Yayasan Ayo Indonesia Selenggarakan Diskusi Internal Tentang Budaya Kerja

Kegiatan ini melibatkan seluruh staf yang berjumlah 19 orang dari bagian pengelola program, staf lapangan dan keuangan.

Penulis: Aris Ninu | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/ISTIMEWA
Kegiatan diskusi budaya kerja di Kantor Ayo Indonesia. 

Yayasan Ayo Indonesia Selenggarakan Diskusi Internal Tentang Budaya Kerja

POS-KUPANG.COM|RUTENG--Yayasan Ayo Indonesia, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Manggarai selama 2 hari dari tanggal 20–21 Desember 2019, bertempat di lantai 2 Kantor Yayasan Ayo Indonesia
menyelenggarakan Diskusi internal akhir tahun.

Kegiatan ini melibatkan seluruh staf yang berjumlah 19 orang dari bagian pengelola program, staf lapangan dan keuangan.

Hadir juga pada kegiatan evaluasi tersebut Tarsisius Hurmali, Direktur Yayasan Ayo Indonesia.

Pada penjelasan awal kegiatan, Tarsi mengatakan, diskusi internal akhir tahun ini bertujuan untuk mengetahui posisi organisasi dengan melihat kekuatan dan kelemahan, dari aspek pengorganisasian dan kepegawaian dari setiap divisi program dan merumuskan budaya kerja baru yang akan diterapkan oleh Yayasan Ayo Indonesia pada tahun 2020.

Rumusan budaya kerja baru tersebut, kata Tarsi, akan menjadi pembeda atau kekhasan dari Yayasan Ayo Indonesia dalam melayani masyarakat di 3 Kabupaten yakno Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.

Lebih dari 20 tahun Yayasan Ayo Indonesia memberi perhatian pada pembangunan infrastruktur, pertanian, lingkungan hidup, kesehatan dasar, koperasi dan manusia di wilayah perdesaan di Manggarai Raya.

Tidak sedikit perubahan yang sudah sedang terjadi di tingkat masyarakat sebagai dampak dari intervensi program melalui beberapa pendekatan pembangunan yaitu membangun infrastruktur secara swadaya, meningkatkan kapasitas petani dengan pelatihan-pelatihan.

Selain itu, membangun kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga agama khususnya Gereja dan beberapa komunitas muslim di Kabupaten Manggarai Timur dan melakukan pendampingan dengan cara menempatkan staf lapangan di desa-desa dan paroki-paroki sasaran.

Perubahan terjadi begitu cepat, Flores sekarang ini menjadi tujuan investasi, ungkap Tarsi, maka Yayasan Ayo Indonesia sebagai pihak atau mitra pemerintah yang telah memberi perhatian serius terhadap upaya pemberdayaan masyarakat lebih dari 20 tahun.

Selain itu, harus memiliki sumber daya staf yang unggul, berinovasi dalam pendekatan dengan budaya kerja yang handal untuk merespon perubahan tersebut sehingga masyarakat di desa tidak terpinggirkan melainkan perubahan ini menjadi peluang bagi mereka.

“Rumusan konkrit budaya kerja baru inilah yang menjadi output dari kegiatan Diskusi Internal akhir tahun selama dua hari ini, rumusan ini tentu bersifat operasional bukan teori saja, mulai dari hal-hal yang kecil dan memberi dampak perubahan yang lebih besar ,” tegas Direktur Yayasan Ayo Indonesia ini.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Richardus Roden Urut, Manager Program pada Program Kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Stiftung Solidarität Dritte Welt (SDW) and Steyler Missionsprokur Steinhausen, Switzerland.
Pada saat penyampaian tentang alur kegiatan

Diskusi kepada peserta, Richard menegaskan, aspek pengorganisasian yang mau dilihat adalah tentang proses mengatur sumber daya manusia untuk bekerja mengarah kepada tujuan organisasi sedangkan aspek kepegawaian akan fokus menganalisis tentang kapasitas tehnis, kemampuan staf mengidentifikasi persoalan di lapangan, managemen keuangan, kedisiplinan, kemampuan membangun komunikasi dengan pihak-pihak di dalam dan di luar organisasi dan metode pedampingan.

Lebih lanjut, Richard mengatakan, diskusi Internal ini menggunakan metode partsipatif agar semua peserta berkontribusi berpikir untuk kemajuan organisasinya, mereka dipandang sebagai sumber daya organisasi sehingga harus bisa menilai atau mengukur kemampuan dirinya sendiri dan teman dalam tim kerjanya.

Dengan cara ini, lanjut Richard, kerja tim akan semakin kuat dan solid, suasana kerja semakin kondusif sebab komitmen yang akan dirumuskan dalam budaya kerja berasal dari pikiran kolektif.

“Staf diberi kesempatan untuk mengkritik teman se-timnya, didasari oleh semangat kebersamaan, kemauan baik dan kesadaran bahwa sudut pandang orang lain menjadi masukan untuk memajukan kemampuan diri yang akan berdampak kepada kemajuan lembaga/organisasi,” Kata Richard .(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu)

Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved