REI Minta Pemerintah Tambah Kuota FLPP Saat Bertemu Wapres

REI meminta tambahan kuota Rp18 triliun, sehingga totalnya menjadi Rp28 triliun sampai Rp30 triliun

Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Hermina Pello
ISTIMEWA
Ketua DPD REI NTT, Bobby Pitoby berjabat tangan dengan Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Senin (13/1/2020) 

POS-KUPANG.COM | KUPANG- Ketua DPD REI seluruh Indonesia mengadakan pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin di Istana Wapres pada Senin (13/1)

Pertemuan tersebut untuk membicarakan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang dicanangkan dengan anggaran Rp12 triliun atau 102 ribu unit rumah subsidi di tahun ini. Namun REI beranggapan kuota tahun 2020 masih sangat kurang untuk seluruh Indonesia.

Ketua DPD REI NTT, Bobby Pitoby, kepada di Kupang, Selasa (14/1), mengatakan REI meminta tambahan kuota Rp18 triliun, sehingga totalnya menjadi Rp28 triliun sampai Rp30 triliun. Wapres masih menerima masukan dan masih menghitung anggaran di APBNP dimungkinkan atau tidak.

"Karena kuota rumah subsisi pada tahun ini hanya 102 ribu unit saja, tapi REI mengantisipasi untuk bisa terdapat penambahan 160 ribu unit rumah subsidi dengan anggaran Rp18 triliun. Sehingga kuota tahun 2020 dapat menjadi 260 ribu unit rumah untuk seluruh Indonesia," katanya.

Kharisma Siapkan Pohon Angpao

Bobby menjelaskan, penyerapan rumah FLPP tahun 2019 sebanyak 254 ribu unit dan pada 2018 sebanyak 268 ribu unit rumah.

"Mengapa 2019 turun? Karena kehabisan kuota di tahun lalu. Ini yang dirasakan NTT pada akhir September tetapi secara nasional di Agustus kuotanya sudah habis. Bila kuota sudah habis, konsumen tidak bisa melakukan akad," ucapnya.

Lebih lanjut Bobby menambahkan, akibat kuota habis sehingga penyerapan menjadi turun.

"Kami harapkan dengan pertemuan ini bisa mengantisipasi kehabisan kuota. Karena diperkirakan April atau Mei kuota akan habis dan kita bisa mengalami hal yang sama di 2019. Jadi kita antisipasi terlebih dahulu," terangnya.

Lanjutnya, kemungkinan ada perubahan skema perumahan subsidi. Bila saat ini pemerintah memberikan subsidi suku bunga lima persen, mungkin bisa naik menjadi persen persen dan lama subsidi mungkin hanya bisa dibiayai dalam jangka waktu 10 tahun, tidak lagi 20 tahun.

"Jadi kita minta tambahan dana Rp18 triliun, tapi kita juga berikan solusi dengan skema yang agak berubah. Itulah yang dipresentasikan kepada Wakil Presiden, beliau menerima masukan kami dan sekarang sedang dikaji," tuturnya.

Bobby mengungkapkan, sekarang ini kuota tidak lagi dibagi per wilayah tetapi dibagi per bank.
"Ada 28 bank partisipasi yang menyalurkan FLPP. Namun mayoritas masih BTN, sehingga kuotanya paling besar. Di NTT ada enam bank yang menyalurkan rumah FLPP yaitu Bank NTT, BTN, Arta Graha, BRI, BNI dan Mandiri.

Sedangkan untuk Bank NTT kuota penyaluran rumah FLPP 500 unit. Kita sudah berkoordinasi dengan pusat untuk menambah lebih dari 500 unit tapi tergantung dengan penyerapan," jelas Bobby.

DPD REI NTT menghimbau masyarakat yang ingin mengambil rumah bisa segera membeli rumah di tahun ini karena tidak tahu perkembangan ke depan.

"Bisa suku bunga naik, jangka waktu dikurangi, kemudian sekarang juga ada program BP2BT. Menurut saya FLPP ini bisa hilang," tuturnya.

Ia mengatakan tahun 2019 REI NTT hanya berhasil membangun 2.854 unit rumah dari target 3.000 unit rumah. Diakuinya tidak tercapainya target karena pada pada Oktober para developer berhenti melakukan pembangunan karena kehabisan kuota. Terjadi penurunan sangat drastis di seluruh Indonesia karena kuota habis begitu juga dengan perbankan.

Di tahun ini untuk NTT ia masih optimis target pembangunan 3.000 unit rumah dikarenakan kuota yang terbatas. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved