Kematian Aktvisi

Mirip Kasus Kematian Munir, Kini Terulang, Aktivis AN Jadi Korban Diracuni di Pesawat, Begini Nasib

Ingat Kasus Munir yang Diracuni di Pesawat? Kini Terulang, Aktivis AN Jadi Korban, Nasibnya Malang

Editor: Bebet I Hidayat
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Suciwati, istri mendiang Munir, menunjukkan kuartet bergambar wajah suaminya saat mengunjungi pameran "Kuartet Pembunuhan Politik Internasional" karya wartawan dan fotografer Belanda, Arjan Onderdenwijngaard, di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta, Jumat (9/12/2011). 

POS-KUPANG.COM - Kasus kematian yang menimpa aktivis Munir belum juga kelar, kali ini peristiwa serupa menimpa seorang aktivis lain.

Kematian Munir di pesawat pada 7 September 2004 silam karena diracun.

Kasus kematian Munir ini pun menghebohkan publik dan meninggalkan misteri.

Peristiwa malang itu kini kembali terulang. Salah satu aktivis Rusia Alexei Navalny (AN) menjadi korban.

Desakan untuk penyidikan kasus pun diajuhkan tim hukum Alexei Navalny.

Aktivis Alaxei Navalny kini menjadi perhatian. Tim medis yang menangani membeberkan kondisinya.

 tribunnews
Aktivis Munir Said Thalib dan Alexei Navalny (Kolase foto Wikipedia/AFP)

Melansir dari Tribunnews.com, aktivis yang mengatur evakuasi medis untuk Alexei Navalny menyebut kondisi pemimpin oposisi Rusia itu “sangat mengkhawatirkan”.

Ketika tiba di Berlin, pihak rumah sakit segera memulai tes diagnostik untuk memastikan kondisi Alexei Navalny, Sabtu (22/8/2020).

Mengutip Al Jazeera, LSM Jerman Cinema for Peace menyewa ambulans udara untuk menerbangkan Alexei Navalny dari kota Omsk, Siberia ke Berlin.

Pesawat itu mendarat pukul 08.47 waktu setempat di sayap militer bandara Tegel Berlin.

“Kondisi kesehatannya sangat mengkhawatirkan,” kata pendiri Cinema for Peace Jaka Bizilj kepada wartawan di luar rumah sakit.

“Kami mendapat pesan yang sangat jelas dari para dokter, bahwa jika tak ada pendaratan darurat di Omsk, Alexei Navalny akan meninggal," tambahnya.

tribunnews
Pemimpin Oposisi Rusia, Alexei Navalny diracuni di pesawat. (NBC News)

Diyakini Racun dari yang Diminum

Lebih jauh, para pendukung Alexei Navalny percaya bahwa teh yang diminumnya mengandung racun.

Mereka mengklaim Kremlin berada di balik penyakitnya dan keterlambatan dalam evakuasi ke rumah sakit top Jerman.

"Setelah menyelesaikan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan keluarga, para dokter akan mengomentari penyakit tersebut dan langkah-langkah perawatan lebih lanjut,” umgkap rumah sakit Charite, di ibu kota Berlin, dalam sebuah pernyataan.

“Pemeriksaan akan memakan waktu lama," tambahnya.

Bantahan Kremlin atas Tuduhan Politisasi

Lebih jauh, Kremlin membantah tuduhan penolakan evakuasi medis Alexei Navalny itu bersifat politisasi.

Juru bicara Dmitry Peskov mengatakan itu murni keputusan medis.

Untuk diketahui, oposisi Rusia yang paling menonjol, Navalny kerap berkampanye untuk menantang Putin dalam pemilihan presiden 2018 tetapi dirinya justru dilarang mencalonkan diri.

Sejak itu, Alexei Navalny mempromosikan kandidat oposisi dalam pemilihan daerah, menantang anggota partai yang berkuasa, Rusia Bersatu.

tribunnews
Pemimpin Oposisi Rusia, Alexei Navalny diracuni di pesawat. (BBC)

Dikenal dengan Kampanye Antikorupsi Navalny

Untuk diketahui, Alexei Navalny, yang dikenal karena kampanye antikorupsinya terhadap pejabat tinggi dan kritik terang-terangan terhadap Presiden Vladimir Putin.

Di masa lalu, Alexei Navalny pernah mengalami serangan fisik.

Tahun lalu, Alexei Navalny  dilarikan ke rumah sakit dari penjara di mana dia menjalani hukuman menyusul penangkapan administratif, dengan apa yang dikatakan timnya sebagai 'dugaan keracunan'.

Dokter mengatakan dia mengalami serangan alergi yang parah dan memulangkannya kembali ke penjara keesokan harinya.

Dia juga mengalami luka bakar kimiawi di matanya pada tahun 2017 ketika penyerang melemparkan antiseptik hijau ke wajahnya di luar kantor.

Aktivis Alexei Navalny telah menjadi sasaran berbagai penyelidikan kriminal, sementara Yayasan Anti-Korupsi miliknya secara teratur digerebek oleh polisi dan penyidik.

Bulan lalu, politisi itu harus menutup yayasan setelah tuntutan hukum yang menghancurkan secara finansial dari Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Kremlin.

Selain itu Alexei Navalny dikenal anggota oposisi Rusia yang paling menonjol.

Aktivis Alexei Navalny sempat berkampanye untuk menantang Putin dalam pemilihan presiden 2018, tetapi dilarang mencalonkan diri.

Vyacheslav Gimadi, pengacara yayasan Alexei Navalny, mengatakan tim tersebut meminta Komite Investigasi Rusia membuka penyelidikan kriminal.

"Tidak ada keraguan bahwa Navalny diracun karena sikap dan aktivitas politiknya," kata Gimadi dalam tweet pada Kamis.

Kisah Munir Diracuni dan Meninggal di Udara

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Munir Said Thalib, nama ini tetap dikenal sebagai sosok pejuang, bahkan 14 tahun setelah menutup usia, pada 7 September 2004 silam.

Sebagai seorang aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir banyak menangani berbagai kasus, terutama kemanusiaan dan pelanggaran HAM.

Namun, kematian Munir masih menjadi sebuah misteri hingga sekarang.

Pendiri Imparsial dan aktivis Kontras itu tewas di pesawat terbang ketika bertolak ke Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan studi.

Aktivis Munir tewas dibunuh setelah hasil otopsi menyebutkan bahwa ada racun arsenik di dalam tubuhnya. Munir dibunuh di udara.

tribunnews
Mendiang Munir Said Thalib, Aktivis Indonesia. (https://www.100kpj.com/)

Mengenal Sosok Munir

Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965.

Dia berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unibraw) dan terkenal sebagai seorang aktivis kampus.

Berkat ketekunannya, Munir dipilih rekan-rekannya untuk menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unibraw pada 1998, Koordinator wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia.

Munir juga merupakan anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Unibraw, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pengalaman menjadi aktivis pada masa mudanya menghadirkan keseriusan Munir terhadap masalah hukum dan pembelaan terhadap sejumlah kasus.

Dia pernah menjadi seorang Dewan Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).

Kontras merupakan sebuah kelompok yang dibentuk oleh sejumlah LSM seperti LPHAM, Elsam, CPSM, PIPHAM, AJI, dan sebuah organisasi mahasiswa PMII.

Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, Kontras banyak mendapat pengaduan dan masukan dari berbagai elemen masyarakat mengenai pelanggaran HAM di berbagai daerah.

Munir pernah terjun menangani berbagai kasus, misalnya menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998.

Dia juga pernah menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984 .

Selain itu, Munir juga pernah menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak yang melawan pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992.

Kasus besar lain yang ditangani Munir adalah pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994.

Ketika menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang membela bagi orang-orang hilang yang diculik.

Munir membela aktivis yang hilang karena penculikan yang disebut dilakukan oleh Tim Mawar dari Kopassus TNI AD.

Sikap berani dan sigapnya dalam menentang ketidakadilan oleh beberapa pihak pada masa pemerintahan Orde Baru, membuat Munir tak disukai oleh pemerintah.

Dirinya menjadi sasaran dan lingkaran merah dari pihak intelijen karena dianggap berbahaya.

Munir juga sering mendapat banyak ancaman dari beberapa orang.

Namun dirinya tetap tidak gentar terhadap ancaman yang menimpa dirinya tersebut.

tribunnews
Mendiang Munir Said Thalib, Aktivis Indonesia. (https://patriotsatu.com/)

Rencana Belajar Berujung Meninggal

Kecintaan Munir terhadap ilmu hukum menjadikan dirinya untuk mengasah minatnya lebih dalam.

Munir pun berencana melanjutkan pendidikannya ke Amsterdam, Belanda.

Penerbangan GA-974 yang menjadi wahana Munir berangkat ke Belanda, lepas landas dari Jakarta pada Senin, 6 September 2004 malam pukul 21.55 WIB.

Pesawat transit di Bandara Changi, Singapura, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Negeri Kincir Angin.

Dalam perjalanan menuju Amsterdam, tiba-tiba Munir merasa sakit perut, setelah sebelumnya minum jus jeruk.

Munir sempat mendapat pertolongan dari seorang dokter yang berada dalam pesawat. Dia kemudian dipindahkan ke sebelah bangku dokter dan mendapat perawatan.

Munir dinyatakan telah meninggal empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania.

Dilansir dari Harian Kompas yang terbit 8 September 2004, Munir sempat diduga sakit sebelum mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 08.10 waktu setempat, dua jam sebelum mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam.

Munir itu sempat terlihat seperti orang sakit setelah beberapa kali ke toilet, setelah pesawat lepas landas dari transitnya di Bandara Changi, Singapura.

Saat pesawat GA 974 mendarat, penumpang tak dibolehkan turun, sesuai prosedur otoritas bandara saat ada penumpang meninggal di dalam pesawat.

Setelah menjalani pemeriksaan selama 20 menit, baru penumpang dibolehkan turun. Jenazah Cak Munir pun diturunkan dan dalam pengurusan otoritas bandara.

Proses otopsi dilakukan untuk mencari tahu penyebab tewasnya penerima berbagai penghargaan terkait HAM di Indonesia.

Pada 12 September 2004, jenazah dimakamkan di kota kelahirannya, Batu, Malang. Meski demikian, hasil otopsi kemudian menyatakan bahwa Munir tewas akibat diracun. Makamnya pun dibongkar, jenazahnya diotopsi.

Mendiang Munir Said Thalib, Aktivis Indonesia. (https://ceknricek.com/)
Tak Temui Titik Terang

Hingga saat ini memang kasus kematian Munir belum menemui titik terang. Pengadilan memang telah menjatuhkan vonis 14 tahun terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto yang disebut sebagai pelaku pembunuhan.

Pengadilan juga memvonis Direktur Utama PT Garuda Indonesia saat itu, Indra Setiawan, dengan hukuman 1 tahun penjara.

Dia dianggap terlibat dalam kasus yang dianggap banyak orang belum mengadili dalang pembunuhan.

Akan tetapi, Indra Setiawan membantah terlibat dalam konspirasi pembunuhan Munir, yang juga diduga melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN).

Surat tugas untuk Pollycarpus selama ini diduga dibuat Indra setelah menerima surat resmi dari BIN.

Dikutip dari dokumen Harian Kompas pada 2 Februari 2008, dalam pleidoinya, Indra mengaku tidak tahu apakah surat BIN yang diterimanya pada Juni atau Juli 2004 itu bagian dari rencana pembunuhan atau bukan.

Dia hanya memahami bahwa surat tersebut merupakan surat resmi dari lembaga negara yang salah satunya bertugas mencegah ancaman teror.

Meski BIN mendapat sorotan dalam kasus pembunuhan Munir, namun belum ada pejabat dari lembaga telik sandi itu yang dijerat kasus hukum,

Mantan Deputi V BIN Muchdi Prawiro Pranjono pernah menjadi terdakwa dan diadili.

Namun, hakim kemudian membebaskan Muchdi karena dianggap tak terbukti terlibat menempatkan Pollycarpus dalam penerbangan itu.

Empat belas tahun berlalu sejak pembunuhan Munir.

Pollycarpus juga telah menghirup udara bebas. Meski begitu, kenangan terhadap Munir tak akan memudar. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Alexei Navalny Tiba di Berlin untuk Perawatan Medis, Kondisi Kesehatannya Mengkhawatirkan, https://www.tribunnews.com/internasional/2020/08/23/alexei-navalny-tiba-di-berlin-untuk-perawatan-medis-kondisi-kesehatannya-sangat-mengkhawatirkan?page=all

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved