Virus Corona

Kasus Virus Corona Tembus 2 Juta, Kapan Corona Berakhir? Survei Menyebutkan 4 Bulan Lagi, Benarkah?

Berdasarkan survei di enam negara, pandemi Corona Covid-19 baru akan berakhir 17 minggu lagi atau sekitar empat bulan.

Editor: Bebet I Hidayat
Kolase/pixabay/getty images
Kasus Virus Corona Tembus 2 Juta, Kapan Corona Berakhir? Survei Menyebutkan 4 Bulan Lagi, Benarkah? 

POS-KUPANG.COM - Jumlah pasien kasus virus corona di dunia, hingga Rabu (15/4/2020) pukul 16.26 WIB mencapai lebih dari 2 juta kasus, tepatnya 2.008.251 kasus.

Dalam rentang waktu kurang dari 24 jam, jumlah kasus virus corona terkonfirmasi bertambah lebih dari 74.000 kasus. Pasalnya, pada Selasa (14/4/2020) pukul 16.31 WIB, kasus terkonfirmasi mencapai 1.933.883 kasus.

Dari 2.008.251 juta orang yang positif terinfeksi Covid-19, 127.168 pasien meninggal dunia dan 486.247 dinyatakan sembuh.

Cara Berpikir Positif Ahok Jawab Luna Maya , Virus Corona Akan Membuat Banyak Otang Lebih Baik

BREAKING NEWS: 13 Warga asal Mabar Positif Covid-19 Berdasarkan Rapid Tes Tersebar di 3 Kecamatan

Terdapat 210 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19

Sementara jumlah pasien positif terinfeksi virus corona ( Covid-19) di Indonesia per Rabu (15/4) secara kumulatif mencapai 5.136 kasus. Dari jumlah itu, 469 orang meninggal dunia dan 446 orang dinyatakan telah sembuh.

Sejak dilaporkan pertama kali pada akhir 2019 lalu, jumlah kasus Covid-19 terus bertambah setiap harinya.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah di seluruh dunia, seperti penguncian wilayah atau lockdown hingga mewajibkan masker untuk semua orang, dan banyak hal lainnya.

Lalu kapan pandemi ini akan berakhir? 

Dilansir BBC, Senin (23/3/2020), ada 3 cara untuk mengakhiri pandemi virus corona menurut Profesor epidemologi penyakit menular di Universitas Edinburgh Mark Woolhouse, yaitu:

  1. vaksinasi
  2. kekebalan alami
  3. secara permanen mengubah perilaku/masyarakat

Masing-masing jalan tersebut akan mengurangi kemampuan virus untuk menyebar.

Vaksin: 12-18 bulan


Ilustrasi vaksin(Shutterstock)

Diam-Diam Vicky Prasetyo Jomblangin Luna Maya dengan Musisi Ini, Reaksi Mantan Ariel Ini Jadi Baper?

Vaksin dapat memberi kekebalan sehingga seseorang tidak terinfeksi suatu virus.

Prediksi terbaik saat ini adalah vaksin bisa siap dalam 12-18 bulan, jika semua berjalan lancar.

Saat ini penelitian vaksin berlangsung dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi tidak ada jaminan itu akan berhasil dan akan membutuhkan imunisasi dalam skala global.

Kekebalan alami: setidaknya 2 tahun lagi 

Dilansir Bloomberg, Jumat (3/4/2020), ada konsensus bahwa pandemi hanya akan berakhir dengan pembentukan kekebalan kelompok atau herd immunity.

Dilansir Aljazeera, Jumat (20/3/2020), herd immunity mengacu pada situasi di mana cukup banyak orang dalam suatu populasi yang memiliki kekebalan terhadap infeksi sehingga dapat secara efektif menghentikan penyebaran penyakit tersebut.

Ada 2 jalan untuk itu.

Cara pertama melalui imunisasi. Sedangkan cara kedua adalah dengan membiarkan sebagian besar komunitas terinfeksi patogen dan mengembangkan resistensi terhadapnya.

Ini adalah cara alami, karena ketika orang terinfeksi lalu pulih, dia akan kebal terhadap infeksi.

Namun cara ini berisiko karena dapat membahayakan banyak orang. Sejauh ini peneliti masih menemukan orang yang sembuh bisa terinfeksi lagi.

Selain itu, membiarkan banyak orang terinfeksi artinya risiko kematian juga tinggi.

Tidak ada titik akhir yang jelas

Warga memakai masker mengantre di supermarket pada hari kedua lockdown Italia. Gambar diambil di Pioltello, dekat Milan, Rabu (11/3/2020).
Warga memakai masker mengantre di supermarket pada hari kedua lockdown Italia. Gambar diambil di Pioltello, dekat Milan, Rabu (11/3/2020).(FLAVIO LO SCALZO/REUTERS)

Opsi ketiga selain vaksinasi dan herd immunity adalah langkah-langkah alternatif.

Caranya dengan mengubah perilaku masyarakat secara permanen agar tingkat transmisi tetap rendah.

Ada negara yang menggunakan pengujian ketat (melakukan tes), isolasi pasien, deteksi dini, pelacakan kontak, merawat pasien di rumah sakit, dan sebagainya.

Bagaimana dengan lockdown? Wuhan membutuhkan waktu 2 bulan penutupan.

Wakil Kepala Medis Inggris Jenny Harries mengatakan langkah-langkah penguncian setidaknya butuh 2-6 bulan.

Ibunda Neymar Punya Pacar Brondong , Ini Fakta Tiago Ramos Mau Pacari Wanita 52 Tahun ini

Sementara itu Profesor Penyakit Menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine Annelies Wilder-Smith merekomendasikan penguncian tetap berlaku sampai kasus harian turun secara konsisten selama setidaknya dua minggu.

Mengangkat penguncian terlalu dini berisiko menyebabkan lonjakan baru.

Hasil Survei Pandemi Corona Berakhir 4 Bulan Lagi

Sementara itu, sebuah survei menyebutkan bahwa pandemi virus corona bakal berakhir pada 4 bulan mendatang.

Berdasarkan survei di enam negara, pandemi Corona Covid-19 baru akan berakhir 17 minggu lagi atau sekitar empat bulan. Survei tersebut melibatkan 6.566 orang.

Dikutip dari Yonhap, Korea, Senin (13/4/2020), tiap warga negara memiliki pandangan berbeda terkait kapan pandemi ini akan berakhir. Yang paling optimistis adalah warga China, mereka yakin pandemi selesai dalam sembilan minggu saja.

Enam negara yang disurvei adalah Korea Selatan (1.043 responden), Amerika Serikat (1.119), China (1.057), Jerman (1.131), Italia (1.093), dan Inggris (1.123).

Warga AS berkata pandemi Virus Corona akan berakhir dalam 15 minggu, sementara warga Italia dan Inggris memprediksi situasi baru membaik pada 22 minggu. Kematian akibat COVID-19 di Italia adalah tertinggi di Eropa dan kematian di AS tertinggi sedunia.

Ada 22 persen responden yang percaya butuh lima hingga dua tahun sebelum kehidupan kembali berjalan normal.

Survei menunjukkan hanya 47 persen responden percaya pemerintah mereka bekerja dengan baik. Ini berarti mayoritas tidak puas dengan respons pemerintah.

Warga yang paling memuji performa pemerintah mereka adalah warga China. 79 persen yakin pemerintah mereka berhasil merespons Virus Corona jenis baru.

Survei ini dilaksanakan oleh agensi public relations dan marketing FleishmanHillard Inc. secara online.

5 Negara Kasus Corona Terbanyak

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) telah menetapkan wabah Covid-19 sebagai sebuah pandemi. 

Hingga saat ini, sudah 200-an negara yang mengonfirmasi adanya temuan kasus infeksi virus corona di wilayahnya.

Jumlah kasus infeksi yang terjadi di masing-masing negara berbeda-beda. Begitu pun dengan jumlah kematian yang terkonfirmasi..

Berdasarkan pada data yang ditampilkan Worldometer per Rabu (15/4/2020) pukul 10.16 GMT, berikut ini 5 negara dengan kasus corona terbanyak di dunia. 

1. Amerika Serikat

Amerika Serikat memimpin jumlah kasus infeksi virus corona terbanyak di antara seluruh negara di dunia.

Dari total 2.013.998 kasus infeksi yang terjadi di seluruh dunia, 614.246 di antaranya terjadi di negara yang dipimpin Donald Trump ini.

Itu berarti hampir 30,5 persen kasus dunia terpusat di Amerika Serikat.

Jumlah kematian di sana mencapai 26.064 kasus atau jika dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi di negara itu, berarti tingkat kematiannya mencapai 4,24 persen.

New York menjadi kota dengan jumlah infeksi terbanyak di AS, yakni mencapai 203.123 kasus atau 33 persen dari kasus nasional.

2. Spanyol

Negara dengan jumlah kasus infeksi Covid-19 terbanyak kedua di dunia adalah Negeri Matador, Spanyol.

Meski terpaut cukup jauh dari kasus di AS, namun posisi kedua dunia ini menempatkan Spanyol sebagai negara dengan kasus tertinggi di Eropa.

Jumlah kasus yang telah terkonfirmasi hingga Rabu (14/4/2020) siang di sana mencapai 177.633 kasus dengan 18.579 kasus kematian.

Jumlah kasus yang terjadi di Spanyol menyumbang 18,7 persen kasus keseluruhan di dataran Eropa yang mencapai 948,354.

3. Italia

Masih dari Eropa, negara ketiga dengan kasus infeksi virus corona tertinggi adalah Italia.

Saat ini, kasus di negara yang dikenal dengan Menara Pissa itu mencapai 162.488 kasus. Sementara itu, total kematian di sana mencapai 21.067 kematian.

Sebelumnya, Italia sempat menjadi zona merah, atau episentrum terbesar persebaran Covid-19 bersama dengan Korea Selatan dan Iran.

Namun, kini perlahan Italia sudah bisa mengatasi jumlah kasus yang terjadi di wilayahnya dengan mengetatkan aturan dan menerapkan lockdown berskala nasioanal.

Meski sempat tidak dipatuhi oleh warganya, namun pemerintah terus menyerukan kepada masyarakat untuk taat demi terputusnya rantai penyebaran virus ini.

Anies Baswedan Dikritik Effendi Gazali Soal PSBB, Singgung Ribuan Pemakaman dengan Protokol Corona

4. Perancis

Di urutan keempat, negara yang memiliki kasus infeksi Covid-19 tertinggi adalah Perancis.

Negara yang terkenal sebagai pusat mode dunia ini pun saat ini sepi oleh kunjungan wisatawan. 

Banyak kegiatan ditiadakan, pariwisata ditutup, semua demi mengatasi Covid-19 yang sudah mencapai 143.303 kasus di sana.

Jumlah kematian akibat infeksi ini pun sudah tercatat mencapai 15.729 kasus

5. Jerman

Terakhir, negara kelima dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia adalah Jerman. Di negara ini, kasus infeksi diketahui sudah ada di angka 132.210 kasus.

Namun, menariknya angka kematian di Jerman akibat Covid-19 ini tergolong yang paling rendah di antara keempat negara lain. Bahkan jika dibandingkan dengan tingkat kematian di negara-negara lainnya.

Dari total kasus infeksi yang terjadi, hingga saat ini kasus kematian masih berada di angka 3.495 kasus.

Meski mencapai hampir 3.500, namun angka itu terbilang relatif kecil untuk total infeksi yang mencapai 132.210 kasus. Jika dikalkulasikan, tingkat kematian di negara itu hanya di angka 2,6 persen.

Bandingkan dengan AS yang angka kematiannya ada di angka 4,24 persen, China sebagai negara awal infeksi virus 4,1 persen, atau Indonesia yang bahkan mendekati 10 persen yakni  ada di angka 9,1 persen. 

 KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Timeline Wabah Virus Corona

Sumber: Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved