Beragam Suara Guru Kampung tentang Siswa Belajar dari Rumah
Sebuah grup WhatsApp, ‘Suara Guru Kampung” yang diadakan dalam masa sekolah diliburkan untuk mencegah penularan virus corona (
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM,LARANTUKA--- Sebuah grup WhatsApp, ‘Suara Guru Kampung” yang diadakan dalam masa sekolah diliburkan untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19) oleh Ketua Asosiasi Guru Penulis (Agupena) Flotim, Maksimus Masan Kian.
Grup tersebut menghimpun guru-guru kampung se-NTT, dari polosok Flores, Timor, Lembata, Sumba dan Alor, berdiskusi tentang pembelajaran. Beragam pengalaman para guru dibagikan Maksimus kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (17/4/2020).
Pembelajaran di rumah semenjak semua sekolah diliburkan,semua guru nyaris mengeluhkan hal serupa, ketiadaan listrik, orang tua dan atau anak tidak memiliki android, ketiadaan jaringan internet hingga ketiadaan pulsa data.
• MPM Honda Serahkan Bantuan APD ke RST Wirasakti Kupang, Simak Infonya
Maksimus membagikan pengalaman Debby Makalbani, guru SMP Negeri Langfatei di Desa Kuneman, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor. Debby menempuh empat perjalanan empat jam menggunakan sepeda motor dari Kota Kalabahi menuju sekolahnya.
Anak-anak di SMP Negeri Langfatei berasal dari berbagai kampung jaraknya berjauhan. Setiap hari mereka menempuh dua jam jalan kaki ke sekolah.
“Saya kebingungan memikirkan cara mendampingi anak untuk belajar dari rumah. Untuk belajar online saya angkat tangan. Bagaimana mau terapkan, listrik tidak ada, android tidak punya. Jangankan siswa, orang tua saja tidak milik,” kisah Debby.
Debby hanya memberikan tugas dikerjakan para siswa di rumah. Justru di masa libur sekolah karena Covid-19, anak memilih membantu orangtuanya di kebun untuk panen, kebetulan saat ini sedang musim panen.
“Informasi seputar virus Corona penyebaran informasinya masih melalui mulutgram. Kebijakan Mendiknas belajar melalui TVRI, maaf di ini wilayah belum bisa,” lata Deby.
Lain lagi pengalaman Erny M Petan.S.Pd, guru SD Inpres Lilis, Kecamatan Fatule'u Kabupaten Kupang. Ia mengatakan belajar dari rumah merupakan sesuatu yang asing bagi dirinya dan anak-anak.
“Bagaimana proses belajar secara online itu bisa berlangsung, jika kondisi riil orang tua tidak memiliki android, apalagi siswa,” keluh Erny.
• Pejudo Indonesia Miftahul Jannah Lelang Judogi untuk Perangi Wabah Corona, Simak Info
Ia lalu men-download materi pada aplikasi Rumah Belajar Kemendikbud,namun memori androidnya tidak mampu. Dengan modal Buku K13, ia menugaskan siswa bekerja berdasarkan materi dan rumusan pertanyaan yang ada di dalam buku.
“Petunjuk saya siapkan dan bagikan kepada siswa siswi didampingi oleh orang tua. Jumlah siswa di kelas IVa, 22 orang. Hanya 10 orang yang orang tua yang memiliki android, delapan orang tertib mengerjakan tugas dan mengirim balik ke saya. Meski tidak tepat jadwal,” kata Erny.
Sedangkan 12 anak tidak bisa terhubung karena ketiadaan fasilitas digital.
Maksimus berharap pihak terkait di daerah menerjemahkan secara kongkrit kebijakan tingkat pusat, melakukan koordinasi terbatas dan ada upaya ektra untuk mendampingi anak belajar oleh orang tua di rumah melalui petunjuk guru.
“Pemerintah desa bisa menjadi satu elemen penting diajak untuk bekerja sama menghidupkan iklim belajar yang baik di masyarakat di tengah Covid-19,” ujar Maksimus. (laporan wartawan POS-KUPANG.COM, eginius mo’a).