Siswa di Nagekeo Panjat Tebing Curam Cari Jaringan Internet Demi Ikut KBM Online
sejumlah pelajar SMAN 1 Mauponggo di Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo mencari jaringan internet
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) dalam jaringan ( daring) atau online yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sangat sulit diterapkan di daerah yang susah signal. Pasalnya infrastruktur dasarnya sangat tidak mendukung, seperti listrik, signal dan juga jaringan internet.
Jika di Kota yang sudah maju dan memiliki infrastruktur jaringan yang baik, Hand Phone (HP) android sangat berguna. Namun tidak bagi warga daerah-daerah yang masih susah signal.
• Update Covid-19 di Belu: Jumlah OTG Masih Tetap 23 Orang
Hal itu dialami oleh sejumlah pelajar SMAN 1 Mauponggo di Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo.
Selama masa pandemi Covid-19, siswa-siswa dirumahkan dan mengikuti KBM online dari rumah. Siswa-siswipun mengikuti arahan atau imbauan dari sekolah untuk mengikuti KBM online.
Namun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Di sebagian wilayah Mauponggo signal susah. Apalagi jaringan internet. Jika listrik padam signal denganya sendirinya hilang.
• Pemda TTU Diminta Rincikan Penggunaan 35 Persen APBD untuk Penanganan Covid-19
Mereka sangat mengeluh. Meskipun begitu mereka tetap semangat mencari signal dan mendapatkan jaringan internet demi mengikuti KBM online.
Mereka tak putus asa. Yang lebih mengerikan ketika jaringan internet sudah bisa diakses namun kadang macet, padahal mereka sangat membutuhkan kenyamanan jaringan internet, saat belajar mengajar secara online berlangsung selama pandemi Covid-19 masih merebak.
Siswapun tak hilang akal. Segala upaya mereka lakukan. Dari jalan kaki belasan kilo meter hingga panjat tebing curam mereka lakukan untuk mencari signal dan jaringan internet sehingga bisa mengikuti KBM online.
Siswa SMA Negeri I Mauponggo, Simplianus Mere Wegu, menyatakan ia dan sejumlah temannya tak putus asa mencari signal.
Meskipun susah mendapatkan signal dan jaringan internet mereka rela berjalan kaki belasan kilo meter untuk mendapatkan signal dan jaringan internet.
Simplianus juga menyatakan jika ditempat-tempat yang biasanya ada signal suatu waktu signal hilang, terpaksa mereka memanjat tebing curam untuk mencari signal dan jaringan internet.
Simplianus menyampaikan sejak pandemi Vovid-19 merebak, manajemen sekolah setempat menetapkan kebijakan belajar mengajar berlangsung secara online.
Namun kebijakan tersebut, lanjutnya, menimbulkan persoalan baru bagi para siswa-siswi di sekolah itu.
Terutama, jaringan internet yang sering terganggu sehingga materi pembelajaran yang disajikan secara online itu tidak bisa diikuti secara baik.
Simplianus mengaku apabila harus dalami materi yang disajikan para guru yang sifatnya mendesak, terpaksa para siswa menempuh perjalanan hingga belasan kilo meter, naik gurun bahkan melintasi tebing curam agar dapat mengakses internet secara memadai.
