Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh : Kecenderungan Hati Kita Kotor, Maka Otak Kita Turut Kotor
Ketika manusia jatuh dalam dosa (kejadian 3) belum disebutkan bahwa Allah menyesal telah menciptakan manusia.
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh : Ketika Kecenderungan Hati Kita Kotor, Maka Otak Kita Turut Kotor
POS-KUPANG.COM “Dosa muncul karena kecenderungan hati manusia yang jahat dengan melupakan perintah kehendak Tuhan yang semestinya menjadi patokan. Maka ketika hati kita kotor, maka otak kita turut dikotori dengan perbuatan-perbuatan yang tercela pula”.
Bacaan kita hari ini dari Kejadian 6:1-8 menceriterakan tetang kekecewaan dan sakit hatiTuhan Allah terhadap manusia ketika manusia sudah melakukan begitu banyak dosa.
Ketika manusia jatuh dalam dosa (kejadian 3) belum disebutkan bahwa Allah menyesal telah menciptakan manusia.
Tetapi Kejadian 6: 5 bacaan kita ini, disebutkan bahwa Allah menyesal telah menciptakan manusia di bumi dan hal itu memilukan hatiNya. Seperti hati orangtua yang dikecewakan oleh anak-anaknya, demikianlah hati Tuhan pada saat itu.
Allah menyesal karena dengan pertambahan jumlah manusia bukannya kebaikan bertambah banyak justru sebaliknya kejahatan yang berlipat ganda banyaknya sejalan dengan laju pertambahan penduduk itu. Dan yang paling menyedihkan adalah karena kejahatan manusia alam yang tak bersalah turut dihukum”, demikian cuplikan pemikiran dari Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA Dosen Pasca Sarjana Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dalam khotbahnya pada Kebaktian Perayaan Hut Jemaat Rehobot Fatukanutu Tilong, Klasis Kupang Tengah, yang dilayani oleh Pdt. Grace Talo Yakob, STh, Minggu, tanggal 17 Nopember 2019.
Gereja Kristen pada masa kini terpanggil untuk memperbaiki kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat dosa dan keserakahan manusia dengan jalan mengambil aksi-aksi nyata melalui pelestarian lingkungan, memanfaatkan kebun-kebun dan lahan-lahan kosong dengan tanaman-tanaman produktif dan gerakan tanam air”, lanjut akademisi dan pakar Perjanjian Baru UKAW ini.
Penggunaan kata "menyesal" dalam Kejadian 6:6 bukan karena Allah telah melakukan kesalahan dalam penciptaan, karena semua ciptaan Allah itu baik adanya. Kejadian 1:31 "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."
Namun Tuhan Allah menyesal karena manusia telah memilih untuk melakukan kejahatan dan tidak mengikuti kehendakNya.
Sebelumnya dalam Kejadian 6:5 dikatakan bahwa kejahatan manusia makin bertambah besar dan kecenderungan hatinya membuahkan kejahatan semata-mata.
Bahkan dalam Kejadian 6:7 dikatakan Allah tidak hanya menghapuskan manusia yang telah diciptakanNya, tetapi juga hewan, bintang-binatang melata dan burung-burung di udara juga akan dimusnahkan. Artinya alam yang tak berdosa menjadi korban karena kejahatan dan ulah manusia.
Tindakan Allah ini Ini hendak menunjukkan bahwa betapa fatalnya kalau manusia melakukan kejahatan, lingkungan di sekitarnyapun terhukum.
Oleh karena itu menjaga hati dari segala kecenderungan yang jahat menjadi sangat penting, oleh karena segala hal yang jahat bersumber dari hati.
Hati adalah motor aktifitas manusia, sehingga kalau hati kotor, maka otak pun menjadi kotor dan akhirnya bermuara pada perilaku-perilaku yang buruk. Jika kecenderungan hati sudah jahat, maka praktek-praktek kejahatan akan mengalir dari sana.
Dari kisah Kejatuhan Adam dan Hawa dari Kejadian pasal 3 hingga ke 6 ini memperlihatkan bahwa kecenderungan manusia pada hal-hal yang nampak menarik dari luar banyak kali tanpa pertimbangan yang matang dan mendalam.
Dan yang menarik dari luar atau pandangan mata selalu saja menjadi godaan terbesar.
Ketika alam hanya dilihat dari sebagai objek yang menarik dan dapat mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi manusia, maka alam akan diekspolitasi seenak perut.
Karena sesungguhnya Kerusakan lingkungan berakar dalam keserakahan dan kerakusan manusia. Itu sebabnya manusia yang dikuasai dosa keserakahan dan kerakusan itu cenderung sangat konsumtif.
Secara teologis, dapat dikatakan bahwa dosa telah menyebabkan krisis moral dan berakibat bagi krisis ekologis, krisis lingkungan hidup.
Dengan demikian, setiap perilaku yang merusak lingkungan adalah pencerminan krisis moral yang berarti tindakan dosa.
Dalam arti itu, maka upaya pelestarian lingkungan hidup harus dilihat sebagai tindakan pertobatan dan pengendalian diri, sehingga hidup kita tidak dikendalikan dosa dan keinginannya, tetapi dikendalikan oleh cinta kasih.
Moment perayaaan HUT kemandirian Jemaat Rehobot yang ke 7 ini menurut Mesakh Dethan adalah suatu moment untuk memperbaiki kecenderungan hati kita agar kita lebih dekat pada Tuhan dan keterpanggilan kita untuk melestarikan alam sekaligus membangun ekonomi jemaat melalui pemanfaatan kebun-kebun dan lahan-lahan kosong dengan tanaman-tanaman produktif.
Menurut Akademisi dan mantan wartawan Pos Kupang adalah hal yang penting untuk diingat bahwa kearifan lokal budaya Timor dan budaya NTT lainnya mendorong kita untuk memandang alam sebagai saudara kita.
Orang Timor sendiri dalam budayanya menganjurkan untuk hidup damai dengan alam, karena tubuh alam bagaikan tubuh manusia.
• BPBD Bantu Emergency Bagi Empat KK Korban Bencana Angin Kencang di Lewa, Sumba Timur
• Kakek 70 Tahun Nikahi Gadis Muda Mas Kawin Rp 9,3 Miliar, Mengaku Perjaka, Info
• Daftar 5Artis Alami Efek Buruk Perawatan Wajah,Wajah Via Vallen Hingga Jessica Iskandar Sempat Rusak
“Fatu, nasi, noel, afu amsan a’fatif neu monit mansian, artinya; batu, hutan, air dan tanah bagai tubuh manusia. Karena itu ketika batu itu dipotong, mereka merasakan seperti tubuh mereka yang terpotong-potong. Oleh karena itu dengan memahami bahwa alam adalah bagian dari kehidupan kita, maka kita akan dengan sungguh-sungguh merawatnya.(*)
.