Donald Trump Mengaku Tak Bersalah dan Sebut Pemakzulan Dirinya "Serangan terhadap AS"
DPR AS telah menggelar sidang paripurna untuk meloloskan dua pasal yang dipakai untuk memakzulkdan Presiden Donald Trump.
Saat Donald Trump Mengaku Tak Bersalah dan Sebut Pemakzulan Dirinya "Serangan terhadap AS"
POS-KUPANG.COM, WASHINGTON DC - DPR AS telah menggelar sidang paripurna untuk meloloskan dua pasal yang dipakai untuk memakzulkdan Presiden Donald Trump.
Namun, Presiden Donald Trump menuding pemakzulan terhadap dirinya sama dengan "serangan terhadap AS".
Dua pasal pemakzulan yang dibahas DPR AS adalah penyalahgunaan kekuasaan, dan upaya menghalangi penyelidikan yang dilakukan Kongres AS.
Setelah sesi debat yang dipaparkan kedua kubu, dua pasal itu diprediksi bakal lolos karena Demokrat menjadi mayoritas.
Donald Trump merespons sidang paripurna itu dengan serangkaian kicauan di Twitter, di mana dia menuduh Demokrat melakukan kebohongan.
"INI ADALAH SERANGAN TERHADAP AS DAN SERANGAN TERHADAP PARTAI REPUBLIK!!!!" sembur Trump seperti diwartakan AFP.
Kemudian dia menyindir Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, yang akan dianggap sebagai pemimpin paling buruk dalam sejarah legislasi AS.
Pada malam sebelumnya, presiden berusia 73 tahun itu mengirimkan surat yang mengkritik proses pemakzulan dirinya.
Dalam suratnya itu, presiden ke-45 AS tersebut membandingkan sidang yang dilakukan DPR AS dengan pengadilan penyihir di Salem.
Dia mengklaim telah "dicabut dari proses dasar Konstitusi AS melalui pemakzulannya", dengan haknya untuk menyajikan bukti disanggah.
Klaim tersebut dibantah Wali Kota Salem, Kim Driscoll, di Twitter dengan menyebut korban dalam pengadilan penyihir Salem tidak boleh menyajikan bukti.
Nancy Pelosi kepada awak media menuturkan, dia belum membaca surat itu. Namun, dia bisa menerka isinya "sangat memuakkan".
Dalam pidato pembukaannya, Nancy Pelosi mengatakan Donald Trump tidak memberikan DPR AS pilihan karena sudah menjadi ancaman nasional AS.
"Sangat tragis karena kecerobohan presiden sendiri yang membuat pemakzulan ini perlu diadakan," katanya yang disambut tepuk tangan politisi Partai Demokrat.
Jika lolos, Donald Trump bakal menjadi presiden ketiga setelah Andrew Johnson (1868) dan Bill Clinton (1998) yang dibawa ke hadapan Senat.
Di level Senat ini, peluang suami Melania itu untuk disingkirkan mengingat partainya, Republik, menjadi mayoritas.
Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell sudah menyiratkan mereka tidak berhasrat untuk mendepaknya dari Gedung Putih.
Donald Trump: Saya Tidak Bersalah!
Sebelumnya, Presiden Donald Trump kembali menegaskan dirinya tidak bersalah jelang sidang paripurna DPR AS, di mana dia hendak dimakzulkan.
Penegasan itu dia sampaikan dalam kicauannya di Twitter, sebagaimana diwartakan oleh kantor berita AFP, Rabu (18/12/2019).
"Bisakah kalian bayangkan saya akan dimakzulkan hari ini (Rabu) si Sayap Kiri, Demokrat yang tidak bisa apa-apa," kata Trump.
"DAN SAYA TIDAK BERSALAH! Sangat buruk. Baca transkripnya. Jangan lagi terjadi pada presiden berikutnya. Berdoalah!" lanjutnya.
Seperti diketahui, Presiden 73 tahun itu disebut menyalahgunakan jabatannya buntut percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Juli lalu.
Dalam percakapan telepon itu, Donald Trump disebut mendesak Zelensky supaya menyelidiki Joe Biden, calon rivalnya di Pilpres AS 2016.
Untuk pasal kedua, dia diyakini tidak hanya menolak bekerja sama dengan DPR AS guna kepentingan penyelidikan.
Presiden dari Partai Republik itu juga melarang setiap pejabatnya di Gedung Putih guna memberikan kesaksian dalam rapat dengar pendapat.
Pada malam sebelumnya (17/12/2019), Donald Trump menulis surat penuh kemarahan kepada Nancy Pelosi, di mana dia mengkritik proses pemakzulannya.
Dia menyatakan proses tersebut tak hanya merupakan "upaya kudeta", tetapi juga "deklarasi perang terbuka demokrasi AS".
Jika lolos, Trump bakal menjadi preiden ketiga dalam sejarah AS setelah Andrew Johnson (1868) dan Bill Clinton (1998) yang dimakzulkan.
Nantinya, proses itu bakal berlanjut di Senat, yang lebih dari separuh anggotanya adalah politisi Republik yang jelas mendukung Donald Trump.
Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnel sudah menyatakan, sidang itu adalah prioritas utama mereka di Januari 2020.
Dalam suratnya, Donald Trump menuturkan bahwa dua pasal pemakzulan yang disetujui Komite Yudisial DPR AS tidak sah karena dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun.
"Engkau telah merendahkan sebuah makna dari kata yang sebenarnya sudah sangat menjijikkan, pemakzulan!" ujar Trump dalam surat penuh kemarahan itu.
Dia menuding Demokrat yang menguasai House of Representatives sudah melanggar sumpah jabatan dengan memroses pasal tak sah tersebut.
"Kalian melanggar kesetiaan terhadap Konstitusi, dan juga merupakan pernyataan perang terbuka terhadap demokrasi AS," tegasnya.
Dia bersikeras tidak melakukan kesalahan dalam percakapan telepon dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada 25 Juli lalu.
"Setiap kali saya berbicara dengan pemimpin asing, saya mengedepankan kepentingan AS, seperti yang saya lakukan dengan Presiden Zelensky," ujarnya.
Suami Melania itu kemudian menyindir ucapan Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang mengungkapkan, Demokrat sudah bersiap untuk memakzulkannya sejak dia pertama kali menjabat.
"Ketua Pelosi, pekan lalu engkau telah mengaku sudah mempersiapkan pemakzulan ini selama 2,5 tahun. Jauh sebelum percakapan telepon ini terjadi," sindir Trump.
Dia mengomentari bagaimana dia hendak dimakzulkan dengan sederet prestasi yang diklaimnya. Seperti penciptaan tujuh lapangan kerja baru.
Kemudian pemerintahannya yang bisa menciptakan angkatan baru dalam militer AS, Pasukan Angkasa, hingga mengalahkan ISIS.
"Ini tak lebih dari upaya kudeta dan ilegal yang coba dilakukan salah satu kubu hanya berdasarkan sentimen," tuduh Donald Trump.
Dia yakin, Partai Demokrat bakal menanggung penderitaan akibat proses pemakzulan ini di Pilpres AS 2020 mendatang.
"Rakyat tidak akan memaafkan kalian atas penyimpangan yang kalian lakukan dan penyalahgunaan wewenang," kata presiden dari Partai Republik itu.
Sumber: Kompas.com