Kabar Tokoh

Setelah Andre Rosiade dan Arteria Dahlan,Giliran Asrul Sani Gugat Gelar Sarjana Hukum Najwa Shihab

Setelah Andre Rosiade dan Arteria Dahlan, Giliran Asrul Sani Gugat Gelar Sarjana Hukum Najwa Shihab, Anggota DPR serang balik putri Quraish Shihab

Editor: Adiana Ahmad
Kompas.com
Anggota DPR, Asrul Sani dan Najwa Shihab 

Setelah Andre Rosiade dan Arteria Dahlan, Giliran Asrul Sani Gugat Gelar Sarjana Hukum Najwa Shihab

 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Najwa Shihab menuai serangan balik bertubi-tubi dari Anggota DPR setelah kritik tajamnya terhadap kinerja anggota DPR RI.

Putri Ulama Besar Quraish Shihab itu diserang sejumlah Anggota DPR . Tidak main-main, setelah Arteria Dahlan dan Andre Rosiade mengancam membongkar aib sang presenter, giliran Asrul Sani, Anggota DPR dari PPP menggugat gelar sarjana hukum pembawa acara Mata Najwa tersebut.

Perseteruan Najwa Shihab dengan sejumlah Anggota DPR berawal dari kiritikan Najwa Shihab melalui akun instagramnya..

Lewat Instagram, Najwa Shihab melancarkan kritikan terbuka kepada anggota DPR RI.

Sejumlah Anggota DPR RI pun bereaksi. Mereka tak tinggal diam. Setelah Politis Gerindra Andre Rosiade dan Politisoi PDIP, Arteria Dahlan, giliran Politisi PPP, Asrul Sani mempertanyakan gelar akademik Najwa Shihab, Sarjana Hukum, karena tidak mengerti tugas dan fungsi DPR RI.

Seperti diketahui, wanita yang akrab disapa Nana itu sempat memberi kritikan terhadap kinerja DPR di pandemi corona.

Kritikan tersebut ia rekam dan unggah dalam bentuk video bertajuk "Kepada Tuan dan Puan Anggota DPR yang Terhormat" yang diunggah melalui platform YouTube.

Video yang ditayangkan pada Sabtu (2/5/2020) itu viral dan jadi perbincangan banyak orang.

Wanita yang menjadi tuan rumah program Mata Najwa itu menilai DPR justru terkesan tidak serius dalam mencari solusi agar persoalan Covid-19 di Indonesia segera teratasi.

Dengan nada satire, Najwa Shihab mulai memberikan kritik kepada para anggota partai politik yang duduk di kursi legislatif tersebut.

Tidak sedikit anggota DPR yang menanggapi kritikan Najwa Shihab.

Salah satunya adalah Anggota DPR dari Fraksi PPP Arsul Sani.

Menurut Arsul Sani, kritik dari figur publik seperti Najwa Shihab seharusnya mengedepankan klarifikasi kepada anggota DPR.

"Untuk individu dengan kapasitas intelektual seperti Najwa tidak boleh dengan prasangka duluan, tanpa keinginan dulu untuk klarifikasi.

Dia bisa lakukan itu semua, karena anggota DPR yang dia kenal banyak termasuk saya yang sering jadi narasumbernya," ujar Arsul Sani, Senin (4/5/2020).

Arsul juga menjawab kritikan Najwa Shihab terkait DPR yang kini ini sibuk dalam pembahasan sejumlah RUU, termasuk RUU Cipta Kerja.

Menurut Arsul, RUU yang disampaikan Najwa adalah inisiatif pemerintah, sehingga DPR memiliki kewajiban untuk merespons RUU tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan.

"Kenapa yang dikritisi DPR-nya?" ujarnya seperti dikutip dari Kompas.com.

"Ini menandakan Najwa yang sarjana hukum tapi tidak mengerti kewajiban DPR baik menurut konstitusi maupun UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan," ucapnya.

Arsul menjelaskan, dalam UU tersebut RUU yang diajukan pemerintah harus disegera direspons maksimal dalam 60 hari.

"Kalau mau pembahasan RUU-nya dihentikan maka ya pengusul atau pihak yang berinisiatif yang harus meminta berhenti atau menarik RUU usulannya," tuturnya.

Di samping itu, Arsul Sani menjawab kritikan Najwa Shihab terkait anggota-anggota Satgas Lawan covid-19 DPR yang berfoto mengenakan alat pelindung diri (APD).

Kritik ini sebenarnya juga disampaikan masyarakat saat anggota Satgas Lawan covid-19 berfoto di Gedung Nusantara III DPR dengan menggunakan pakaian serupa APD.

Namun, Arsul menjawab bahwa Satgas Lawan covid-19 DPR hanya mengenakan APD ketika berkunjung ke RS Darurat covid-19 Wisma Atlet Kemayoran guna menyerahkan bantuan.

"Karena kunjungan itu sampai ke area di mana semua orang harus pakai APD maka sekitar 15 anggota Satgas yang ikut pakai APD ketika berangkat dari DPR."

"Lalu di mana tidak pantasnya kalau hanya 15 APD dipakai sendiri sementara ribuan APD disumbangkan," kata Arsul.

Lebih lanjut, Wakil Ketua MPR ini menyoroti alat rapid test yang juga sempat dikritisi publik.

Arsul mengatakan, 25.000 ribu alat rapid test disumbangkan DPR dan hanya 2.000 digunakan untuk anggota.

Ia juga menegaskan, APD, rapid test dan obat herbal yang diadakan DPR tanpa menggunakan anggaran negara.

"Tapi sumbangan dari pribadi-pribadi anggota DPR dan koleganya dalam bentuk barang-barang tersebut," kata dia.

Seperti diketahui, Nana sempat menyoroti foto sejumlah Satgas Covid-19 DPR yang berpose mengenakan APD.

Nana menjelaskan, foto tersebut diambil saat Satgas Covid-19 DPR mengunjungi rumah sakit darurat Wisma Atlet untuk menyerahkan sumbangan.

Namun, foto itu justru banjir dengan kritikan warganet.

 Foto tersebut, lanjutnya, dinilai melukai hati masyarakat.

"Makanya sempat ramai juga warganet mengkritik Satgas Covid-19 DPR RI yang berfoto mengenakan APD saat hendak berkunjung ke rumah sakit darurat Wisma Atlet untuk menyerahkan sumbangan DPR." ungkap Nana seperti dilansir dari tayangan YouTube Najwa Shihab, Sabtu 2 Mei 2020.

"Ini dinilai melukai hati masyarakat," imbuhnya.

Najwa mengungkapkan, oara tenaga medis bertaruh nyawa untuk mengurus pasien positif corona yang ada di Indonesia.

Bahkan, beberapa dari mereka nekat merawat tanpa mengenakan Alat Pelindung Diri karena kekurangan APD.

"Tenaga medis kita saja bertaruh nyawa benar karena kekurangan APD," ujarnya.

Nana juga mengungkapkan bahwa tidak ada satupun orang yang meragukan jumlah sumbangan DPR.

Mengingat untuk membeli ribuan rapid test dan memborong jamu saja mampu.

Namun, lanjutnya, ini soal rasa dan empati.

"Tidak ada yang meragukan jumlah sumbangan DPR, kami yakin pasti banyak," ungkap Nana.

"Namanya juga DPR, beli ribuan rapid test saja mampu, ngeborong jamu apa lagi, tapi ini soal rasa dan empati," imbuhnya.

Di akhir, Nana pun mengungkit soal 'Alat Pelindung Dewan'.

"Kecuali ya, kalau yang dipakai anggota DPR itu APD yang lain, Alat Pelindung Dewan," sindirnya.

"Salam hormat dari kami, yang kalian wakili," pungkas Nana.

 Diberitakan sebelumnya, foto para anggota dewan yang tergabung dalam Satgas Covid-19 DPR RI menuai kritik.

Mereka berfoto dengan menggunakan baju serba putih di depan Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta.

Para anggota dewan dikritik karena mengenakan pakaian yang menyerupai APD tenaga kesehatan.

Foto itu dikritik karena diunggah saat para tenaga medis banyak yang menangani pasien corona tanpa APD yang layak.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator Satgas Lawan Covid-DPR Sufmi Dasco Ahmad angkat bicara.

Ia mengatakan, pakaian atau baju yang digunakan tersebut hanya menyerupai APD.

"Kenapa dibilang menyerupai APD?"

"Karena bahan standar yang kami pakai bukan standar APD," tutur Dasco saat dihubungi wartawan, Jakarta, Rabu (15/4/2020) seperti dikutip dari Tribunnews.com.

Menurut Dasco, pakaian yang digunakan satgas tersebut hanya untuk seragam saja.

Bukan merupakan APD standar bagi tenaga medis dalam penanganan covid-19.

"Kalau ada kegiatan kan, orang boleh saja bikin seragam, mau kaos, mau bahannya apa kek."

"Tapi ini kebetulan menyerupai APD," tutur Wakil Ketua DPR itu.

Dasco pun merasa heran kepada netizen yang mempersoalkan pakaian yang digunakan Satgas Lawan Covid-19 DPR, padahal saat ini satgas menyumbangkan APD standar untuk tenaga medis.

"Kami bingung, bukan dibahas yang sumbangan yang banyak dan berkualitas, malah seragam kami."

"Ya namanya netizen, kami berbaik sangka saja, mungkin maksudnya mau memberikan masukan," tutur Dasco.

Namun hingga berita ini terbit, Najwa Shihab belum merespon balik terhadap reaksi anggota DPR RI ini.(TribunNewsmaker/ Irsan Yamananda)

* Rocky Gerung Salahkan Najwa Shihab

Sosok pengamat politik Rocky Gerung kembali berkomentar keras soal Presiden Jokowi. 

Baru-baru ini dirinya angkat bicara soal pernyataan Presiden soal perbedaan antara Mudik dan pulang kampung. 

Siapa sangka dirinya justeru salahkan Najwa Shihab yang saat itu menjadi presenter Mata Najwa.

"Saya kira yang salah bukan Pak Jokowi, yang salah itu Najwa," 
"Karena mustinya kalau dia ke Istana, pakai APD, Alat Pelindung D**gu."

Itulah kalimat yang diucapkan Rocky saat ditanya pertama kali soal pernyataan viral Jokowi tetang bedanya mudik dan pulang kampung.

Ya Pengamat politik Rocky Gerung melontarkan sindiran satire soal ramai perdebatan istilah mudik, dan pulang kampung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Rocky menilai pihak yang salah bukanlah Presiden Jokowi, melainkan presenter Najwa Shihab yang saat itu menjadi wartawan yang mewawancarai RI 1 tersebut.

Rocky mengatakan seharusnya Najwa menggunakan APD, namun yang dimaksud olehnya bukanlah Alat Pelindung Diri sebagaimana perlengkapan yang saat ini digunakan oleh para tenaga medis untuk berjuang melawan pandemi Virus Corona (Covid-19).

Dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu (25/4/2020), yang dimaksud olehnya adalah Alat Pelindung D***u.

"Saya kira yang salah bukan Pak Jokowi, yang salah itu Najwa," kata Rocky.

"Karena mustinya kalau dia ke Istana, pakai APD, Alat Pelindung D**gu."

"Dia enggak pakai Najwa," lanjutnya.

Menurutnya perdebatan istilah antara mudik, dan pulang kampung muncul karena publik sudah tak mampu lagi untuk marah, sehingga melampiaskannya menjadi olok-olok.

"Tapi itu memperlihatkan suatu gejala, dalam arti semua jadi meme yang mengolok-olok," ujar Rocky.

"Orang sudah sampai di batas ngapain marah, ketawain aja."

Rocky bahkan berpkiran presiden juga bermaksud bercanda karena sudah pusing.

"Mungkin juga presiden menganggap bahwa yasudah saya cuman mau bercanda saja karena enggak mungkin lagi saya berpikir lebih dari itu," kata dia.

"Presiden pusing karena enggak tahu lagi apa yang mau dia ucapkan, rakyat juga bukan sekadar abai, tapi yasudah presiden enggak bisa ngucapin apa-apa," lanjutnya.

"Karena itu kami rakyat ketawa saja sambil ngeledek," ucap Rocky.

Rocky lalu membandingkan situasi Indonesia saat ini dengan di Amerika Serikat.

Ia menjelaskan saat ini di sana masyarakatnya memprotes kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, bukan sosok Trump.

Sedangkan di Indonesia menurut Rocky masyarakatnya mengolok-olok pemegang kekuasaan itu sendiri.

"Di kita kemarin, berkali-kali kesadaran tentang hak itu akhirnya berubah, perlahan-lahan menjadi olok-olok terhadap kekuasaan," kata Rocky.

Rocky mengatakan bagaimana saat ini pemerintah tidak mampu menjawab kritikan publik.

"Di kita kejelasan dituntut presiden malah bikin confusion signal, sinyalnya itu membingungkan antara pulang atau mudik," jelasnya.

Terakhir Rocky kembali melontarkan sindiran satirenya atas perdebatan istilah mudik, dan pulang kampung.

"Tapi sudahlah saya enggak salahin presiden, saya tetap salahin Najwa karena dia enggak memakai Alat Pelindung D***u," tandasnya.

Seperti yang diketahui perdebatan istilah mudik, dan pulang kampung muncul saat Najwa Shihab mewawancarai Presiden Jokowi di Istana, Selasa (21/4/2020).

Dikutip dari wawancara eksklusif tersebut, berikut ini adalah penjelasan Jokowi mengenai perbedaan istilah mudik, dan pulang kampung.

"Kalau mudik di hari lebarannya, beda untuk merayakan idul fitri," ucap Jokowi.

"Hanya perbedaan masalah waktu Bapak?," potong Najwa Shihab.

"Kalau yang namanya pulang kampung itu ya bekerja di Jakarta, tetapi anak istrinya ada di kampung," lanjut Jokowi.

* Psikiater Ibaratkan Mudik Layaknya Kecanduan

Psikiater dr. Danardi Sosrosumihardjo Sp. KJ(K) menjelaskan soal perilaku masyarakat yang nekat mudik di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).

Menurutnya perilaku tersebut timbul dari kebiasaan yang kemudian menjadi layaknya kecanduan.

Ia mengatakan apabila masyarakat tidak melakukan hal tersebut akan ada kecemasan, dan sesuatu yang kurang.

Dikutip dari YouTube Talk Show tvOne, Jumat (24/4/2020), awalnya presenter acara APA KABAR INDONESIA MALAM menanyakan apakah kebiasaan seperti mudik bisa ditahan.

Danardi menjelaskan bahwa manusia memang mahkluk yang ingin berkumpul.

Kemudian kebiasaan berkumpul juga terbentuk karena budaya yang telah berada sejak lama, dan terakhir adalah dorongan dari sisi agama yang membiasakan manusia melakukan kegiatan bersama-sama.

"Jadi betul bahwa manusia itu kan mahkluk sosial, harus berkumpul," kata Danardi.

"Dan manusia itu mahkluk budaya dimana sudah bertahun-tahun mempunyai suatu pola untuk berkumpul, juga mungkin secara religi bahwa mempunyai kebiasaan salat Tarawih misalnya, buka puasa bersama, termasuk juga nanti pulang kampung ketika lebaran."

Danardi menjelaskan untuk mengubah kebiasaan yang telah terbentuk sejak lama bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

"Itu budaya yang sudah terpatri bertahun-tahun itu tentu tidaklah mudah untuk bisa diubah," ujarnya.

Cara untuk mengatasi masalah tersebut menurut Danardi harus terus dilakukan oleh pemerintah, pemimpin, dan ulama yang terus-terusan memberikan pengertian terkait pandemi Covid-19.

Danardi juga berharap masyarakat yang lain bisa ikut memberikan pengertian kepada orang yang tidak mengerti bahaya dari pandemi Covid-19.

"Berharapnya bahwa teman-teman atau saudara-saudara kita yang paham tentang hal ini bisa memberikan contoh, memberikan teladan bahwa ayo kebiasaan ini untuk kali ini, untuk tahun ini dimana memang saat ini ada suatu pandemi yang bisa membahayakan siapapun, itu pelan-pelan dilakukan suatu perubahan," paparnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul Tanggapi Kritikan Najwa Shihab, Arsul Sani: Tanda Najwa Sarjana Hukum yang Tak Tahu Kewajiban DPR, https://newsmaker.tribunnews.com/2020/05/09/tanggapi-kritikan-najwa-shihab-arsul-sani-tanda-najwa-sarjana-hukum-yang-tak-tahu-kewajiban-dpr?page=2.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved