Kisah Anak Kawa Ikut Etu Lestarikan Tradisi di Nagekeo
Peserta Etu hanya dilakukan oleh laki-laki sedangkan perempuan tidak boleh masuk ke arena Etu.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Kisah Anak Kawa Ikut Etu Lestarikan Tradisi di Nagekeo
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Suasana di Kampung Adat Kawa Desa Labolewa Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo lain daripada biasanya, Minggu (23/8/2020) sore.
Sekitar pukul 15.00 Wita, kawasan yang biasa sangat sepih itu sudah sangat ramai.
Tua, muda, laki dan perempuan berkumpul di tengah Kampung sore itu. Teriakan histeris sangat terdengar disana. Riuh tepuk tangan dan sorakan-sorakan menggema saat itu.
Sore itu sedang dilaksanakan Etu (tinju adat) di Kampung Adat Kawa. Etu yang dilaksanakan itu adalah Etu Co'o (tinju adat kategori usia anak-anak).
Peserta Etu hanya dilakukan oleh laki-laki sedangkan perempuan tidak boleh masuk ke arena Etu. Perempuan hanya menyaksikan dari jauh saat Etu berlangsung.
Dua anak laki-laki yang didampingi para Sipe atau pemegang kain petarung masing-masing satu orang itu terlihat beringas saat bertarung.
Seorang Seka (penengah atau wasit) yang mengatur laga terlihat tegas memberikan aba-aba dan keputusan.
Di luar arena yang dipadati sekitar ratusan lebih penontong terus bersorak memberikan semangat kepada dua petarung.
"Hantam, hantam, aduh, tambah, tambah, tiga ronde sudah, ayo semangat,"ujar warga sambil bersorak-sorak.
Debu yang bertaburan dalam arena tak menyurut semangat anak-anak melakukan atraksi.
Warga Kawa, Eksan Tage (12) kepada POS-KUPANG.COM mengaku sejak kecil mereka sudah melihat langsung Etu atau tinju adat di Kampung itu. Sehingga dengan tradisi yang ada, terus diwariskan kepada generasi berikutnya.
"Saya SD Nebe Desa Labolewa. Saya sudah sering ikut Etu, kami sudah biasa dan ini sangat baik karena kami bisa bertarung dengan profesional. Kami bangga karena anak-anak dilibatkan," ujarnya.
Ia mengatakan Etu sudah sering ikut dan bahkan setiap tahun dilaksanakan di Kampung Kawa.
Menjadi sebuah tradisi, Etu sudah tak asing lagi. Karena hampir setiap anak dari Kampung Kawa diajak untuk mewariskan tradisi.