Mata Najwa
LIVE Trans 7, Mata Najwa Rabu 23 September 2020: Gerabak-gerubuk Urus Pagebluk, Tuntaskan Covid-19
Acara Mata Najwa ini akan disiarkan Trans 7 atau link live streaming Trans 7 mulai jam 20.00 WIB
Live Trans 7, Mata Najwa Rabu 23 September 2020: Gerabak-gerubuk Urus Pagebluk, Tuntaskan Kasus Covid-19
POS-KUPANG.COM - Talkshow Mata Najwa 23 September diprediksi seru. Apakah Jenderal TNI (Purn) Luhut Panjaitan jadi kartu AS Presiden Jokowi?
Gerabak-gerubuk Urus Pagebluk, itulah tema yang diusung pengasuh Mata Najwa, Najwa Shihab malam ini.
Acara Mata Najwa ini akan disiarkan Trans 7 atau link live streaming Trans 7 mulai jam 20.00 WIB. Anda juga bisa mengikuti acara ini dengan mengakses link di bawah ini.
Ya, wabah Covid-19 sudah memasuki bulan keenam di Nusantara. Belum ada tanda-tanda hilang.
Jangankan hilang, landai saja belum.
Bukannya landai, kasus Covid-19 malah kian ganas. Bahkan angka meninggal dunia semakin bertambah dan pemerintah gelagapan.
Kasus positif COVID-19 sudah tembus seperempat juta, langkah kebijakan pemerintah Indonesia masih juga menimbulkan pro-kontra.
Kontestasi Pilkada 2020, misalnya, yang tetap digelar di penghujung tahun, meski angka penyebaran virus corona belum ada tanda-tanda menurun.
Tim demi tim pun dibentuk Jokowi. Mulai dari untuk urusan percepatan penanganan COVID-19, pemulihan ekonomi, pengembangan vaksin, sampai urusan penanganan corona di sembilan provinsi dengan Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan sebagai komandonya.
#MataNajwa, "Gerabak-gerubuk Urus Pagebluk". Rabu, 23 September 2020. LIVE 20.00 WIB di @officialTRANS7.
Demikian keterangan pengantar untuk episode Mata Najwa Rabu 23 September 2020.
Jenderal Luhut Dapat Perintah Khusus dari Presiden Jokowi
Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi menugaskan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk menekan penyebaran Covid-19 di sembilan provinsi prioritas.
Kesembilan provinsi dimaksud, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, dan Bali.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adian mengungkapkan, Luhut Pandjaitan dipercaya oleh Jokowi karena selama ini mampu mengeksekusi tugas-tugas yang diberikan dengan baik.
"Pak Luhut selama ini memang dipercaya Presiden karena mampu mengeksekusi apa-apa yang diperintahkan. Jadi berbekal kepercayaan itu, ya Pak Luhut ditugaskan Presiden untuk menurunkan atau menekan angka positif di sembilan provinsi," ujar Donny saat dihubungi, Rabu (16/9/2020).

Donny menyebutkan, penunjukan Luhut merupakan hak prerogatif Jokowi sebagai Presiden, sehingga tidak perlu dipermasalahkan.
Ia menegaskan bahwa Presiden selalu memberikan tugas kepada jajarannya sesuai kapasitas atau kemampuan yang dimiliki.
"Saya kira kepercayaan terhadap Pak Luhut ini diberikan sesuai dengan kapasitas masing-masing, sesuai dengan resources yang mereka miliki untuk bisa segera menurunkan kasus Covid-19 di sembilan provinsi tersebut," kata dia.
Donny menilai penunjukan Luhut untuk memimpin penanganan Covid-19 adalah hal yang wajar.
Sebab, Luhut juga merupakan Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
"Artinya, sebenarnya beliau juga secara keorganisasian secara tupoksi memiliki wewenang untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menekan angka positif," kata Donny.
"Jadi tidak perlu dipermasalahkan, prerogatif Presiden. Presiden percaya kepada beliau karena selama ini beliau mampu mengeksekusi apa pun yang diminta oleh Presiden," tutur dia.
Seharusnya diurusi Menkes
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mempertanyakan sikap Presiden Jokowi.
Menurut Pandu, tugas tersebut sebaiknya dipercayakan Presiden kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
"Menangani sembilan provinsi, ditunjuk menteri yang ngurusin investasi, apa karena menteri investasi enggak punya kerjaan, karena enggak ada inventasi di masa pandemi ini atau Pak Presiden tidak percaya dengan Menteri Kesehatan. Jadi ini problem di pemerintahan," kata Pandu dalam diskusi secara virtual, Kamis (17/9/2020).
Pandu mengatakan, sejak awal, ia mengusulkan agar penanganan Covid-19 dilakukan oleh kementerian terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

Menurut Pandu, penanganan Covid-19 seharusnya dipimpin Kementerian Kesehatan (Kemenkes) karena lebih memahami bagaimana menghadapi wabah.
"Sistem di Kemenkes sudah biasa menghadapi wabah atau pandemi. Begitu dialihkan ke Gugus Tugas enggak jalan lagi (penanganan Covid-19) karena gugus tugas itu enggak punya apa-apa, apalagi BNPB tidak mempunyai pengalaman, tapi kalau ke tupoksi pemerintah bisa jalan," ujarnya.
Berdasarkan hal itu, Pandu berharap pemerintah melakukan perbaikan dalam penanganan pandemi Covid-19 sehingga ke depannya penanggulangan menjadi lebih efektif.
"Jadi harap mawas diri bahwa karena menciptakan panitia, menunjuk orang-orang, masa menghadapi pandemi nunjuk orang, enggak bisa lah. Misalnya ya dengan pendekatan sistem pemerintahan akan lebih efektif di sana ada tupoksinya dan anggarannya," katanya pungkas.
Luhut Pandjaitan: Saya bukan epidemiolog
Terkait dengan penunjukan dirinya, Luhut Pandjaitan mengakui duamemang bukan ahli epidemiologi.
Meski bukan pakar epidemiologi, Luhut Pandjaitan mengaku dibantu oleh sejumlah ahli di bidang tersebut.
“Tidak ada hal yang istimewa yang saya lakukan. Jadi kalau ada yang bilang saya bukan epidemiolog, memang betul, tapi saya dibantu banyak orang-orang pinter, anak-anak muda epidemiolog,” kata Luhut Pandjaitan melalui video telekonferensi, Jumat (18/9/2020).
“Seperti Monica yang dari UI dan lulus dari Harvard juga untuk epidemiologi,” sambung dia mengatakan.

Menurut Luhut Pandjaitan, dirinya berperan sebagai manajer.
Ia pun mengklaim bahwa dirinya adalah manajer yang baik.
“Jadi orang-orang kami yang sangat berkualitas membantu saya, saya hanya manajer, saya kira saya boleh mengklaim diri saya manajer yang baik,” tuturnya.
Dalam penanganan Covid-19 di sembilan provinsi tersebut, Luhut Pandjaitan mengatakan, pihaknya sudah merumuskan sejumlah target untuk dua pekan ke depan.
Pertama, mendorong perubahan perilaku yang lebih cepat lagi untuk melaksanakan protokol kesehatan.
Kedua, penurunan penambahan kasus harian.
Ketiga, peningkatan tingkat kesembuhan atau recovery rate.
Keempat, penurunan tingkat kematian atau mortality rate.
Terakhir, penurunan angka kematian atau mortality cases.
“Dari lima ini yang nanti kita terjemahkan ke depan, apa-apa yang kita lakukan dan sekarang sedang jalan,” tuturnya.
Riwayat karier Luhut Pandjaitan
Ditunjuk Presiden Jokowi untuk memimpin penanganan virus corona, Luhut Pandjaitan dalam riwayat kariernya belum pernah mengurusi masalah kesehatan, apalagi dalam level wabah penyakit.
Luhut merupakan seorang yang berpengalaman di bidang militer dan diplomasi.
Di TNI AD, jabatan terakhirnya adalah Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat atau Kodiklat TNI AD.
Berikut ini riwayat karier Luhut Pandjaitan.
* Di militer:
Komandan Peleton I/A Group 1 Para Komando, Kopassandha (1971)
Komandan Peleton Batalyon Siliwangi Di Kalimantan Barat, Pada Operasi Pemberantasan Dan Penumpasan PGRS/Paraku (1972)
Komandan Kompi A Group 1 Para Komando, Kopassandha (1973)
Komandan Kompi A Pasukan Kontingen Garuda (KONGA VI) Wilayah Port Said, Port Fuad, Port Suez, Mesir (Desember 1973 – Oktober 1974)
Ajudan Pribadi Brigjen TNI Yogi S Memed (Komandan Brigade Selatan, Wilayah Terusan Suez) Kontingen Garuda (KONGA VI), Mesir (Desember 1973 – Oktober 1974)
Komandan Tim C Group 1 Para Komando Satuan Lintas Udara Pada Operasi Seroja, Kopassandha (1975)
Komandan Kompi Pasukan Pemburu Kopasshanda Pada Elemen Satgas Tempur Khusus, Pada Operasi Seroja (1976), Sekaligus Meraih Prestasi Dan Predikat Sebagai Komandan Kompi Terbaik Dalam Operasi Seroja
Perwira Operasi Pada Pusat Intelijen Strategis/Pusintelstrat
Perwira Operasi Pada Satuan Tugas/Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI
Pendiri dan Komandan Pertama Detasemen 81 Anti Teroris Kopassus (1981)
Pendiri dan Komandan Pertama Proyek Rajawali Pada Pusat Intelijen Strategis/Pusintelstrat, BAIS ABRI (1983)
Komandan Satuan Pengamanan Presiden RI/VVIP Pada KTT ASEAN Manila, Filipina (1984)
Pendiri dan Komandan Pertama Proyek Charlie/Proyek Intelijen Teknik (Proyek Yang Menjadi Creme De La Creme TNI) Pada Detasemen 81 Anti Teroris Kopassus (1985)
Pendiri Dan Komandan Pertama Sekolah Pertempuran Khusus (Sepursus) Detasemen-81/Anti-Terror Kopassus Pada Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) (1986)
Komandan Satgas Tempur Khusus Pasukan Pemburu Kopassus (Detasemen-86) Di Sektor Tengah Khusus (Osu, Frekueike, Laisorobai) Timor-Timur (1986).
Komandan Sekolah Pusdik Para Lintas Udara Pusshandalinud/Pada Pusat Pendidikan Pasukan Khusus/Pusdikpassus, Kopassus (1987)
Asisten Operasi (Asops) Kopassus (1989)
Komandan Group 3 Sandhi Yudha Kopassus, (1990)
Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus), (1993)
Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Madiun, Jawa Timur, Meraih Prestasi Sebagai Komandan Korem Terbaik Di Indonesia (1995)
Wakil Komandan Pusat Persenjataan Infanteri
Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI-AD (1996–1997)
Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat TNI AD) (1997–1998)
* Di pemerintahan:
Duta Besar RI Berkuasa Penuh Untuk Singapura (1999–2000)
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI pada Kabinet Persatuan Nasional (2000–2001)
Kepala Staf Kepresidenan RI (2014–2015)
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI (2015–2016)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (2016–2019)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kabinet Indonesia Maju (2019–sekarang).(*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Diulas Mata Najwa Apakah Jenderal Luhut Panjaitan 'Kartu AS' Jokowi Tuntaskan Masalah Covid-19