News

Lapor Pak, Kami Warga Naioni Menjerit, untuk Mendapat Air Bersih Harus Jual Tanah, Sedih!

Lebih dari 200 kepala keluarga di Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang mengalami kesulitan air bersih

Penulis: John Taena | Editor: Benny Dasman
Lapor Pak, Kami Warga Naioni Menjerit, untuk Mendapat Air Bersih Harus Jual Tanah, Sedih!
POS-KUPANG.COM/John Taena
PIPA PUTUS—Pipa induk dari proyek air bersih senilai miliaran rupiah di Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang terlihat sudah putus. Senin S1 Juli 2020.

 Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, John Taena

POS KUPANG, COM, KUPANG - Lebih dari 200 kepala keluarga di Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang mengalami kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan air bersih warga ini diperoleh dengan harga Rp 100 ribu per tangki yang berkapasitas 5.000 liter.

Sejumlah warga terpaksa menjual tanah untuk memenuhi salah satu kebutuhan hidup tersebut.

"Sekitar 200 KK dari total 500 lebih KK di Kelurahan Naioni yang kesulitan air bersih. Rata-rata per bulan itu setiap rumah butuh dua tangki, tergantung jumlah jiwa," jelas Lurah Naioni, Filmon Tanael kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Selasa (28/7).

Setiap bulan, lanjutnya, sekitar Rp 40 juta yang dikeluarkan oleh warga Kelurahan Naioni untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Nilai puluhan juta ini dinilai cukup besar apabila hanya dikeluarkan untuk kebutuhan air bersih. Alasannya, rata-rata warga kelurahan setempat adalah petani musiman.

"Saya orang asli Naioni. Sebagai lurah tahu betul kesulitan ekonomi warga. Petani musiman inikan hanya tunggu musim hujan baru tanam, itupun untuk kebutuhan konsumsi saja bukan untuk dijual," ujarnya.

Saat ini, lanjut Tanael, warga setempat yang berprofesi sebagai petani mengalami kesulitan ekonomi. Sejumalah warga terpaksa menjual tanah untuk bisa bertahan hidup.

"Petani musiman ini sumber pendapatannya mau dari mana? Kebutuhan ekonomi semakin sulit setiap hari, terpaksa jual tanah. Uang dipakai untuk makan minum termasuk beli air bersih," jelasnya.

Tanael mengatakan, kesulitan air bersih di Kelurahan Naioni merupakan persoalan klasik yang sudah berlangsung lama. Setiap kali musim kemarau warga setempat pasti dilanda bencana kekurangan air bersih.

"Masalah air bersih adalah persoalan klasik di Naioni. Kita berharap suatu saat akan teratasi agar masyarakat bisa terbantu," harapnya.

Pemerintah Kota Kupang, lanjutnya, terkait pernah membangun proyek air bersih di wilayah itu sekitar tahun 2017. Proyek tersebut dikerjakan di mata air Petu, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuan air bersih warga.

Namun hingga saat ini, manfaat dari proyek pembangunan air bersih itu belum dinikmati warga. Hal ini disebabkan, intansi terkait sebagai pemilik proyek air bersih itu diduga meninggalkan proyek di tengah jalan.

"Padahal air bersih ini sangat dibutuhkan masyarakat. Tapi maslahnya manfaat proyek itu sampai sekarang tidak ada sama sekali. Ini yang masyarakat pertanyakan," ujarnya.

Apabila proyek air bersih itu bermanfaat, tambah Tanael, puluhan juta uang warga setempat bisa dialihkan untuk kebutuhan yang lain.

"Bayangkan sejak tahun 2017 kalau proyek air bersih itu tidak mubazir seperti sekarang, masyarakat Naioni sudah menghemat berapa miliar untuk beli air minum? Jadi selama ini kalau masyarakat pertanyakan proyek itu, saya sebagai lurah hanya jawab, kita berdoa saja. Semoga suatu saat bisa diperhatikan oleh para pengambil kebijakan," tandasnya.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan mata air Petu, Kelurahan Naioni, merupakan proyek Dinas Pekerjaan Umum Kota Kupang.

Pelaksanaan proyek tersebut selama 120 hari kalender dan dimulai dikerjakan sejak 7 September hingga 23 Desember 2017. Selain itu proyek yang dibiayai tahun anggaran 2017 itu menelan menelan dana senilai Rp 1.340.562. *

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved