Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Minggu 1 Desember 2019 ''Harapan Kepada Tuhan Tak Pernah Sia-sia''
Renungan Harian Kristen Minggu 1 Desember 2019 ''Harapan Kepada Tuhan Tak Pernah Sia-sia''
Renungan Harian Kristen Protestan
Minggu 1 Desember 2019
Oleh Pdt. Dina Dethan Penpada, MTh
''Harapan Kepada Tuhan Tak Pernah Sia-sia''
Ada sebuah kalimat yang sangat baik untuk kita camkan: “ANDA BOLEH KEHILANGAN HARTA, TEMAN, ATAU JABATAN
NAMUN JANGAN SAMPAI KEHILANGAN HARAPAN KEPADA TUHAN.
Victor Frankl, psikiaterYahudi, dibawa tentara Nazi ke kamp kerja paksa di Auschwitz, bersama 1.500 orang lainnya.
Setibanya di sana, 1.300 orang, termasuk orangtua, istri, dan saudaranya, dibawa ke kamar gas untuk dibunuh. Frankl sendiri dibiarkan hidup di kamp, namun ia kehilangans emua orang yang dikasihinya.
Walau tersiksa lahir batin, ia bertahan. Mengapa? Karena ia punya harapan. Dr. Jerome Groopman, penulis The Anatomy of Hope, menjelaskan bahwa harapan adalah obat untuk tetap hidup sehat dalam situasi genting. Harapan meyakinkan orang bahwa yang terbaik masih akan datang. Ini juga yang di alamai oleh Rasul Paulus.
Surat 2 Timotius ditulis ketika Paulus kesepian. Ia harus menghadapi sidang pengadilan, tanpas eorang pun bisa membelanya. Kreskes dan Tikhikus pergi karena tugas lain menanti.
Demas telah erbujuk kenikmatan dunia dan meninggalkannya (ayat 10). Padahal orang-orang seperti Aleksander, situkang tembaga, telah memberi kesaksian yang memberatkan. Situasinya sungguh mengecewakan, namun Paulus tidak kehilangan harapan.
Mengapa? Karena harapannya disandarkan kepadaTuhan, bukan kepada manusia. Saat kehilangan rekan-rekan, ia yakin Tuhan sendiri akan mendampingi dan menguatkan (ayat 17). Harapan Paulus terbentang jauh ke depan. Bukan hanya sebatas menang dalam persidangan. Paulus yakin ia akan diselamatkan Tuhan sampai masuksurga (ayat 18).
Harapan sangat penting. Namun juga jangan lupa, kepada siapa Anda berharap juga tidak kalah pentingnya. Maka, jangan salah menaruh harapan.
Jika berharap banyak kepada manusia, kita bisa kecewa. Taruhlah harapan kepadaTuhan yang tak berubah di segala keadaan.
Jika kita melihat situasi bangsa Israel dalam bacaan Yesaya 2:1-5, nampak bahwa Israel berada dalam satu suasana bangsa yang sangat mencekam. Kehidupan politik, ekonomi dan pemerintahan di Israel pada masa raja Uzia, Yotam dan Ahas memang sangat ternoda dan merosot.
Penindasan dan ketidak-adilan menjadi pertunjukan di berbagai sektor kehidupan. Bangsa Israel memang sudah hidup dalam masa pembebasan.
Mereka tidak lagi ada sebagai budak dan dijajah dengan keras. Mereka juga tidak sedang hidup dalam suasana perang atau konflik. Tetapi kesejahteraan dan keadilan masih menjadi satu cita-cita. Israel tidak maju-maju dalam keadilan dan kesejahteraan.
Nubuat yang disampaikan Yesaya dalam kitab ini adalah nubuat yang Tuhan Allah beri kepada Yesaya untuk seterusnya disampaikan kepada Israel.
Nubuat ini menjadi sebuah berita gembira dan berita yang mengandung pengharapan karena apabila waktu itu terjadi maka keadilan dan kesejahteraan yang belum dirasakan itu, akan benar-benar berlangsung dalam kehidupan orang Israel.
Yesaya mengatakan bahwa nubuat itu itu akan berlangsung ketika gunung tempat rumah Tuhan itu berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di bukit-bukit, sehingga segala bangsa akan berduyung-duyun datang ke gunung itu untuk belajar tentang jalan-jalan Tuhan (ayat 2-3).
Kita melihat sebuah penggambaran tentang kekuasaan Tuhan akan kehidupan dan semesta Allah. Yesaya diberitahukan Tuhan bahwa masa itu akan segera berakhir, karena Tuhan akan menjadi penguasa atas semua kekuasaan.
Tuhan juga memberi petunjuk bagi Yesaya tentang apa yang harus diperbuat agar damai itu benar-benar terjadi. Caranya adalah dengan mendatangi Tuhan dan memberi diri untuk belajar dan mendengarkan pengajaranNya. Datang kepada Tuhan itu bukanlah semata-mata sebuah tindakan saja melainkan juga sebuah sikap dan prinsip hidup dari orang yang menginginkan damai berlangsung dalam kehidupannya.
Jadi Yesaya mau mengatakan bahwa sitausi itu akan benar-benar terjadi ketika ada upaya kita lewat tindakan dan sikap kita untuk mendatangi Tuhan dan memberi diri untuk belajar daripadaNya.
Dan melakukan hal damai itu dalam tindakan nyata. Tindakan nyata itu adalah mengubah pola kerja dan pola prilaku kita dari yang dulunya bersifat memusuhi, membenci, mendendam, iri hati dan sejenisnya menjadi yang mengasihi menerima, mengampuni, berempati dan mau memberi diri untuk menolong orang lain, tidak egois.
Perubahan itu diungkapkan dalam kata-kata pedang yang diubah menjadi mata bajak dan tombak menjadi pisau pemangkas. Jadi dengan kata lain apa yang kita pelajari dalam rumah Tuhan itu mestilah yang kita lakukan saat berada di luar rumah Tuhan melalui peran dan kerja kita masing-masing.
Apakah maknanya bagi kita sekarang ini? Jika nubuat ini disampaikan kepada kita saat ini di tengah kekeringan, udara yang panas, sakit penyakit, kematian dan berbagai persoalan yang tak habis-habisnya, apakah kita masi cukup memiliki harapan untuk sesuatu yang baik dapat terjadi?
Menghadapi situasi sebagaimana yang dihadapi bangsa Israel dan situasi kita saat ini, maka maka kita hanya dapat memahami nubuat ini dengan iman.
Sebab iman itu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita (lihat. Ibr 11: 1). Artinya dengan memiliki iman, kita tidak hanya melihat hal-hal yang ada di depan mata kita, tetapi memandang jauh ke depan, melewati pandangan kita.
Sehingga ketika kita menderita sakit, berduka, kekuarangan, dan berbagai masalah lain, kita masih memiliki harapan bahwa pertolongan Tuhan akan datang.
Jadi bacaan kita mau memberi harapan bagi semua yang keberanian untuk hidup, sebab Allah tidak hancur bersama kota yang Yerusalem yang hancur. Allah tidak mati bersama pahlawan-pahlawan yang mati dalam peperangan.
Teks alkitab ini juga memberikan inspirasi kepada kita untuk menjadikan perayaan advent tahun ini dengan mengarahkan diri dan kehidupan kita pada Kristus.
Pengarahan itu diwujudkan dengan tetap menaruh harapan pada Tuhan. Berjalan dalam terang Tuhan. Memberi diri untuk menerima pengajaranNya dan kemudian mewujudnyatakan isi pengajaran itu dalam kehidupan kita dengan melakukan reformasi tindakan dan sikap, kata dan perbuatan manakala kita menemukan tindakan dan sikap, kata dan perilaku kita berpotensi mendatangkan kehancuran, menghilangkan damai.
Segala yang berpontensi menghilangkan damai baik dalam kata, sikap dan prilaku kita mesti kita ubah dengan kata, sikap dan perilaku yang menghadirkan damai dalam kehidupan bersama dan dalam diri. Firman ini meminta kita dalam perayaan advent pertama ini untuk mulai melakukan koreksi diri untuk selanjutnya yang jahat diubah menjadi baik.
Panggilan kita saat ini adalah terus berjuang dengan setia dan sebisa mungkin, sambil terus mengarahkan hidup kita dalam pimpinna Tuhan, bukan pada harta dunia, bukan pada kuasa kegelapan, bukan pada ramalan bintang, bukan pada hal-hal yang sia-sia. Beradasrakan pengarapana kepada Tuhan dan hidup yang terus terarah kepada Tuhan itu, maka hari ini kita menyalakan lilin adven yang pertama berwarna ungu, sebagai lambang terang di tengah kegelapan, lambang harapan baru yang akan terus memberi kita semangat untuk tidak berhenti berjuang. Amin