Rambutnya Selalu Paripurna, Ternyata Ada Kisah Mengerikan Dibalik Penampilan Kate Middleton

Rambutnya Selalu Paripurna, Ternyata Ada Kisah Mengerikan Dibalik Penampilan Kate Middleton

Editor: maria anitoda
CHRIS JACKSON/GETTY IMAGES
Rambutnya Selalu Paripurna, Ternyata Ada Kisah Mengerikan Dibalik Penampilan Kate Middleton 

Rambutnya Selalu Paripurna, Ternyata Ada Kisah Mengerikan Dibalik Penampilan Kate Middleton

POS-KUPANG.COM -  Rambutnya Selalu Paripurna, Ternyata Ada Kisah Mengerikan Dibalik Penampilan Kate Middleton

Sosok Kate Middleton, istri Pangeran William berhasil mencuri perhatian sejak kemunculannya di depan publik.

Bukan hanya parasnya yang menawan, gaya busana dan penampilan Kate Middleton selalu menjadi trend di kalangan wanita.

Pelajar SMA Masuk ke Kamar Kos Mahasiswa di Ruteng Lalu Curi HP, Begini Nasibnya

2 Pasien Baru,Total 4 Orang Positif Kena Virus Corona di Indonesia, Info

Prediksi Arema FC vs Persib Bandung, Kuncinya Ada di Ketenangan Pemain

Salah satu ciri khas gaya Kate Middleton adalah tampil dengan rambut tergerai yang ternyata menyimpan cerita pilu.

Kate Middleton jarang sekali membiarkan rambutnya terikat dalam setiap penampilannya saat kunjungan kenegaraan.

Bahkan, rambut Kate Middelton itu sudah menjadi ciri khas dirinya yang begitu diingat oleh sebagian dari kita.

Mungkin banyak orang yang menganggap rambut panjang tersebut memang sengaja digerai agar penampilan istri calon pewaris takhta Kerajaan Inggris ini terlihat anggun.

Namun, nyatanya ada fakta pilu dibalik kebiasaan sang Duchess of Cambrige ini.

Alasan Kate Middleton membiarkan rambutnya terurai dengan rapi itu karena ia ingin menutupi bekas luka yang begitu besar di kepalanya.

Bekas luka itu terlihat pada bagian sebelah kiri kepalanya.

Pada tahun 2011 lalu, bekas luka tersebut pernah tertangkap kamera ketika ia mencoba merapikan rambutnya dari wajahnya.

Bekas luka itu dilaporkan merupakan bekas operasi saat dirinya masih kecil, namun masih belum ada informasi apapun tentang penyakit yang dideritanya kala itu.

Karena itulah, Kate Middleton tidak ingin mengikat rambutnya.(*)

*** Pangeran William dan Kate Middleton mengumumkan sebuah sayembara untuk mengatasi masalah iklim, dengan janji "satu dekade penuh aksi untuk memperbaiki planet Bumi".

Dalam pengumuman yang diumumkan di akun resmi Istana Kensington di Instagram dan disuarakan oleh Sir David Attenborough, yang dikenal sebagai pembawa acara tentang lingkungan dan Planet Bumi, disebutkan bahwa manusia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mengatasi tantangan-tantangan besar.

"Yang paling luar biasa dan yang paling berani adalah upaya mendaratkan manusia di permukaan bulan," kata Sir David.

"Sepertinya tidak mungkin, tapi hanya dalam kurun satu dekade, itu bisa menjadi kenyataan," katanya.

Lima pemenang akan menerima Hadiah Earthshot setiap tahunnya dari tahun 2021 hingga 2030.

Hadiah uang tunai itu ditujukan bagi individu maupun organisasi yang memiliki solusi atas permasalahan lingkungan.

Pangeran William mengatakan bahwa dunia tengah menghadapi sebuah "pilihan yang kontras", antara terus melakukan pengrusakan yang "tidak bisa diperbaiki" lagi terhadap planet ini atau justru "memimpin, berinovasi dan menemukan solusi permasalahan".

Pengumuman sayembara itu dilakukan melalui satu video yang dinarasikan oleh Sir David Attenborough, yang dikenal sebagai pembawa acara tentang lingkungan dan Planet Bumi, yang diunggah ke media sosial.

Penyiar sekaligus aktivis lingkungan asal Inggris itu mengatakan bahwa hadiah itu akan diberikan kepada "para visioner selama satu dekade ke depan berkat respons mereka terhadap tantangan besar zaman kita".

Sayembara itu rencananya akan secara resmi diluncurkan tahun ini, tahun ketika Konvensi Keanekaragaman Hayati akan digelar di China pada bulan Februari mendatang dan Konferensi Perubahan Iklim COP26 dilangsungkan di Glasgow pada bulan November.

Serangkaian tantangan akan diumumkan, dengan harapan untuk menemukan setidaknya 50 solusi atas "masalah terbesar dunia" termasuk perubahan iklim dan polusi udara.

Lebih dari 60 organisasi dan kalangan pakar terlibat dalam pengembangan sayembara ini.

Untuk saat ini, sayembara akan digelar oleh The Royal Foundation of The Duke and Duchess of Cambridge, gelar resmi Pangeran William dan Kate Middleton, tapi nantinya bisa berdiri sebagai organisasi independen.

Pihak Istana Kensington mengatakan bahwa sayembara ini akan didukung oleh para dermawan dan berbagai organisasi.

Analisis

Jonny Dymond, wartawan BBC untuk peliputan keluarga kerajaan Inggris.

Proyek ini mendapat banyak sorotan; pihak Istana yakin bahwa sayembara ini melibatkan orang-orang yang tepat dan penuh ambisi.

"Level ambisi yang sangat besar" persisnya - "komitmen terbesar yang pernah dibuat oleh duke [Pangeran William]".

Ada banyak sayembara internasional dan acara penghargaan.

Membuat sayembara ini terasa istimewa, dan tetap membuatnya istimewa, akan menjadi tantangan tersendiri. William sendiri memiliki pesona kerajaan yang tidak biasa. Akan tetapi, jaringan pendukung global akan sangat kritis terhadap profil internasional sayembara ini.

Proyek ini akan memunculkan sisi baru sosok Pangeran William; proyek ini juga akan membuatnya resmi menjadi bagian dari kelompok yang meyakini kebutuhan genting adanya kerja sama internasional tentang perubahan iklim yang tidak diamini setiap pihak.

Tantangan sayembara itu akan mulai diumumkan tahun ini dan akan diperbarui setiap tahunnya selama satu dekade.

Nama hadiah untuk sayembara ini terinspirasi dari proyek "Moonshot" yang digagas mantan Presiden AS John F Kennedy, di mana ia menetapkan target pada tahun 1961 untuk mengirim astronot Amerika ke Bulan sebelum akhir dekade itu.

"Planet Bumi sedang berada di ujung tanduk dan kita menghadapi pilihan yang kontras: apakah kita terus menjadi diri kita dan merusak planet kita tanpa bisa diperbaiki lagi, atau kita ingat akan kekuatan unik kita sebagai manusia dan kemampuan berkelanjutan kita untuk memimpin, berinovasi dan menemukan solusi," kata Pangeran William.

Menyusul pengumuman sayembara itu, pasangan tersebut mencuit di Twitter (30/12) dalam pernyataan yang samar: "Jangan lewatkan pengumuman pertama kami tahun 2020..."

Itu adalah yang terakhir dari serangkaian pernyataan Pangeran William terkait masalah lingkungan yang ia ungkapkan tahun lalu.

Pelajar SMA Masuk ke Kamar Kos Mahasiswa di Ruteng Lalu Curi HP, Begini Nasibnya

2 Pasien Baru,Total 4 Orang Positif Kena Virus Corona di Indonesia, Info

2 Pasien Baru,Total 4 Orang Positif Kena Virus Corona di Indonesia, Info

Pada bulan Oktober, ia menyerukan agar lebih banyak pendidikan dan aksi politis terkait masalah perubahan iklim ketika mengunjungi lokasi glasier yang mencair di Pakistan.

Sebelumnya di bulan Januari, Pangeran William juga pernah berkolaborasi dengan Sir David dalam Forum Ekonomi Dunia.

Ia juga menjadi penyokong gerakan amal konservasi gading dan presiden kelompok konservasi United for Wildlife.

Bumi berubah menjadi 'Planet Plastik'

Ilmuwan AS telah menghitung plastik yang pernah dibuat selama ini dan jumlahnya mencapai 8,3 miliar ton.

Jumlah ini tergolong mengejutkan untuk suatu materi yang dibuat dalam 65 tahun terakhir.

Bobot 8,3 miliar ton ini setara dengan berat 25.000 gedung Empire State di New York atau satu miliar gajah.

Masalah terbesarnya adalah barang-barang plastik, seperti kemasan, cenderung digunakan dengan sangat cepat sebelum kemudian dibuang.

Lebih dari 70% total produksi plastik itu kini menjadi sampah dan sebagian besar dikirim ke tempat pembuangan akhir - meski sebagian besarnya mencemari lingkungan, termasuk lautan.

"Kita dengan cepat menuju 'Planet Plastik', dan jika kita tidak mau hidup di dunia itu, maka kita harus memikirkan ulang bagaimana kita menggunakan materi ini, terutama plastik," kata Dr Roland Geyer pada BBC News.

Penelitian yang ditulis oleh ahli lingkungan industri dari University of California, Santa Barbara, dan koleganya ini muncul di jurnal Science Advances.

Laporan ini disebut sebagai evaluasi pertama di dunia yang menganalisis sebanyak apa plastik yang sudah diproduksi dalam berbagai bentuk, dan di mana plastik tersebut berakhir. Berikut beberapa temuan kuncinya:

8,3 juta ton plastik diproduksi
Separuh dari jumlah itu dibuat hanya dalam 13 tahun terakhir
Sekitar 30% dari jumlah total yang diproduksi masih digunakan
Dari plastik yang dibuang, hanya sekitar 9% yang sudah didaur ulang
Sekitar 12% dibakar, namun 79% masih tersisa di tempat pembuangan akhir
Penggunaan plastik yang tersingkat adalah untuk kemasan, biasanya kurang dari setahun
Penggunaan plastik terlama biasanya di sektor konstruksi dan permesinan
Tren terkini mengindikasikan akan ada 12 miliar ton sampah pada 2050
Tingkat daur ulang pada 2014: Eropa (30%), Cina (25%), AS (9%)

Tak ada keraguan bahwa plastik adalah materi yang ajaib. Keawetannya serta kemampuannya beradaptasi membuatnya digunakan dalam berbagai jenis dan melampaui sebagian besar materi buatan manusia lain, seperti besi, semen dan bata.

Sejak awal diproduksi massal pada 1950an, polimer yang ada di sekitar kita - digunakan dalam banyak hal, mulai dari bungkus makanan dan pakaian sampai ke komponen pesawat dan bahan tahan api.

Namun justru berbagai keunggulan plastik inilah yang menjadi masalah.

Plastik yang digunakan tidak ada yang bisa terurai. Satu-satunya cara untuk secara permanen mengurai sampah ini adalah dengan menggunakan panas - lewat proses penghancuran yang dikenal dengan pirolisis atau pembakaran; meski pembakaran memiliki dampak kesehatan dan lingkungan.

Untuk sementara, sampah terus menumpuk. Dan di luar sana, menurut Geyer dan koleganya, ada cukup banyak sampah plastik untuk menutupi wilayah seluas Argentina.

Tim mereka berharap bahwa analisis ini akan menambah kegentingan dalam upaya menangani masalah plastik.

"Mantra kami adalah 'Anda tak bisa mengatasi apa yang tak bisa Anda ukur'," kata Geyer.

"Maka dengan menyebut angka itu, kami tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan oleh dunia, namun hanya agar mulai ada diskusi yang nyata."

Tim yang sama - termasuk Jenna Jambeck dari University of Georgia dan Kara Lavender Law dari Sea Education Association di Woods Hole - juga mengeluarkan laporan pada 2015 yang menghitung total sampah plastik yang sampai ke laut, yaitu mencapai delapan juta ton.

Jumlah sampah plastik yang sampai ke laut inilah yang kemudian memunculkan kekhawatiran bahwa sebagian dari materi yang terbuang itu masuk ke rantai makanan, karena ikan serta hewan laut kecil kemudian mencerna fragmen polimer kecil.

Dr Erik van Sebille dari Universitas Utrecht di Belanda adalah ahli kelautan yang memantau plastik di lautan.

Tentang laporan baru tersebut, dia mengatakan, "Kita menghadapi tsunami sampah plastik dan kita harus mengatasinya. Industri sampah global harus bersatu dan memastikan bahwa tidak ada tambahan plastik yang terbuang dan merusak lingkungan.

"Kita membutuhkan perubahan radikal dalam cara kita mengatasi sampah plastik. Dengan tren sekarang, butuh sampai 2060 untuk plastik didaur ulang dan bukan sekadar dibuang ke lingkungan. Ini terlalu lambat; kita tidak bisa menunggu selama itu," katanya pada BBC News.

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved