Masjid Agung Al Azhar

Dibesarkan Buya Hamka, Imam Salat Shubuh

KEBERADAAN Masjid Agung Al Azhar di DKI Jakarta tak bisa dilepas pisahkan dengan Buya Hamka

Editor: Kanis Jehola
(ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Umat Muslim melaksanakan salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Selasa (21/8/2018). Masjid Agung Al Azhar menggelar salat Idul Adha 1439 Hijriah pada hari ini merujuk pada pelaksanaan puncak ibadah haji atau wukuf di Arafah yang dilaksanakan pada Senin (20/8/2018) atau 9 Dzulhijah 1439 Hjiriah. 

POS-KUPANG.COM - KEBERADAAN Masjid Agung Al Azhar di DKI Jakarta tak bisa dilepas pisahkan dengan Buya Hamka. "Ketika orang mendengar Masjid Agung Al Azhar, yang diingat pasti sosok Buya Hamka," ucap Haji Yahya (55), Kepala Urusan Rumah Tangga Masjid Agung Al-Azhar.

Di masjid nan megah itu, Buya Hamka memperjuangkan pendidikan Islam saat Indonesia mengalami masa pasca era orde lama. Tak heran pada era 60-70an, orang ketika mengingat Masjid Agung Al-Azhar, maka yang terbesit adalah nama Buya Hamka. "Karena sejarahnya beliau yang membesarkan memakmurkan Masjid Agung Al-Azhar sebagai imam besar," tutur Yahya.

Terkait UAS SMAK Suria Atambua Tunggu Instruksi Gubernur

Sebelum wafat pada 1981, sosok Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal Buya Hamka tinggal tak jauh dari Masjid Agung Al-Azhar. Setiap hari Buya Hamka memberikan kajian-kajian kepada jemaah, terutama setelah Salat Shubuh.

"Buya Hamka adalah tokoh agama yang memakmurkan masjid. Jadi beliau adalah imam Salat Subuh Masjid Agung Al-Azhar. Beliau yang mengimami Salat Subuh setiap hari dan diadakan kajian-kajian. Sampai beliau wafat," ujar Yahya.

UAS Online, Sekolah Berikan Tugas Bagi Siswa yang Tak Punya HP

Yahya menerangkan hingga kini kajian-kajian pun tetap dilanjutkan. Tak terlepas dari perjuangan Buya Hamka. Kajian bahkan hampir setiap hari. Biasanya, menurut Yahya, seribuan jemaah hadir dalam kajian tersebut. Kaum milenial pun memiliki minat yang cukup besar untuk mengikuti kajian pada hari Rabu.

"Yang hari Rabu malam. Yang ba'da Salat Isya itu saya sampaikan tadi jemaah di atas seribu. Didominasi anak-anak muda. Kemudian Jumat malam juga ada kajian anak-anak muda. Dilaksanakan ba'da Isya," kata Yahya.

Kajian Online

Namun, karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kajian itu untuk sementara tak diadakan di masjid. Kajian dilakukan secara online. "Kita tiadakan secara tatap muka langsung tapi kita hadirkan melalui aplikasi Zoom dan YouTube," imbuh Yahya.

Menurut Yahya, sebelum ada Corona, Masjid Agung Al-Azhar memiliki agenda padat saat Ramadhan. Setiap hari diadakan kegiatan rutin buka bersama. "Biasanya kita siapkan takjil sampai untuk 850 jemaah," tuturnya.

Berkumpul di aula utama masjid, lalu mengadakan tausiah sampai waktu berbuka puasa tiba. Karena corona kegiatan itu ditiadakan. Pihak masjid mengubah strategi mereka dalam hal pembagian takjil.

"Dengan sistem drive-thru di depan gerbang masuk nanti para masyarakat terutama pengendara kendaraan motor, ojek online, masuk ke halaman masjid ngambil takjil langsung putar ke luar untuk menghindari kerumunan," ucap Yahya.

Demi tetap menghadirkan suasana ramadhan kepada para jemaah, lanjut dia, pihak masjid pun memberikan program-program "Di Rumah Aja"."Program mutiara ramadhan yang kita tayangkan lewat YouTube setiap hari.

Kemudian juga ada inspirasi ramadhan setiap hari Jumat, Sabtu, Ahad kita juga sajikan di YouTube. Oase ramadhan juga akan kita sajikan di 10 malam terakhir. Ini supaya tetap memberikan suasana ramadhan kepada jemaah," tuturnya. (tribun network/denis)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved