Berita Regional

Australia Sengaja Menutupi Tumpahan Minyak Laut Timor

21 Agustus 2020 tepat 11 tahun Petaka Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor. Inilah bukti bahwa pemerintah Australia dan perusahaan PTTEP

Penulis: Paul Burin | Editor: Ferry Ndoen
istimewa
Foto satelit tumpahan minyak pada kilang Montara. 

POS-KUPANG.COM, KIPANG - Tanggal 21 Agustus 2020 tepat 11 tahun Petaka Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor. Inilah bukti bahwa  pemerintah Australia dan perusahaan PTTEP Australasia yang bertanggung jawab namun sengaja menutup-nutupinya.

Hal ini telah muncul dari penyelidikan resmi tumpahan minyak dan gas di lapangan Montara tahun 2009 di lepas pantai utara Australia Barat. Lokasinya lebih dekat ke Pulau Rote, Indonesia.

Ketua Tim Advokasi Rakyat Korban Montara, Ferdi Tanoni di Kupang, Jumat (22/8/2020), mengatakan,
rakyat Timor Barat dan Nusa Tenggara Timur menuntut Pemerintah Australia untuk segera membayar kompensasi biaya kepada lebih dari 200,000 rakyat yang telah menderita bahkan sudah banyak yang meninggal dunia.

Ferdi mendesak pemerintah Indonesia agar surat yang direncanakan oleh Presiden Joko Widodo yang ditujukan kepada Perdana Menteri Australia, Scott Morrison segera diterbitkan.

Ferdi mengatakan, ladang Montara bocor selama 10 minggu sebelum akhirnya ditutup. Lokasinya di Laut Timor jauh lebih terpencil, sekitar 250 kilometer dari garis pantai yang jarang penduduknya di wilayah Kimberley utara, dan sekitar 150 km di tenggara Pulau Pasir (Ashmore Reef).

Namun demikian, kata Ferdi, perusahaan PTTEP Australasia dan pemerintah Australia yang terlibat berusaha menyembunyikan skala dan penyebab bencana dari pandangan publik.

Menurut Ferdi, tumpahan minyak Montara berlangsung selama 74 hari, dari tanggal 21 Agustus  hingga 3 November. Butuh lima upaya untuk menyumbat kebocoran.

Sebelum upaya kelima berhasil, kata dia, kebakaran selama tiga hari terjadi di anjungan, menyoroti bahaya yang telah ada bagi 65 pekerja yang dievakuasi dari rig ketika kebocoran meletus.

Selama ledakan tersebut, kata Ferdi, Martin Ferguson, Menteri Sumber Daya dan Energi dan Menteri Lingkungan, Peter Garrett meremehkan ukuran tumpahan dan dampak lingkungan.

Mereka mengutip perkiraan yang tidak berdasar dari pemilik lapangan, konglomerat Thailand PTTEP (PTT Exploration and Production Public Company Limited) bahwa sekitar 300 hingga 400 barel minyak bocor setiap hari.

Bukti yang diajukan atas penyelidikan pemerintah yang dipimpin oleh mantan pegawai negeri senior David Borthwick, telah mengungkapkan tumpahan sebanyak 3.000-4.000 barel per hari.Tumpahan minyak ini diperkirakan telah meluas hingga 90.000 kilometer persegi.

Pengajuan oleh Yayasan Konservasi Australia dan kelompok lingkungan lainnya telah menunjukkan kerusakan pada ekosistem lepas pantai dan pesisir yang merupakan rumah bagi beragam spesies ular laut, burung, ikan, penyu, paus, lumba-lumba, dan duyung.

Ferdi mengatakan, Kerusakan jangka panjang terhadap habitat tropis yang sebelumnya masih alami masih belum diketahui. Demikian pula dampaknya pada industri perikanan, mutiara dan pariwisata.

Meskipun tidak ada minyak yang hanyut ke pantai Australia, seperti yang pernah ditakutkan, sebagian minyak mencapai pantai selatan Timor Barat Indonesia.

Terdapat bukti yang terdokumentasi. Dalam pengajuan Yayasan Peduli Timor Barat, sebuah LSM Indonesia, tentang bahaya terhadap mata pencaharian dan kesehatan hingga 300.000 orang masyarakat pesisir, termasuk di Pulau Roti dan Sabu.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved