Meski Abaikan Protokol Kesehatan, Tapi Jepang Bisa ‘Kalahkan’ Covid-19, Bagaimana Caranya?

Banyak di negara-negara tertentu termasuk Indonesia juga masih terus berjuang melawan virus yang berawal dari Wuhan , China tersebut

Editor: Alfred Dama
kompas.com
Meski abaikan protokol kesehatan, tapi Jepang berhasil 'kalahkan' Covid-19 

Meski Abaikan Protokol Kesehatan, Tapi Jepang Bisa ‘Kalahkan’ Covid-19, Bagaimana Caranya?

POS KUPANG.COM -- Masih banyak negara-negara  yang berjibaku berperang habis-habisan melawan penyebaran virus corona atau Covid-19

Banyak di negara-negara tertentu termasuk Indonesia juga masih terus berjuang melawan virus yang berawal dari Wuhan , China tersebut

Di negara Rusia dan Amerika Serikat  yang termasuk negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia juga dibuat babak belur oleh virus ini

Demikian juga di Eropa, hanya segelintir negara yang merasa lega karena penurunan angka infeksi virus corona

Beberapa negara seperti Vietnam , Israel , Brunai Darusalam , Korea Selatan merupakan negara yang menyatakan bebas virus corona

Belakangan Jepang yang tidak pernah melakukan Lockdown juga sudah menyatakan bebas dari Covid-19

Ternyata, negeri Sakura ini memiliki cara jitu untuk menghentikan corona tanpa harus menerapkan protokol kesehatan yang begitu ketat

Ilustrasi virus corona dan pasien.
Ilustrasi virus corona dan pasien. (ILUSTRASI)

 Wabah pandemi virus corona melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang memakan korban ribuan jiwa.

Beberapa negara menerapkan lockdown yang ternyata berakibat buruk pada perekonomian.

Namun, ada pula negara yang pelan-pelan berhasil ‘mengalahkan’ virus corona ini.

Bagaimana dengan negara yang mengabaikan protokol kesehatan, mampukah negara tersebut ‘mengalahkan’ Covid-19?

Keadaan darurat akibat pandemi Covid-19 di Jepang hampir berakhir dengan kemunculan kasus baru berkurang tajam menjadi belasan orang.

Jepang mampu mencapai level tersebut, meskipun sebagian besar kebijakan di sana mengabaikan pedoman standar pemutusan rantai penyebaran virus corona.

Lihat saja, tidak ada batasan yang diterapkan pada pergerakan penduduk, dan bisnis dari restoran hingga penata rambut tetap buka.

Tidak ada aplikasi berteknologi tinggi yang melacak pergerakan orang, ditambah tak ada pusat pengendalian penyakit.

Dan, bahkan ketika negara-negara berlomba melakukan pengujian, Jepang hanya menguji 0,2 persen dari populasinya -salah satu tingkat terendah di antara negara-negara maju.

Namun toh, Jepang mampu meratakan kurva penyebaran virus dengan 17.000 kasus dan 826 kematian di negara dengan penduduk 126 juta.

Capaian tersebut merupakan angka terbaik di antara kelompok tujuh negara maju.

Di Tokyo, kota yang padat penduduk di Jepang, banyak kasus infeksi turun menjadi satu digit pada beberapa hari belakangan.

Lalu, ketika kemungkinan gelombang infeksi kedua yang lebih parah selalu ada, Jepang sudah mencabut keadaan darurat, dan bakal mulai menjalani kehidupan normal hari ini, Senin (25/5/2020).

Lalu, bagaimana mungkin Jepang bisa mengendalikan penyebaran virus ini tanpa berkiblat pada pedoman yang digunakan oleh negara-negara lainnya.

Hanya satu hal yang disepakati: bahwa tidak ada solusi instan, dan faktor lain yang membuat pembedaan dalam kasus ini.

"Hanya dengan melihat angka kematian, kita dapat mengatakan Jepang berhasil," kata Mikihito Tanaka, Profesor di Universitas Waseda, yang berspesialisasi dalam komunikasi sains.

"Tetapi bahkan para ahli pun tidak tahu alasannya," sambunug dia.

Sebuah daftar mengumpulkan 43 kemungkinan alasan yang dikutip dalam laporan media, mulai dari budaya mengenakan masker, tingkat obesitas di Jepang yang terkenal rendah, hingga keputusan awal untuk menutup sekolah.

Ilustrasi petugas laboratorium yang menangani Covid-19
Ilustrasi petugas laboratorium yang menangani Covid-19 (tribunnews.com)

Lalu, yang lebih fantastis termasuk klaim penutur bahasa Jepang yang dikenal memancarkan lebih sedikit tetesan yang sarat virus ketika berbicara, dibandingkan dengan bahasa lain.

Para ahli yang dikutip Bloomberg News juga membeberkan segudang faktor yang berkontribusi pada hasil tersebut.

Namun, di dalamnya tidak terpetakan paket kebijakan tunggal di Jepang yang dapat direplikasi di negara lain.

Di sisi lain, respons awal warga terhadap peningkatan infeksi menjadi sangat penting.

Ketika pemerintah pusat dikritik karena langkah-langkah kebijakannya yang dinilai lambat, para ahli memuji peran pelacak kontak di Jepang.

Fitur itu sudah berjalan setelah infeksi pertama ditemukan pada Januari.

Respons cepat semacam ini memang menjadi satu keunggulan inbuilt Jepang yakni lewat keberadaan pusat kesehatan publiknya.

Pusat kesehatan publik memiliki puluhan ribu tenaga paramedis yang sudah terlatih dalam menyusuri jejak infeksi di tahun 2018.

Pada masa-masa normal, para perawat tersebut terbiasa melacak infeksi yang lebih umum seperti influenza dan TBC.

"Ini sangat analog, ini bukan sistem berbasis aplikasi seperti Singapura, tapi bagaimana pun, itu sangat berguna," kata Kazuto Suzuki, Profesor Kebijakan Publik di Universitas Hokkaido.

Dia menulis ulasan khusus tentang respons Jepang dalam pandemi Covid-19.

Ketika negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris baru mulai merekrut dan melatih pelacak kontak, Jepang telah melacak pergerakan penyakit ini sejak segelintir kasus pertama ditemukan.

Para ahli di Jepang menitikberatkan pada penanggulangan kelompok, atau kelompok infeksi dari satu lokasi seperti klub atau rumah sakit, sebelum kasus kian menyebar.

"Banyak orang mengatakan, kami tidak memiliki Pusat Pengendalian Penyakit di Jepang," kata Yoko Tsukamoto, Profesor Pengendalian Infeksi di Universitas Ilmu Kesehatan Hokkaido.

"Padahal pusat kesehatan masyarakat adalah sejenis Pusat Pengendalian Penyakit lokal," kata dia. (Glori K. Wadrianto)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Meski Abaikan Protokol Kesehatan, Tapi Jepang Bisa ‘Kalahkan’ Covid-19, Bagaimana Caranya?  https://intisari.grid.id/read/032166215/meski-abaikan-protokol-kesehatan-tapi-jepang-bisa-kalahkan-covid-19-bagaimana-caranya?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved