Virus Corona
Peneliti UI dan IPB Temukan Senyawa Antivirus Corona dalam Buah-buahan Ini, Apa Saja? Simak Guys
Peneliti UI dan IPB Temukan Senyawa Antivirus Corona dalam Buah-buahan Ini, Apa Saja? Simak Guys
Peneliti UI dan IPB Temukan Senyawa Antivirus Corona dalam Buah-buahan Ini, Apa Saja? Simak Guys
POS-KUPANG.COM - Peneliti UI dan IPB Temukan Senyawa Antivirus Corona dalam Buah-buahan Ini, Apa Saja? Simak Guys
Kabar gembira hadir di tengah kemelutnya Indonesia menghadapi wabah virus corona.
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Indonesia (UI) saat ini tengah mengembangkan antivirus untuk Covid-19.
• Atasi Kelangkaan APD, Relawan Forum PRB Lembata Produksi 10 Ribu Pelindung Wajah Bagi Tenaga Medis
• Pemprov NTT Akan Buka Akses Masuk Pantai Pede Labuan Bajo Untuk Rekreasi
• Begini Cara Dapatkan Keringanan Tagihan Listrik Bagi Pelanggan Rumah Tangga 450 VA & 900 VA Subsidi
Seperti yang diketahui, saat ini vaksin untuk mencegah penularan pandemi global ini belum ditemukan hingga kini.
Cara paling efektif agar tak tertular virus corona saat ini adalah dengan menjaga kebersihan serta imunitas tubuh.
Semua itu juga didukung dengan gerakan social distancing dan menggunakan masker di tempat umum.
Dengan demikian, risiko untuk tertular virus corona menjadi lebih kecil dan penyebarannya pun akan melambat seiring berjalannya waktu.
Hal tersebut juga bisa memberikan waktu bagi para peneliti untuk membuat antivirus atau vaksin untuk SARS-Cov-2 ini.
Melansir dari Kompas.com, peneliti gabungan dari UI dan IPB saat ini telah menemukan senyawa antivirus corona.
Peneliti gabungan terdiri dari Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Klaster Bioinformatics Core Facilities IMERI-FKUI, Klaster Drug Development Research Center IMERI-FKUI, Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI, Rumah Sakit UI (RSUI), Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC) IPB dan Departemen Ilmu Komputer IPB.
Dekan FKUI Ari Fahrial Syam mengatakan, hasil penellitian didapat melalui proses screening ratusan protei dan ribuan senyawa herbal.
Selain itu, peneliti juga teleah memantau aktivias senyawa yang bisa digunakan sebagi antivirus corona.
Setidaknya sudah ada 1.377 sampel senyawa yang terkandung di dalam bahan-bahan herbal yang digunakan dalam penelitian ini.
"Dari situ diperoleh beberapa golongan senyawa tersebut yang berpotensi menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2," ujar Ari, Rabu (1/4/2020), seperti dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.
Hasilnya ditemukan senyawa dari jambu biji, kulit jeruk dan dan kelor itu diyakini memiliki potensi untuk menghambat bahkan mencegah virus corona.
"Jadi, di dalam buah dan tanaman tersebut terkandung senyawa antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang bisa mencegah virus corona,"
Ari mengatakan, khasiat yang didapat dari mengonsumsi buah tersebut dipercaya dapat menangkal virus corona.
Jadi, ia menyarankan kepada warga Indonesia untuk mengonsumsi buah dan tanaman tersebut selama menjalni masa karantina.
Tetapi, tambahnya,hal ini juga harus didukung dengan pola hidup sehat, menjaga kebersihan, serta social distancing.
Pandemi Corona yang terjadi di seluruh dunia termasuk Indoensia penyebarannya membuat banyak orang panik.
Namun untuk penyebarannya rupanya bersin bukanlah gejala dari penyakit ini, jangan parno tapi tetap waspada.
Belakangan ini, semenjak kemunculan virus corona banyak orang jadi was-was.
Apalagi saat orang di sekitarnya mendadak batuk atau bersin-bersin.
Ketakutan ini karena dugaan mereka terinfeksi virus corona yang sangat mudah menyebar.
Namun sebenarnya bersin bukanlah salah satu gejala dari covid-19.
Jadi gak perlu merasa 'parno' berlebihan alias paranoid ya.
Dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com beberapa gejala virus corona yang tak disertai bersin.
Adapun gejala umum Covid-19 adalah demam dan batuk kering.
Beberapa gejala lainnya adalah kelelahan, mual, sakit badan, batuk, napas pendek, hingga masalah saluran pencernaan.
Lalu apa alasan bersin juga sering diduga sebagai gejala covid-19 alias virus corona?
1. Kasus Covid-19 dengan Bersin Kurang dari 5 Persen
Berdasarkan data, gejala-gejala Covid-19 yang dikumpulkan laman Business Insider dari berbagai badan kesehatan resmi, gejala bersin lebih umum terjadi pada orang yang menderita flu biasa (common cold) dan alergi.
Lantas, gejala hidung berair juga terjadi pada penderita common cold dan alergi, dan jarang terjadi pada penderita Covid-19. Kondisi ini pun hanya terkadang dialami oleh penderita flu.
Bagi banyak orang, perubahan cuaca bisa memicu reaksi alergi.
Gejala-gejala alergi musiman yang sering terjadi antara lain bersin, hidung tersumbat, dan mata gatal.
Namun, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap 56.000 pasien Covid-19 di China, hidung tersumbat hanya terjadi pada 4,8 persen kasus.
Gejala paling umum Covid-19 yang muncul antara lain demam (pada 87,9 persen kasus yang dipelajari), batuk kering (67,7 persen kasus), dan kelelahan (38,1 persen).
Kendati demikian, tetap saja gejala-gejala Covid-19 yang tumpang tindih dengan gejala penyakit lain menjadi alasan tes Covid-19 menjadi penting.
2. Tetap Waspada
Meski begitu, tentu kita harus tetap waspada.
Sebab, droplet atau percikan cairan merupakan sumber terjadinya penularan virus dari orang yang sakit ke orang sehat.
Di tengah kondisi kelangkaan masker bedah saat ini, masyarakat juga bisa menggunakan masker kain sebagai alternatif pencegahan penularan virus.
"(Penggunaan masker berbahan dasar kain) ini lebih baik dibanding tanpa pakai masker."
Demikian kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Menurut Yuri, masker kain juga mempunyai fungsi yang sama sebagai penahan droplet, baik droplet pemakai maupun orang lain.
Namun, hindari menggunakannya terlalu lama. Pengguna masker kain yang tidak sedang batuk dianjurkan mengganti masker setiap tiga jam sekali.
Sedangkan orang yang tengah mengalami flu disarankan mengganti masker lebih sering lagi.
Apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala umum covid-19?
3. Jika Merasa Kondisi Sehat
Ciri-ciri Corona Tanpa Gejala: Tampak Sehat Belum Tentu Bebas Covid-19
Meski kondisi tubuh kita sehat, perhatikan beberapa hal berikut ini:
- Ada riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara atau daerah yang terjangkit Covid-19, maka sebaiknya kita menghubungi hotline center 119 ext 9 untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
- Pasca-merebaknya wabah virus corona di Indonesia, sejumlah daerah juga menerapkan prosedur bagi mereka yang yang datang atau baru pulang dari wilayah terjangkit virus corona.
Prosedur itu beragam, ada yang meminta agar melapor ke pengurus RT setempat, ada pula yang meminta memeriksakan diri ke puskesmas.
Pastikan hal ini kepada pihak berwenang di wilayah yang kita datangi sebagai langkah antisipatif.
- Kita juga diminta berkonsultasi melalui hotline 119 ext 9 meski kondisi tubuh sehat, jika memiliki riwayat pernah kontak dengan penderita atau pasien yang sudah dinyatakan positif Covid-19.
4. Merasa Tak Sehat
Istirahat dan minum yang cukup jika merasa tidak sehat dengan kriteria seperti di bawah ini:
- Demam 38 derajat celsius.
- Menderita batuk/pilek.
- Jika kondisi kita disertai dengan kesulitan bernapas (sesak atau napas cepat), segera periksa atau berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).
Saat berobat atau memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan, kita harus melakukan langkah ini:
- Gunakan masker.
- Jika tidak memiliki masker, patuhi etika batuk/bersin yang benar. Caranya, menutup mulut dan hidung dengan tisu atau punggung lengan.
- Upayakan tidak menggunakan transportasi massal.
5. Periksakan Diri
Ketika menjalani pemeriksaan di pelayanan kesehatan, petugas kesehatan akan melakukan screening:
1. Jika memenuhi kriteria suspect Covid-19:
- Kita akan dirujuk ke salah satu rumah sakit (RS) rujukan yang siap untuk penanganan Covid-19.
- Kita akan diantar ke RS rujukan menggunakan ambulans didampingi oleh nakes yang menggunakan alat pelindung diri (APD).
- Di RS rujukan akan dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium dan dirawat di ruang isolasi.
2. Jika tidak memenuhi kriteria suspect Covid-19;
- Kita akan dirawat inap atau rawat jalan tergantung diagnosis dan keputusan dokter fasyankes.
* Genali gejala umum yang mengarah pada infeksi virus corona
Hal terpenting mengenai Virus Korona (Covid-19) adalah mengenal gejala-gejala awalnya yang secara umum terjadi pada saat ini yaitu 80% panas, sekitar 60% adalah batuk, dan kemudian pilek, jikalau tanda-tanda awal ini dibiarkan nanti akan menjadi berat maka risiko berikutnya adalah kesulitan bernapas yang ditandai dengan adanya Pneumonia.
Pernyataan tersebut diungkapkan Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Korona (Covid-19), Achmad Yurianto, sekaligus Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Rabu (11/3) dikutip dari laman stkab.go.id.
Baca Juga: Bertambah, 1 WNI di Singapura positif terinfeksi virus corona
"Kalau kesulitan bernafas maka berikutnya akan jatuh pada kondisi kekurangan oksigen. Begitu berbicara kekurangan oksigen maka akan kompleks, organ yang terkena akan diawali dengan kegagalan ginjal, kegagalan jantung kegagalan liver, akhirnya jatuh pada kondisi multiorgan failure, beberapa organ yang menjadi gagal. Ini yang menyebabkan kematian," ujar Dirjen P2P.
Seringkali, menurut Jubir Covid-19, munculnya Pneumonia ini menyebabkan daya tahan tubuh seseorang menjadi turun maka akan terjadi infeksi opportunistic, yakni infeksi dari bakteri-bakteri yang semula mampu ditahan tetapi sekarang sudah tidak mampu lagi ditahan sehingga kemudian terjadilah sepsis (komplikasi berbahaya akibat infeksi, red).
"Kita di dalam usus besar kita normalnya itu ada bakteri karena bakteri di usus besar itu gunanya adalah untuk membusukkan sisa makanan. Pada kondisi kekebalan kita masih bagus maka jumlah bakterinya terkendali tetapi begitu kemudian kita tidak lagi memiliki daya tahan tubuh yang kuat maka bakterinya akan tumbuh luar biasa banyaknya dan ini akan berpengaruh pada sistem tubuh sehingga terjadi infeksi menyeluruh yang kita kenal sebagai sepsis, sepsis bakteri, ini yang sering menyebabkan kematian," ujarnya.
Menurut Yuri, dalam Undang-Undang 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kondisi Covid-19 saat ini sudah masuk kategori bencana yang sumbernya dari tiga hal yaitu: alam, non-alam, dan kemudian sosial.
Ia menambahkan untuk bencana non-alam yang disebutkan dalam aturan tersebut adalah wabah.
"Ini sudah wabah dan kita sudah melakukan respons, artinya sudah tanggap darurat. Jangan dimaknai bencana ini kayak gempa bumi gitu ya. Kita sudah melakukan reaksi, sudah melakukan tanggap darurat. Salah satu bentuk tanggap darurat itu adalah tracing, kita kejar, kita cari. Itu adalah bentuk dari tanggap darurat, jadi ini sudah masuk dalam tahapan itu," imbuh Dirjen P2P.
Soal antisipasi penyebaran dari kasus Imported Case, Dirjen P2P menyampaikan proses deteksi dini sudah dilakukan kepada pendatang yang jika menggunakan thermal scanner maka tidak akan terdeteksi namun hanya bisa ke-detect dengan menggunakan HAC (Health Alert Card).
"Karena dia merasa dari luar negeri dan berasal dari daerah yang infeksinya cukup tinggi dan dia menerima Health Alert Card maka pada saat dia mulai merasakan tidak enak dia mendatangi beberapa rumah sakit dan kemudian menunjukkan kartun