Renungan Kristen Protestan

Renungan Kristen Protestan, 10 Desember 2019: Karya Tuhan tak Bisa Dihambat

Thomas Hobbes, Filsuf abad 17 mengatakan bahwa dalam diri manusia ada self-interest (kepentingan diri) yang selalu ingin dilindungi.

Penulis: Ferry Jahang | Editor: Ferry Jahang
Istimewa
Pdt. Gusti Menoh, M.Hum 

Karya Tuhan tak Bisa Dihambat
Renungan Kristen Protestan, 10 Desember 2019
Oleh : Pdt. Gusti Menoh, M.Hum., Pendeta GMIT.

Keluaran 1: 1-22
Rasa terancam dengan kehadiran orang lain itu sesuatu yang alami. Mengapa? Thomas Hobbes, Filsuf abad 17 mengatakan bahwa dalam diri manusia ada self-interest (kepentingan diri) yang selalu ingin dilindungi.

Self-interest itu menyangkut rasa aman (keamanan diri), kebutuhan-kebutuhan hidup, dan terhindar dari ancaman dan bahaya.

Karena kepentingan diri itu, manusia menjadi egois, dan selalu memandang orang lain sebagai saingan yang harus ditakhlukan. Orang lain dilihat sebagai ancaman terhadap kepentingan dirinya.

Karena itu, dalam kenyataan orang membangun benteng pertahanan diri, menumpuk harta, membuat batas-batas diri berhadapan dengan orang lain (tidak mau berbagi), sambil cenderung resisten (menolak) kehadiran orang lain.

Namun kita tak bisa menghindari perjumpaan dengan orang lain.

Dalam pergaulan sehari-hari, kadang kita terpaksa berada di suatu lingkungan asing, entah karena masalah pekerjaan atau apa, lalu kita jadi kuatir dan takut, apalagi bila kita minororitas ditempat itu.

Dalam lingkungan masyarakat, kehadiran tetangga yang baru, kadang membuat kita cemas dan curiga terhadap mereka. Kita kuatir bila mereka bertambah banyak dan kita menjadi minoritas.

Kita takut bila kita menjadi minoritas dalam segi agama, suku, etnis, kelas sosial, budaya, dan seterusnya.

Apa yang kemudian kita lakukan? Kalau kita dalam posisi lemah, tak punya kuasa, biasanya kita diam dan pasrah dalam ketakutan.

Namun apabila kita kuat dan punya kuasa, seringkali kita memakai kuasa kita untuk menindas dan membatasi mereka yang kita anggap mengancam itu.

Fenomena seperti itu dapat kita lihat dimana-mana. Di Eropa muncul fobia (rasa takut berlebihan) terhadap kedatangan imigran Islam yang makin bertambah banyak.

Berbagai undang-undang dibuat untuk membatasi mereka karena orang-orang Eropa takut bila para pendatang itu menjadi mayoritas dan warga asli Eropa menjadi minoritas ditanah sendiri.

Di negeri kita, rasa takut terhadap orang lain juga seringkali muncul di tengah-tengah pertemanan dan hidup bersama. Perasaan terancam oleh kehadiran orang lain seringkali muncul dalam diri kita.

Itulah yang terjadi dalam bacaan di atas. Dikisahkan bahwa kesebelas keluarga besar Israel itu datang beramai-ramai ke Mesir untuk menetap di sana, ditambah Yusuf yang sudah ada lebih dahulu di sana.

Namun dari 12 keluarga ini, setelah puluhan tahun jumlah orang Israel menjadi sedemikian banyaknya (ay. 7). Bertambah banyaknya orang-orang Israel ini ternyata menjadi ancaman bagi raja Mesir yang baru.

Karena itu, Raja Mesir itu mengajak rakyatnya untuk mengantisipasi jumlah orang Israel yang makin bertambah itu. Sang raja mulai menyusun strategi untuk menindas dan mengeksploitasi umat Israel (ay. 9-10).

Berbagai cara diupayakan dengan tujuan menghentikan laju pertumbuhan umat Israel.

Pertama-tama, sang raja memaksa umat Israel kerja rodi. Mereka diminta mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.

Raja Mesir itu berpikir bahwa dengan memaksa orang-orang Israel bekerja, mereka kehabisan tenaga dan waktu untuk memproduksi keturunan.

Ia berpikir bahwa dengan kerja rodi, suami-suami tidak lagi mampu melakukan hubungan suami-istri sehingga dengan sendirinya isteri-isteri mereka tidak lagi dapat mengandung dan melahirkan.

Namun upaya itu gagal. Sebab umat Israel malah bertambah banyak (ay. 12). Karena itu hukuman raja mesir ditambahkan.

Dan inilah yang kedua. Raja memerintahkan orang Israel untuk bekerja lebih berat lagi dan dalam tekanan psikologis yang tinggi.

Dikatakan dalam ayat 13-14, "lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahatkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat,

yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka.

"Raja Mesir berpikir bahwa dengan menindas bangsa Israel, mereka akan stress sehingga mempengaruhi kualitas sperma para suami dan juga kandungan para istri.

Namun semua upaya menghambat laju pertumbuhan umat Allah tidak berhasil.
Sang raja tak kekurangan akal. Cara ketiga yang dicoba oleh raja Mesir untuk menghentikan pertumbuhan populasi umat Israel adalah dengan membunuh.

Kali ini sang raja merencanakan pembunuhan atas semua bayi laki-laki Israel. Raja meminta para bidan membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir (16).

Ini menunjukan bahwa raja ingin menahan laju pertambahan jumlah orang Israel. Namun para bidan itu takut akan Allah Israel sehingga mereka tidak berani membunuh bayi-bayi laki-laki Israel.

Sebagai langkah terakhir, cara keempat, sang raja mengeluarkan suatu perintah kepada seluruh rakyatnya bahwa: semua anak laki-laki Ibrani yang lahir harus dilemparkan ke sungai Nil agar mati terbawa arus.

Keempat strategi ini, mulai dari upaya menghambat persetubuhan antara suami-isteri dari umat Israel hingga pembunuhan terhadap bayi-bayi Ibrani, ternyata selalu mendapat hambatan.

Hal itu terjadi karena karya Allah tak bisa dibendung. Allah adalah maha kuasa.

Bacaan ini menunjukan bahwa upaya membatasi kehadiran suatu umat tak pernah bisa berhasil.Di abad 20, bangsa Jerman di bawah kekuasaan Hitler, merasa terancam dengan keberadaan Bangsa Yahudi di Jerman yang makin banyak jumlahnya.

Hitler lalu sangat membenci orang-orang Yahudi dan membasmi mereka secara massal dengan gas dalam kamp konsentrasi.

Ada kamp yang berisi gas, lalu ribuan orang dimasukan di dalamnya lalu mati dalam waktu beberapa menit. Sebagian yang lain dibunuh dengan dibiarkan lapar, ditembak, disiksa, ditindas, dan lain-lain.

Terhitung Hitler membunuh sekitar 6 juta orang Yahudi selama perang dunia kedua, dari tahun 1933-1940-an.Sikap Hitler berawal dari rasa terancam akan kehadiran orang lain.

Tindakan Hitler itu seakan mengulangi apa yang pernah dilakukan raja Mesir terhadap umat Allah, dengan tujuan melenyapkan mereka secara tidak manusiawi.
Bacaan ini memberi sejumlah pelajaran.

Pertama, manusia tak punya kuasa untuk membatasi karya Tuhan.

Bila Tuhan sudah memilih seseorang menjadi hamba-Nya, apapun kata dunia, apapun upaya orang lain menghambatnya, pasti gagal karena Allah sendiri yang menyertai orang yang dipilih untuk menjadi hamba-Nyaitu.

Allah berkuasa atas segala sesuatu. Kuasa manusia itu terbatas. Karena itu pula, sebagai manusia, hendaklah kuasa yang kita miliki tidak digunakan untuk menghambat perkembangan dan kemajuan diri seseorang,

apalagi merencanakan kejahatan atasnya. Tuhan tidak berkenan atas penyalahgunaan kekuasaan untuk mematikan orang lain.

Kedua, kita harus belajar untuk menerima keberadaan orang lain, apa pun pikirannya, sifatnya, karakternya, identitasnya, sukunya, agamanya, budayanya, kelas sosialnya.

Kesanggupan kita menerima perbedaan, akan menolong kita untuk tidak membangun permusuhan dengannya.

Sebaliknya, apabila kita tidak sanggup menerima orang yang berbeda, maka pasti kita selalu curiga karena merasa terancam oleh mereka.

Hidup damai sejahtera tak mungkin terbangun kalau kita tidak siap menerima orang lain dengan karakter dan identitasnya yang berbeda dengan kita.

Ketiga, kita semua adalah hamba Tuhan. Kita terpanggil kedalam dunia untuk mewujudkan karya Allah. Karya Allah itu tidak mesti dikerjakan dengan berkotbah.

Karya Allah dapat kita kerjakan dengan cara hidup benar dan baik sesuai kehendak dan perintah Allah. Apabila kita setia melakukan kehendak Allah, maka dengan sendirinya orang lain akan mengenal Allah dari hidup kita.

Kita tidak perlu takut, kuatir, merasa terancam. Apapun sikap orang lain terhadap kita, jauhilah sikap curiga dan merasa terancam.

Kita harus belajar bersikap positif terhadap sesama, percaya orang lain, dan siap menerima mereka, mau bekerjasama dengan mereka. Dengan cara itu, kesaksian kita bisa berjalan.Amin. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved