Manuver China Ancam Pecah Perang Dunia 3, Setelah LCS Kini Incar Laut China Timur, Ini Simulasinya
Jepang pun mengirim gugus tugas amfibi untuk mengambil alih pulau tersebut, kemudian armada perang AS datang untuk membantu Jepang sembari menghindari
Alih-alih melawan China dengan armada kapal, tim Jepang dan AS akan memilih kekuatan udara dengan jet tempur siluman F-22 dan F-35 milik AS, bergabung dengan F-35 dan F-15 Jepang untuk menghancurkan pesawat China yang terbang di dekat Senkaku , termasuk drone China.
Baca Juga: Ketika Ribuan Mayat Dibiarkan Membusuk hingga Diikat di Pohon, Beginilah Kondisi Perkebunan Mayat, Mau Sumbangkan Mayat Anda Setelah Meninggal di Sini?
Drone China akan menyampaikan data penargetan rudal balistik anti-kapal berbasis darat.
Kemudian, karena China mengalami kerugian besar pada kapal dan pesawat mereka, pemimpin China kemudian memilih menyerang dua kapal induk AS dengan rudal.
Di akhir pertandingan, situasi kemungkinan menjadi buntu, China mengalami kekalahan besar tapi masih mempertahankan kendali atas Uotsuri Jima.
Namun fokus siapa yang menang bukanlah tujuan utama simulasi Pentagon ini.
Simulasi ini memiliki banyak kekurangan karena pertama, ada terlalu banyak faktor subjektif atau sewenang-wenang yang nyatakan bangsa tertentu yang gunakan strategi tertentu akan menang dalam kehidupan nyata.
Kenyataannya, ada faktor-faktor yang belum dihitung seperti logistik, operasi informasi untuk membentuk opini publik, dan ketegangan politik dalam kepemimpinan China dengan aliansi AS-Jepang.
Perlu diingat juga ada beberapa kemungkinan yang tidak terjadi seperti armada kapal induk China yang terus bertambah, serta kapal induk Jepang yang dipersenjatai dengan pesawat tempur F-35.
Tentu saja, ada faktor lain, pemimpin ketiga negara akan sangat sadar kemungkinan melibatkan senjata nuklir untuk ini.
Namun simulasi ini membuka informasi baru, contohnya China memiliki keuntungan pembom darat dan rudal mereka dan keuntungan menembakkan peluru kendali besar-besaran, dan kemudian mempersenjatai kembali pembom dan peluncur rudal darat dari pangkalan yang berlokasi di daratan.
Sedangkan untuk AS, yang pangkalan militernya jauh sepertti Guam atau harus terbang dari Okinawa yang berada di titik tengah pertempuran, waktu mengeluarkan persenjataan mereka adalah keputusan yang penting, karena begitu F-35 menembakkan misilnya, akan diperlukan berjam-jam untuk kembali ke pangkalan, mengisi senjatanya lagi dan kembali ke zona pertempuran.
Hal inilah yang jadi salah satu pertimbangan Menteri Pertahanan AS Mark Esper untuk membangun pangkalan militer AS tambahan di Pasifik.
Paling signifikan dari simulasi ini adalah bagaimana permusuhan akan terus meningkat: awalnya China dan AS memasuki konflik dengan niat untuk tidak saling menyerang tapi ada banyak sekali kemungkinan di akhir permainan mereka saling menghancurkan kapal dan pesawat satu sama lain, dan China merasa harus melontarkan rudal ke pangkalan militer AS di Okinawa.
Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang selanjutnya menempati Gedung Putih tahun depan? Dengan pemilu AS di depan mata, kondisi dunia bisa berubah sangat cepat.