memupuk dan lebih menumbuhkan rasa cinta atau mahabbah kita pada Rasulullah SAW.
5. Ungkapan Kecintaan pada Rasulullah SAW
Rabiul Awal menjadi bulan mengungkapkan akan kecintaan dan kegembiraan dengan Rasulullah SAW.
Bahkan, orang kafir sekalipun akan mendapatkan manfaat dengan kegembiraan tersebut.
Dalam hadits riwayat Imam al Bukhori dikisahkan saat Tsuwaibah yakni budak perempuan Abu Lahab yang menyampaikan kabar gembira mengenai kelahiran bayi sangat mulia dan Abu Lahab segera memerdekakanTsuwaibah sebagai wujud tanda cinta dan kasih.
Karena kegembiraannya tersebut, pada hari kiamat kelak, siksa atas dirinya akan diringankan di setiap hari Senin.
6. Meneguhkan Kecintaan kepada Rasulullah SAW
Rabiul Awal juga menjadi bulan untuk mengembalikan keteguhan cinta pada Rasulullah SAW.
Untuk seorang mukmin, kecintaan pada Nabi merupakan sebuah kewajiban dan salah satu cara meningkatkan iman dan taqwa.
Kecintaan pada Nabi haruslah berada di barisan atas melebihi segalanya bahkan pada keluarga dan diri sendiri.
“Tidak sempurna iman salah satu di antara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” [HR. Bukhori Muslim].
7. Mendapatkan Rahmat Allah SWT
Memperoleh rahmat Allah yakni berupa taman surga dan juga dibangkitkan bersama sama dengan para orang yang masuk ke dalam golongan orang jujur, orang yang mati syahid dan juga orang sholeh.
Imam Sirri Saqathi Rahimahullah mengatakan, “Barang siapa menyengaja (pergi) ke suatu tempat yang dalamnya terdapat pembacaan maulid nabi, maka sungguh ia telah menyengaja (pergi) ke sebuah taman dari taman-taman surga, karena ia menuju tempat tersebut melainkan kecintaannya kepada baginda rasul. Rasulullah bersabda: barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di syurga.”
Sementara Imam Syafi’i Rohimahullah mengatakan, “Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat, dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas dibacakannya maulid nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan dia akan dimasukkan dalam syurga na’im.”
8. Memuliakan dan Membesarkan Rasulullah SAW
Bulan Rabi’ul Awal menjadi hari kelahiran Rasulullah SAW dan menjadi hari kebesaran Islam sehingga memiliki arti keindahan tersendiri.
Dalam riwayat Qatadah Al Ansari, Nabi ditanya mengenai puasa hari Senin dan Rasulullah SAW bersabda, “Itulah hari yang dilahirkan aku padanya dan diturunkan kenabian keatas ku.” [ Riwayat Muslim dan lainnya].
9. Melakukan Amal kebaikan
Bulan Rabi’ul Awal juga menjadi bulan untuk melakukan banyak amal kebaikan seperti yang sudah dilakukan Abu Lahab dengan memerdekakan Suwaibah.
Beberapa amal kebaikan yang bisa dilakukan untuk memuliakan hari kelahiran Rasulullah SAW adalah membaca Al Quran, bershalawat, Maulid Nabi, memperbanyak sedekah dalam Islam, menjamu makanan untuk orang lain, berbuat banyak kebaikan pada fakir miskin dan banyak lagi yang lainnya.
10. Dibangkitkan pada Hari Kiamat
Jika pada Rabi’ul Awal seseorang mengumpulkan banyak sanak saudaranya untuk menghormati hari kelahiran Rasulullah SAW, maka janji Allah SWT adalah akan membangkitkan di saat hari kiamat dalam Islam kelak.
Imam Syafi’i mengatakan jika, “Barang siapa mengumpulkan saudara saudaranya untuk menghormati hari kelahiran Rasulullah SAW yang dengan menyediakan makanan serta berbuat kebaikan pada mereka, maka Alah membangkitkannya di hari kiamat bersama orang orang yang jujur, orang orang yang mati syahid dan orang orang yang shalih dan mereka berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.” (*)