Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 12 Desember 2019 ''Berjaga-jaga Dalam Kesadaran''

Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 12 Desember 2019 ''Berjaga-jaga Dalam Kesadaran''

Editor: maria anitoda
zoom-inlihat foto Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 12 Desember 2019 ''Berjaga-jaga Dalam Kesadaran''
POS KUPANG/ISTIMEWA
Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 12 Desember 2019 ''Berjaga-jaga Dalam Kesadaran''

Renungan Harian Kristen Protestan

Kamis 12 Desember 2019

Oleh Pdt. Maria Monalisa Fanggidae Dethan, MTh,

Pembacaan Alkitab: I Tesalonika 5:1-11

''Berjaga-jaga Dalam Kesadaran''

Sebuah pertanyaan akan memulai perenungan kita saat ini.

Apa yang yang akan kita lakukan jika hari ini merupakan hari terakhir kita diberikan kesempatan untuk hidup?

Tentu ini merupakan pilihan yang sulit karena ada begitu banyak pekerjaan rumah yang mungkin belum kita selesaikan dengan baik, oleh karena itu ketika pertanyaan ini disampaikan, ada berbagai rekasi yang terlihat.

Seperti, ada banyak orang yang memilih untuk diam dan merenung.

Ada orang yang bereaksi sedikit atraktif dengan mengajukan protes dan ia akan berkata seperti sang pujangga Chairil Anwar  “aku ingin hidup seribu tahun lagi”.

Ini menandakan bahwa ia tidak siap ketika diberikan waktu hanya sehari untuk menyelesaikan semua urusannya didunia.

Namun ada juga yang akan mengatakan bahwa “saya siap untuk menerima jika itu adalah kehendak Tuhan”.

Berbagai reaksi yang terjadi merupakan ekspresi terhadap pertanyaan kecil yang memiliki dampak yang sangat besar, sebab pada intinya, apapun ekspresi yang ditunjukan, selalu bermuara pada kepasrahan, penyerahan diri untuk menerima segala sesuatu jika itu adalah kehendak Sang Pemilik Kehidupan.

Ini adalah fokus penting yang harus kita lihat, bahwa pada akhirnya semua manusia akan sampai pada titik akhir yang sama yaitu berserah kepada Tuhan.

Sehebat apapun manusia, sekuat apapun manusia dan sekaya apapun manusia, ketika berbicara tentang napas kehidupan, ia akan menyadari bahwa hanya Tuhanlah yang memiliki otoritas penuh atas hal tersebut.

Surat rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika membahas tentang hari dimana terjadi penghakiman terakhir oleh Allah atas semua manusia terutama yang menolak keselamatan Kristus pada hari-hari terakhir yang disebut “hari Tuhan”.

Paulus memperingatkan jemaat di Tesalonika tentang kengerian yang terjadi pada saat itu, tetapi ada penekanan yang Paulus pilah disini yaitu bahwa kengerian tersebut hanya berlaku bagi orang yang semasa hidupnya tidak memberi diri kepada Kristus.

Hari Tuhan atau penghakiman merupakan suatu misteri bagi manusia sebab hanya Tuhan sajalah yang mengetahui kapan hari tersebut akan datang, namun Tuhan tidak membiarkan manusia berlelah-lelah didunia ini tanpa mempersiapkan diri memasuki hari tersebut.

Tuhan tetap memberi tanda supaya manusia dapat melihat dan merasakan bahwa waktu untuk hari Tuhan itu semakin dekat.

Paulus memaparkan dengan sangat baik dua tanda hari tersebut hampir tiba:

1. Hari Tuhan semakin dekat ketika kita melihat Allah menghukum dunia, dimana kesengsaraan besar terjadi karena Allah ingin memusnahkan orang-orang jahat dari dunia ini.

Melihat situasi dan kondisi bumi tempat manusia berpijak sekarang ini, seakan-akan mengiring manusia untuk mengarah secara tajam kearah demikian.

Bencana alam terjadi dimana-mana, munculnya berbagai ragam penyakit mematikan yang mampu menjangkiti secara cepat, bahkan keseimbangan antara sesama ciptaan Tuhan yang tidak lagi menunjukan keteraturan.

2. Hari Tuhan tersebut berawal saat manusia mengharapkan suasana damai dan aman.

Kekacauan terjadi dimana-mana sehingga banyak orang mengharapkan kedamaian dan rasa aman.

Dunia yang kita tinggali saat ini sudah menawarkan situasi dan kondisi yang tidak lagi bersahabat dengan baik.

Banyak orang yang hidup dalam ketidaknyamanan, kegelisahan dan kekhawatiran. Kejahatan dalam skala kecil maupun besar terjadi setiap waktu dan dimana saja.

Sudut-sudut tempat tinggal kita mulai terkontaminasi dengan kejahatan seperti pembunuhan, perkelahian massal, hipnotis, pengrusakan dan lain sebagainya.

Keamanan dan kenyamanan tidak lagi menjadi jaminan hidup di kota tempat tinggal kita.

Paparan Rasul Paulus tentang “hari Tuhan” yang segera tiba ini tidak memberikan kepastian waktu tetapi ia mengatakan bahwa hari itu akan tiba seperti pencuri pada malam hari, datang dengan sendirinya, datang secara rahasia dan mendadak.

Metafora tentang pencuri ini hendak melukiskan bahwa manusia harus selalu siap sedia, pencuri tidak akan memberitahukan kedatangannya tetapi ketika ia datang, segala sesuatu akan diambilnya secara paksa termasuk harta yang paling berharga yaitu napas kehidupan.

Ini merupakan peringatan keras yang rasul Paulus ingin agar orang percaya memahaminya dengan baik.

Namun bagi orang yang tidak percaya, tanda-tanda yang dikatakan oleh rasul Paulus ini hanya akan menjadi “angin lalu” karena sekalipun kesengsaraan dan kecemasan sudah meliputi hari-hari didunia, mereka yang tidak percaya akan berkata “semuanya aman dan damai”.

Orang yang demikian akan mendapatkan kebinasaan karena mencintai penderitaan orang lain, berbahagia karena dunia mengalami kesengsaraan dan kekacauan.

Keadaan orang-orang yang tidak percaya digambarkan rasul Paulus dengan metafora sakit bersalin yang dirasakan seorang wanita ketika hendak melahirkan, secara perlahan-lahan tetapi tetapi mereka akan merasakan kebinasaan dari Allah.

Oleh karena itu, rasul Paulus secara jelas memaparkan tentang persiapan yang harus dilakukan baik oleh orang percaya ketika menanti “hari Tuhan” tiba.

Rasul Paulus memberikan jalan keluar agar orang percaya dapat terhindar dari murka Allah.

Persiapan yang dimaksudkan disini adalah persiapan secara rohani yaitu berjaga-jaga didalam iman dan kasih kepada Tuhan. Kita berjaga-jaga artinya kita waspada secara rohani, terus hidup dalam iman, kasih dan pengharapan akan keselamatan.  

Namun berjaga-jaga yang Rasul Paulus maksudkan disini adalah berjaga-jaga secara rohani yang diikuti dengan kesadaran.

Artinya kita menguasai diri seperti halnya seseorang yang minum anggur tak beralkohol. Jika anggur tersebut tidak beralkohol maka dalam keadaan apapun, seseorang akan tetap menyadari keberadaan dirinya.

Hidup dalam kekudusan, tidak munafik atau berpura-pura. Hidup yang berjaga-jaga dalam kesadaran adalah hidup yang menghasilkan buah-buah kehidupan yang baik.

Rasul Paulus memberi peringatan kepada kita semua bahwa “hari Tuhan” mungkin sudah dekat, oleh karena itu marilah kita berandai bahwa besok hari itu akan tiba, dengan demikian maka kita akan terus menyadari untuk mempersiapkan diri, senantiasa berjaga-jaga dengan membentengi diri secara rohani tetapi juga saling mengingatkan satu dengan yang lainnya. Tuhan Yesus memberkati. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved