Wawancara Ekslusif
Ketua Umum Hipmi Mardani H Maming Kunjungi Labuan Bajo, Berikan Stimulus Pariwisata
KETUA Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Mardani H. Maming melakukan kunjungan ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar)
Penulis: Gecio Viana | Editor: Hasyim Ashari
Ketua Umum Hipmi Mardani H Maming Kunjungi Labuan Bajo untuk Berikan Stimulus Pariwisata
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Assale Viana
KETUA Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Mardani H. Maming melakukan kunjungan ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) selama 2 hari, Rabu (12/8/2020).
Mantan Bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan tersebut tidak sendiri untuk menikmati wisata darat dan bahari di Labuan Bajo, ia juga ditemani Wakil Ketua Umum Hipmi, Eka Sastra dan sejumlah rekannya.
Pos Kupang berksempatan mewawancarai Mardani H Maming setelah berkoordinasi dengan Sekretaris Umum BPD Hipmi NTT Yohanes Agusto Masteriano
Sebelumnya, mereka melakukan wisata di Bali dan Labuan Bajo menjadi akhir dari perjalanan wisata mereka.
Berikut petikan wawancara Reporter Pos Kupang, Gecio Assale Viana bersama Ketua Umum Hipmi, Mardani H. Maming didampingi Wakil Ketua Umum Hipmi, Eka Sastra di Hotel Ayana.
Sudah berapa lama di Labuan Bajo? Apakah kali pertama ke Labuan Bajo?
Kami sudah 2 hari di Labuan Bajo, kemarin 2 hari di Bali dan hari ini kembali. Ini merupakan kesempatan kedua saya dapat berkunjung ke Labuan Bajo. Sangat bagus
Apa kesan pertama saat tiba di Labuan Bajo?
Kesannya sangat bagus, tujuan dari kunjungan kami selain menikmati pariwisata di sini, kami ingin memberikan sinyal positif dan memberikan stimulus kepada pelaku pariwisata dan turis bahwa kita sudah siap pasca Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan.
Tujuan kami memancing dan mempelopori, kami masukan juga di medsos kami.
Selama di Labuan Bajo kunjugi mana saja? apa yang paling menarik.
Kemarin kami keliling di beberapa wisata darat, lalu wisata laut, kami ke di Pulau Sabolo, sangat menarik.
Bagaimana menurut anda melihat destinasi wisata yang ada?
Hanya satu yang disayangkan adalah bule yang mengelola (destinasi wisata Pulau Sabolo), hal ini harus menjadi satu perhatian bersama, kenapa bukan putera daerah yang mengelola.
Labuan Bajo jadi menjadi wisata dunia yang memiliki daya tarik satwa purbakala Komodo, tapi kalau kita tidak menjaga asetnya, saya rasa nanti pulau-pulau yang ada akan dikuasai oleh orang asing.
Regulasi inilah yang saya lihat harus fokus, kepada pemerintah untuk menjaganya, paling tidak ada asing, tapi harus bekerja sama dengan warga lokal, bukan asing yang memiliki.
Tapi asing yang bekerja sama dengan warga lokal, sehingga kesejahteraan masyarakat setempat dan asing sama-sama mendapatkan keberhasilan atau kesejahteraan bersama.
Jadi bagi saya ini yang harus ditanamkan.
Yang kami mau, jangan sampai pulau-pulau dimiliki asing, kita meminta asing bekerja sama dengan putera daerah untuk mengelola itu, sehingga kesejahteraan masyarakat lokal dan pengusaha lokal serta asing sama-sama sejalan, sehingga sama-sama sejahtera.
Apa yang harus diperkuat agar peran pengusaha lokal pun ada dalam menikmati pariwisata yang ada?
Menurut saya, harus diatur dalam regulasi, setahu saya dalam aturan perundang-undangan, pihak asing tidak boleh menguasai pulau.
Dalam konsep menyewa ini yang perlu diatur, kalau dia (pihak asing) dalam berbisnis, harus menggandeng atau merangkul pengusaha lokal, jadi misalnya dia membangun cottage, nah ini harus sama-sama antara pengusaha lokal dan pengusaha asing, sehingga sejahtera sama-sama.
Kalau tidak seperti di Bali, semua milik asing, akhirnya seperti dikontrak, kita pakai nominee (pinjam nama), dan itu merugikan negara kita, karena pajaknya tidak masuk dalam negara kita.
Pakai nominee ini, padahal bukan pemilik putera daerah, hanya nominee saja, ini yang perlu digarisbawahi.
Bagaimana peluang, tantangan Labuan Bajo untuk menjadi destinasi wisata premium Indonesia? dari yang Ketum lihat apa sudah siap? Kalau belum apa yang kurang?
Tantangan pertama, saya lihat infrastruktur, jika dilihat saat ini infrastruktur jalan masih kecil-kecil, itu harus segera dipersiapkan.
Selanjutnya, bandar udara (bandara) harus dipersiapkan runway (landasan pacu)-nya, jangan sampai seperti Bali, harga tanahnya sudah mahal dan penduduknya sudah padat, mau bikin runway pun susah.
Mau sebagus apapun kita mempromosikan pariwisata, kalau runway nya misalnya hanya 1 dan hanya 200 pesawat yang dapat landing dikalikan dengan jumlah penumpang setiap pesawat, semakin banyak runway semakin bagus.
Kita bisa lihat seperti negara Singapura yang memiliki 50 ribu hektare kotanya, tapi punya 5 runway, di mana setiap jam banyak pesawat yang landing karena banyak runway.
Nah labuan Bajo bisa belajar dari Bali, sebelum rame, bandaranya harus dipersiapkan runway.
Sehingga saat semua infrastruktur sudah jadi serta hotel-hotel sudah dibangun.
Terlebih lagi, nilai jual yang tidak bisa dibeli adalah karena kita memiliki satwa purbakala Komodo yang masuk new 7 wonder dan hanya terdapat di sini, daya tarik ini yang sulit dibeli sama negara-negara lain.
Ini satu faktor keberuntungan yang dimiliki Indonesia yang tidak dimiliki negara manapun di dunia.
Bagaimana anda melihat peluang pengusaha lokal di Labuan Bajo?
Saya sampaikan, regulasi yang harus diperjelas, bahwa pengusaha lokal dilepas saja oleh pemerintah tanpa intervensi, maka pengusaha lokal akan kalah,
sehingga harus ada intervensi dari pemerintah pusat hingga daerah untuk mengajak pengusaha lokal maupun nasional serta investor internasional yang hadir di sini, sehingga mereka bersinergi dan bisa menjalankan roda pariwisata di Labuan Bajo.
Kalau pengusaha lokal dilepas, tidak mungkin kita bisa bersaing dengan pengusaha nasional atau internasional.
Sehingga harus ada kerja sama agar bersinergi, sama-sama hidup dan sejahtera, jika tidak maka akan ada ketimpangan sosial.
Apa lagi yang harus didorong agar warga dapat ambil bagian sektor pariwisata?
Di lain sisi, harus ada pengembangan sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat menopang pariwisata dan warga pun dapat mengambil bagian.
Kenapa? Karena jangan sampai banyak hotel, vila atau resort dibangun di Labuan Bajo, tapi yang bekerja di sini bukan putera daerah.
Sehingga SDM harus dipersiapkan.
Harus ada sekolah perhotelan di sini, sehingga jika selesai sekolah dapat kesempatan bekerja di kampungnya sendiri. Kalau sudah ada, berarti sudah bagus dan hal ini harus dioptimalkan.
Bagaimana melihat potensi pariwasata di Labuan Bajo dan Provinsi NTT pada umumnya?
Labuan Bajo memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri dan tidak terdapat di daerah atau negara lainnya, salah satunya yakni satwa purbakala Komodo, orang berlomba-lomba datang mau melihat itu.
Yang perlu dilihat adalah perlu peningkatan fasilitasnya. Kalau hotel pihak swasta akan membangun dengan sendirinya.
Akan tetapi, kalau jalan, bandara, pelabuhan, ruang terbuka hijau tidak dibangun swasta, itu menjadi fungsi atau tugas pemerintah pusat hingga daerah, dan ini saya lihat telah dipersiapkan presiden.
Selain itu, dari 10 Destinasi Wisata Nusantara salah satunya adalah Labuan Bajo juga termasuk didalamnya, hanya perlu waktu.
Saya lihat ada perubahan di mana sudah ada pembangunan dari kementerian terkait di mana saat berkeliling Kota Labuan Bajo kita lihat pembangunan jalan, gorong-gorong atau drainase.
Bagaimana anda melihat potensi wisata NTT secara keseluruhan, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk memaksimalkannya?
Saya lihat sudah luar biasa, apalagi ada hotel sekelas Ayana Resort di sini, kalau saya lihat dia berani membangun hotel dengan kapasitas 200 kamar yang ada di sini, dia pasti sudah membaca peluang industri pariwisata Labuan Bajo akan meningkat pesat, terlebih Labuan Bajo menjadi lokasi pertemuan G20 dan ASEAN Summit 2023, nah untuk promosi pariwisata sudah betul sekali.
Hanya yang saya sayangkan, jangan sampai pulau-pulau atau lainnya dikuasi asing. Boleh ada pihak asing tapi harus bekerja sama dengan pengusaha lokal atau pengusaha nasional.
Sektor wisata memiliki multiflier efect. Sejatinya ia menggerakkan sektor-sektor lainnya. Bagaimana yang anda lihat di Labuan Bajo?.
Kalau mau dilihat dalam skala kecil kita dapat melihat pulau Bali menyiapkan daerahnya menjadi kota wisata, dari saya kecil hingga saya lihat luar biasa dampaknya Kepada masyarakat Bali kalau kita ke Bali, tidak ada tempat yang tidak dijadikan tempat bisnis, bahkan hingga ke pelosok-pelosok. Ada yang jualan baju dan souvernir dan lainnya.
Kalau ditanya Labuan Bajo akan menjadi seperti apa, ya labuan Bajo akan menjadi Bali kedua.
Mungkin Labuan Bajo akan menjadi Bali kedua, kalau kita keluar negeri, orang tanya Indonesia mungkin tidak tahu, tapi kalau tanya Bali orang pasti tahu, siapa tahu, saat orang tanya, Labuan Bajo pun orang tahu.
13. Apakah sektor pariwisata bisa kembali menjadi sektor primadona untuk menopang perekonomian nasional, sementara saat pandemi, sektor ini yang paling terpukul? Apa yang harus dilakukan pemerintah pusat dibawah kepemimpinan Jokowi?
Menurut saya, Pemerintah Pusat sangat membantu, saya lihat di mana sama seperti negara lain, tengah berusaha untuk menemukan vaksin Covid-19 termasuk Indonesia, agar bisa hidup normal, bukan new normal saja, tapi karena saat kita ada vaksin sehingga kita kebal terhadap Covid-19, sehingga semua bisa kembali.
Dengan nanti adanya normal, Labuan Bajo kembali normal.
Sehingga kami datang ke Bali dan Labuan Bajo untuk memberikan kode kepada wisatawan domestik.
Kami bertemu 10 DPD Hipmi di sana dan melihat bahwa Bali sudah siap menyambut Pariwitasata di tengah pandemi Covid-19.
Kami pun ke Labuan Bajo, untuk memberikan sinyal bahwa kepada anggota HIPMI yang ingin berwisata ke Bali dan Labuan Bajo, bahwa pemerintahnya telah siap dan menerima wisatawan domestik
Sehingga semua kawan-kawan HIPMI se-Nusantara bisa dapat ke Bali dan Labuan Bajo untuk berwisata dengan mengedepankan protokol kesehatan. Saya rasa sangat aman sekali
Apakah ada dampak dari pandemi Covid-19 untuk usaha anda?
Saya juga terdampak Covid-19, karena usaha saya seperti PT Batulicin 69 yang bergerak di bidang tambang, kami di bidang energi, kami diuntungkan dengan hanya membayar bunga pinjaman saja, pokok tidak kita bayar, karena kita dibantu pemerintah dengan program relaksasi pinjaman, tapi bukan berarti kami tidak bayar, tahun depan akan dihitung dan kami akan bayar.
Apa motivasi dan pesan anda bagi pengusaha muda di Indonesia untuk berusaha di tengah pandemi Covid-19 ini?
Intinya sebagai pengusaha kalau kerja sesuatu di tengah pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh seluruh dunia, untuk investasi yang tidak matang, atau dalam pengalaman kita, lebih bagus menahan diri untuk investasi dan menahan diri dengan usaha atau investasi yang ada.
Nanti setelah pandemi Covid-19 ini berakhir, barulah memulai atau memperluas bisnis atau investasi yang mau dilakukan. Kalau masa pandemi Covid-19 menurut saya jangan, apalagi bukan di pengalamannya, resikonya besar sekali.
Apa kontribusi lain dari Hipmi bagi Provinsi NTT?
Satu hal lagi, kita juga memberikan kesempatan kepada 1 putera daerah asal NTT, kami masukan dalam pengurus pusat sehingga dapat bekerja sama dengan kami, terkait memberikan informasi apa yang ada di Labuan Bajo dapat diinvestasikan di Labuan Bajo, mudah-mudahan pengusaha muda di Indonesia khususnya HIPMI dapat berinvestasi di khususnya di Labuan Bajo dengan adanya putera daerah NTT yang masuk dalam kepengurusan organisasi di pusat. (*)