Renungan Harian Kristen Protestan, 17 Desember 2019 : Respon Terhadap Panggilan Allah
etika saya dan anak perempuan saya sementara duduk dan bersenda gurau, tiba-tiba HP anak saya berdering
Renungan Harian Kristen Protestas, 17 Desember 2019 : Respon terhadap panggilan Allah
Oleh : Pdt. Maria Monalisa Fanggidae Dethan, MTh
POS-KUPANG.COM--Pemandangan yang terjadi beberapa hari yang lalu dalam pengalaman saya merupakan cerita yang pasti pernah dialami oleh semua orang khususnya yang memiliki handphone (HP). Ketika saya dan anak perempuan saya sementara duduk dan bersenda gurau, tiba-tiba HP anak saya berdering tanda bahwa ada panggilan masuk.
Panggilan pertama diabaikannya, tidak diterima. Lalu HP tersebut bunyi untuk yang kedua kalinya lalu anak saya menerima panggilan tersebut namun pembicaraannya berlangsung kurang lebih hanya satu menit.
Kemudian ada lagi panggilan yang ketiga, pada saat itu, anak saya begitu bersemangat dan dengan antusias ia menerima panggilan tersebut, berbicara kurang lebih 30 menit.
Saya kemudian bertanya, apa sebabnya ada perbedaan ketika telepon berdering dari antara penelpon pertama, kedua dan ketiga. Dengan santai, anak saya menjawab “mama yang telpon pertama itu teman yang kalau bercerita tidak pernah capek, yang kedua juga teman tapi tidak terlalu karib, dia hanya bertanya tentang jadwal pelajaran besok, sementara yang ketiga itu teman baik jadi kami lama bercerita tentang semua hal”.
Mendengar penjelasan tersebut, saya kemudian berkesimpulan bahwa setiap manusia berhak untuk melakukan penawaran terhadap dirinya terhadap hal apapun itu termasuk menerima panggilan telepon. Apakah dia bersedia menerima panggilan tersebut ataukah tidak.
Kata “dipanggil” merupakan kata yang pasti pernah dialamatkan kepada setiap orang karena pengalaman dipanggil adalah pengalaman semua orang baik besar maupun kecil. Entah dipanggil untuk alasan apapun tetapi yang jelas semua orang pasti pernah dipanggil.
Namun respon setiap orang terhadap panggilan yang ditujukan tentulah berbeda-beda, tergantung dari pribadi masing-masing. Sebab banyak orang yang mendapat panggilan tetapi hanya sedikit yang mau merespon dengan baik ketika dipanggil.
Bagian firman Tuhan yang kita renungkan saat ini dari Yeheskiel 2:1-8 juga merupakan sebuah panggilan yang ditujukan kepada Yeheskiel. Yeheskial adalah seorang pemuda biasa yang sementara belajar untuk menjadi iman dalam Bait Suci tetapi kemudian ia dipilih oleh Allah untuk menjadi nabi atas bangsa Israel.
Allah memanggil dan mengutus Yeheskial untuk pergi kepada bangsa Israel dan memberitakan tentang penghukuman Allah apabila Israel tidak segera bertobat. Panggilan ini merupakan tugas berat karena didalam pengutusan Yeheskial, tidak ada kepastian bahwa Israel akan mendengarkan pemberitaannya (bertobat).
Satu fakta ditemukan yaitu ketika Yeheskiel menerima panggilan, ia juga memberikan respon terhadap panggilan Allah tersebut. Walaupun tidak tampak dalam lakunya tetapi kita dapat melihat dalam bagian pembacaan kita (ayat 6), ketika Tuhan Allah berkata kepada Yeheskiel “anak manusia, janganlah takut dan gentar melihat mereka maupun mendengar kata-kata mereka”.
Ini menunjukkan bahwa ketika Tuhan Allah memanggil Yeheskiel, ia juga takut dan gentar. Hal ini sangat wajar sebab ia diutus ke tengah-tengah bangsanya sendiri, Israel. Yeheskiel merasa tidak pantas berbicara kepada sanak saudaranya, tua-tua bangsa itu apalagi yang akan dia sampaikan ini merupakan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang menjadi kebiasaan bangsanya di negeri pembuangan (Babel).
Yeheskiel mendengar suara Tuhan, ia tidak bertindak atau merespon panggilan tersebut lewat tindakan tetapi dalam hatinya muncul ketakutan dan kegelisahan. Yeheskiel tidak percaya pada dirinya sendiri apalagi dalam usia yang masih tergolong muda pada saat itu.
Jika melihat keterpanggilan Yeheskiel dan cerita tentang anak saya yang menerima panggilan di HP maka dapat diperkirakan bahwa saat panggilan Allah ditujukan kepada Yeheskiel, sebenarnya ia seperti menerima panggilan telepon yang ketiga, penuh antusias dan bahagia, bercerita (ayat 1) tetapi ketika diminta untuk bernubuat bagi bangsa pemberontak, Yeheskiel terdiam dan tidak menjawab, ia merasa bahwa permintaan tersebut sangat berat. Tetapi karena Allah mampu melihat sampai kedasar hati maka ia menenangkan hati Yeheskiel dengan kata-kata penguatan dan janji penyertaan.
Ketika Tuhan Allah memilih seseorang, ketika Ia memanggil dan mengutus seseorang, tentunya Ia sudah tahu kelemahan dan keterbatasan orang tersebut. Tuhan Allah tahu kelemahan Yeheskiel, oleh karena itu Ia menempatkan Roh dalam diri Yeheskiel agar ketegasan dapat dimiliki ketika ia bernubuat kepada bangsa pemberontak (Israel). Allah juga berjanji untuk selalu menyertai Yeheskiel, selalu berada dibelakang Yeheskiel agar hatinya selalu teguh sehingga setiap tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
Allah juga menegaskan bahwa yang terpenting bagiNya adalah supaya Yeheskiel melaksanakan tugasnya dengan setia bukan berpatokan pada pertobatan Israel. Ini bukan berarti bahwa Allah hanya peduli pada pelayananNya dan mengabaikan pertobatan Israel, tetapi tujuan atau misi pengutusan Yeheskiel adalah supaya Israel mengetahui bahwa ada seorang Nabi yang Allah utus ada ditengah-tengah mereka dan bahwa Israel sudah diberikan kesempatan untuk bertobat.
Mendapat, mendengar dan merespon panggilan merupakan rangkaian peristiwa yang tergantung dari cara pandang setiap orang. Respon terhadap panggilan akan sangat berpengaruh pada keberlanjutan hidup seseorang.
Dari pengalaman kehidupan Yeheskiel, kita dapat belajar bahwa setiap kita memiliki tanggung jawab dalam peran kita masing-masing didunia ini. Tanggung jawab itu merupakan wujud dari keterpanggilan kita karena merespon panggilan Tuhan.
Oleh karena itu, harus kita catat bahwa sama seperti Yeheskiel, kita juga diutus Allah agar dunia tahu bahwa Allah turut mengambil bagian dalam seluruh perjalanan manusia. Allah mengutus kita untuk menolong sesama kita karena peran kita masing-masing baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun persekutuan bergereja.
Kegelisahan, kekhawatiran bahkan ketakutan sering menjadi penganggu saat kita merespon panggilan Tuhan, tetapi Yeheskiel ingin agar kita belajar mengerti bahwa Tuhan akan selalu menyertai langkah-langkah hidup kita.
Kepada Yeheskiel Tuhan berjanji memberikan Roh pemberi kekuatan, demikian jugalah Roh itu akan diberikan kepada kita. Sekalipun kita berada dalam duri bahkan serigala, sekalipun pergumulan terasa berat tetapi sehelai rambut kita tidak akan jatuh jika Tuhan tidak menghendakinya.
• Renungan Kristen Protestan,16 Desember 2019 : Perempuan Lebih Baik Dari Pria, Ini Alasan Teologisnya
• Bikin Baper dan Banjir Air Mata, Inilah 5 Drama Korea yang Endingnya Tak Bahagia! Tonton Lagi yuk!
Pesan firman Tuhan hari ini adalah jika panggilan Tuhan diberikan kepada kita maka berilah respon yang baik karena disepanjang jalan kita, Tuhan Sang Pengutus akan selalu menyertai. Tuhan Yesus memberkati.(*)