Renungan Kristen Protestan

Sen Kanan Belok Kiri (Orang Bingung Menyangka Allah Tidak Mengasihi Manusia)

Pemazmur berkata bahwa ia telah terbuang dari hadapan mata Tuhan. Sebuah gugatan yang sangat berani dan terkadang lahir juga dari bibir kita hari ini.

Penulis: Ferry Jahang | Editor: Ferry Jahang
Sen Kanan Belok Kiri (Orang Bingung Menyangka Allah Tidak Mengasihi Manusia)
POS KUPANG/ISTIMEWA
Pdt. Yulian Widodo adalah pendeta GMIT dan Ketua Klasis Amanuban Timur Selatan serta Mahasiswa Pasca Sarjana UKAW

Renungan Kristen Protestan, Rabu 11 Desember 2019
Sen Kanan Belok Kiri (Orang Bingung Menyangka Allah Tidak Mengasihi Manusia)

Pdt. Yulian Widodo, STh
(Pendeta GMIT dan KMK Klasis Amanuban Timur Selatan)
Mazmur 31 : 23

Dalam kehidupan yang berjalan dengan sangat cepat sikap bingung akan menggangu ritme kehidupan. Salah satu contoh yang bisa kita angkat adalah sebagai berikut :

Suatu pagi, setelah mengantar anak ke sekolah, saya pulang beriringan dengan seorang pengendara motor.

Ketika sampai di perempatan jalan, pengendara motor di depan saya menyalakan lampu sen motornya pada bagian kanan, namun tiba-tiba justru belok ke kiri.

Kami hampir bertabrakan karena dengan tiba-tiba, ia membelokan motornya ke arah kiri. Saya sedikit terganggu karena peristiwa itu sebab pengendara itu sen ke kanan namun berbelok ke kiri.

Prilaku pengendara ini dapat memicu kecelakaan dan merugikan orang lain. Saya tidak tahu apakah orang itu tidak tahu aturan berlalulintas di jalan raya atau sedang bingung. Kalau bingun mungkin masih bisa dimaafkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bingung adalah suasana di mana seseorang hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan).

Orang yang bingung juga tidak tahu menentukan arah mata angin. Bingung juga berarti gugup tidak keruan bahkan sampai merasa bodoh atau kurang jelas tentang sesuatu.

Definisi di atas jelas menunjukan bahwa bingung sangat manusiawi dan itu dapat dialami oleh siapa saja. Bukan sekali bahkan berulang-ulang kali kita menjadi bingung ketika beban kehidupan melanda kehidupan ini.

Namun, peristiwa-peristiwa yang membingunkan tersebut menyadarkan kita akan qua vadis kembara hidup seseorang anak manusia.

Mazmur 31 :2 - 25 ini secara umum berisi doa yang bersifat sangat pribadi. Isi dari doa ini adalah ungkapan kesusahan dan ratapan karena musuh (ay. 5, 9), penyakit (ay. 10, 11) dan dtinggalkan oleh sahabat-sahabatnya (ay. 12-14).

Dalam situasi yang tidak mengenakkan tersebut, pemazmur sampai pada puncak kebingungannya. Kebingungan sang pemazmur pada akhirnya menjadi "gugatan" yang diarahkan kepada Allah.

Dalam ayat 25, Pemazmur berkata bahwa ia telah terbuang dari hadapan mata Tuhan. Sebuah gugatan yang sangat berani dan terkadang lahir juga dari bibir kita hari ini.

Tetapi, apakah benar gugatan itu kita arahkan kepada Tuhan ? Pernahkah kita membayangkan jika Allah meninggalkan manusia ? Dapatkah kita membayangkan kehidupan manusia tanpa campur tangan Allah?

Pemazmur segera menjadi sadar akan kekeliruan gugatannya dan memperbaiki pikirannya. Sekarang ia sadar bahwa Allah sungguh mendengar setiap suara bahkan suara dari mereka yang suaranya tak terdengar oleh sesamanya.

Tak jarang dalam kehidupan ini, kebingunan membawa manusia pada langkah yang keliru. Tanpa sadar, kebingungan yang terjadi dalam kehidupan seseorang diperparah ketika ia tidak dibawa untuk berjalan di jalan yang benar.

Perilaku intoleran, kekerasan, penyebaran berita-berita hoax seringkali muncul ketika seseorang berada dalam kebingungan. Untuk itulah Pemazmur menolong kita, bahwa suara siapapun berharga dihadapan Tuhan.

Jika kau bingung, ingatlah bahwa suara kita sangat berharga. Amin

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved