News
Tanda Tangan Komitmen Bersama, Empat Bupati di Pulau Sumba Sepakat Stop Kawin Tangkap
Empat bupati di Pulau Sumba menandatangani kesepakatan bersama stop kawin tangkap yang viral terjadi akhir-akhir ini.
Penulis: Petrus Piter | Editor: Benny Dasman
Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Petrus Piter
POS KUPANG, COM, WAIKABUBAK - Empat bupati di Pulau Sumba menandatangani kesepakatan bersama stop kawin tangkap yang viral terjadi akhir-akhir ini.
Bupati Sumba Barat, Drs. Agustinus Niga Dapawole, menegaskan, dari sisi budaya Sumba tidak mengenal adanya kawin tangkap. Yang benar kawin lari.
"Dan, secara tradisi budaya Sumba membolehkan hal itu terjadi," ujar Bupati Niga melalui Asisten Adminstrasi Umum Setda Sumba Barat, Yermia Ndapa Doda, S.Sos, sesaat setelah menghadiri rapat tindaklanjut atas penandatanganan kesepakatan bersama empat bupati se-Sumba tentang stop kawin tangkap. Rapat ini dipimpin Bupati Niga Dapawole di ruang rapat Bupati Sumba Barat, Senin (20/7).
Yermia menjelaskan kawin lari terjadi bila anak perempuan dan laki-laki saling mencintai tetapi kedua orang tua tidak setuju. Keduanya pun memutuskan kawin lari agar proses perkawinan cepat terlaksana.
Menurutnya, kawin lari terjadi bila kedua anak saling mencintai dan salah satu keluarga perempuan atau laki-laki tidak setuju. Dengan demikian dua sejoli memilih jalan pintas kawin lari dan sebagainya.
Selanjutnya, perwakilan keluarga laki-laki memberitahu keluarga perempuan bahwa anaknya ada di rumah lak-laki. Pada titik ini, diakui Yermia, akan terjadi perundingan kedua belah pihak untuk membicarakan penyelesaian secara adat. Biasanya keluarga perempuan datang membawa kain dan babi untuk menerima belis berupa kuda dan kerbau.
"Bila kedua belah pihak sepakat, maka akan berlangsung proses adat pembelisan seperti biasa," terang Yermia.
Namun demikian, Yermia mengakui, di zaman modern sekarang, hal itu jarang terjadi bahkan tidak terjadi lagi. Kawin lari itu terjadi sekitar 15-20 tahun lalu.
Yang terjadi sekarang, proses perkawinan terjadi karena anak laki-laki dan perempuan saling mencintai dan orang hanya merestu saja. Tentu semua harus berjalan sesuai adat budaya Sumba.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah akan mengadakan pertemuan lagi dengan tokoh adat enam kecamatan sebelum menbentuk tim melakukan sosialisasi tentang stop kawin lari dan berujung pembuatan perda nantinya. *
