Warga Desa Niukbaun, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT Buru-Buru Kawin Daripada Sekolah, Ini Akibatnya
Di Desa Niukbaun, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT Orang Buru-Buru Kawin daripada Sekolah, Ini Akibatnya
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Di Desa Niukbaun, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT Orang Buru-Buru Kawin daripada Sekolah, Ini Akibatnya
POSKUPANGWIKI.COM, KUPANG - Di Desa Niukbaun, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT Orang Buru-Buru Kawin daripada Sekolah, Ini Akibatnya.
Ternyata hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa Niukban, Samuel Otoemusu, SH dalam workshp penyamaan persepsi SDGs 1,5,8 di Hotel Swiisbell Kupang.
Dalam workshop itu, Samuel Otemusu mengaku belum tahu tentang SDgs 1,5, 8 namun setelah mgnikuti pertemuan ini barulah dia paham apa yang dimaksud dengan SDGs 1,5,8.
"Jujur saya baru tahu 1, 5, 8 hari ini melalui ibu dan saya kira bahwa SDGs 1,5, 8 itu merupakan keinginan kami, pemerintah desa untuk bagaimana mensejahterakan masyarakat kami, SDGs 1 keluar dari kemiskinan, SDGs 5 kesetaraan gender dan SDGs 8 peningkatan ekonomi," kata Samuel Otemusu.
Melihat kondisi di desanya, Samuel Otemusu menilai salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya kemiskinan di Desa Niukbaun adalah warga yang buru-buru kawin, atau keinginan untuk cepat-cepat kawin yang dilakukan oleh pemuda/i di desa itu tanpa mempersiapkan ekonomi yang baik.
"Walaupun di depan ibu bapak pendeta sudah omong (bicara) bahwa umur-umur ini orang masih kuliah. Orang lain berlomba-lomba kuliah, kamu berlomba-lomba untuk menikah, tapi emang itu hak asasi orang," kata Samuel Otemusu.
Samuel Otemusu menjelaskannya, setelah menikah lalu mereka tetap tinggal dengan orangtua karena belum memiliki rumah tinggal sendiri. Dan biasanya setelah satu atau dua tahun atau kurang dari itu, timbul hal di dalam rumah tangga.
"Lalu berusaha keluar dan buat rumah 3 x 4, lantai tanah atap daun, dinding bebak dan tinggalah dia dengan istrinya dan anak-anak dan disitu timbulah keluarga miskin yang baru," kata Samuel Otemudu.
Oleh karena itu saya pikir bagaimana untuk cari jalan agar bisa mengurangi angka kemiskinan di desa, ini yang sulit dilakukan.
Bahkan kata Samuel Otemusu, jika biasanya musim kawin (nikah) itu hanya berlangsung bulan Juni hingga Oktober, sekarang dari bulan Januari orang sudah mulai menikah bahkan desember mau natal pun orang mneikah.
"Dengan kondisi ini mau berantas kemiskinan ini sulit. Bagaimana kita dituntut untuk bepikir, saya berpikir mau buat perda untuk membatasi tapi UU saja sudah beri kebebasan orang nikah.
"Nanti orang bilang, kau kades saja mau macam macam bikin aturan perdes," kata Samuel Otemusu.
Samuel Otemusu juga mengatakan bahwa membuat perdes itu tidak gampang. Karenanya dia berharap pihak pemerintah dan pihak terkait lainnya bisa mengajari mereka membuat perdes.
SDGs atau Sustainable Development Goals merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.