Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Minggu 10 November 2019 ''Bersih Adalah Pujian Terbesar Bagi Tuhan''
Renungan Harian Kristen Minggu 10 November 2019 ''Bersih Adalah Pujian Terbesar Bagi Tuhan''

Renungan Harian Kristen Protestan
Minggu 10 November 2019
Oleh Pdt. Elizabeth Ratu
''Bersih Adalah Pujian Terbesar Bagi Tuhan''
Mazmur 73
Sejak kecil saya diajarkan dan diwariskan oleh orangtua saya bagaimana menjaga kebersihan lingkungan disekitar rumah kami setiap hari.
Sejak kecil, hingga jelang saya dipinang oleh calon suami saya di pertengahan tahun 2013, tugas saya adalah menyapu pinggir jalan dan trotoar bahkan got di depan rumah kami.
Malu? Pernah! Karena rasa malu itu timbul tidak bersamaan dengan pengetahuan akal saya tentang hidup bersih.
Rasa malu itu muncul ketika semua mata orang-orang yang lewat rumah saya melihat saya yang menyapu pinggir jalan, trotoar dan got depan rumah kami. Tapi juga rasa bangga muncul, saat orang -orang yang melewati rumah kami berbisik memuji : "Rumah yang bersih dan anaknya rajin"... akh, malu bercampur bangga :-). Tidak ada alasan lain utk hidup bersih, selain alasan yang diajarkan orangtua saya dulu, bahwa : "Bersih adalah Rasa Syukur yang paling besar kepada Tuhan". Saat kecil, saya tidak memahami perkataan itu.
Tetapi seiring berjalannya waktu, perlahan dan pasti saya menjadi tidak terpisahkan dengan gaya hidup bersih yang telah ditanamkan dengan kuat oleh orangtua saya. Jadi, apa itu Bersih? Mengapa kita perlu bersih? Hal apa saja yang dikatakan bersih dalam Alkitab? Bagaimana mempertahankan kebersihan?
Menurut KBBI : ber·sih adalah a 1 bebas dari kotoran: supaya kita sehat, segala sesuatu diusahakan tetap --; 2 bening tidak keruh (tentang air), tidak berawan (tentang langit); 3 tidak tercemar (terkena kotoran);4 tulus; ikhlas: dengan hati --; 5 tidak bernoda; suci--; 6 tidak dicampur dengan unsur atau zat lain; asli. Sedangkan kebersihan memiliki arti 1 perihal (keadaan) bersih; 2 kesucian; kemurnian; 3 ketulenan; 4 Antara keadaan yang menurut kepercayaan, keyakinan, akal, atau pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda atau kotoran.
Maka kata Bersih yang merupakan kata sifat ini bila diberi awalan Ke- dan akhiran -an, menjadi kata sifat yang aktif dan nyata dalam nalar, nurani dan jasmani. Kata itu tidak lagi kosong dan hampa, tetapi aktif dan nyata dalam sepuruh aspek hidup.
Melihat fenomena gaya hidup saat ini dilihat dari sudut pandang Teks Firman Tuhan dalam Mazmur 73, maka teks bacaan ini mengajak kita untuk melihat makna bersih secara menyeluruh dalam aspek hidup, terutama disaat kita Gereja Masehi Injili di Timor sedang merayakan bulan Lingkungan hidup.
Asaf merupakan seorang Lewi keturunan Gersom (1 Taw 6:39), ditunjuk oleh kepala orang lewi sebagai penyanyi utama dan memakai ceracap, ketika tabut di bawa ke Yerusalem (1 Tawarikh 5:17,19). Daud mengangkatnya sebagai kepala paduan suara kebaktian (1 Tawarikh 16:4,5).
Permulaan ayat yang mengejutkan yang diberikan oleh Asaf ‘’ Tentu saja Allah itu baik bagi Israel, bagi orang yang bersih hatinya’’.
Kata sesungguhnya disini dipakai kata ‘ak’אַ֤ךְ yang dapat diartikan ‘’surely’’ yang artinya tentu saja, yang juga digunakan dalam ayat 12 dan 18.
Ayat ini merupakan kesimpulan meyakinkan yang berasal dari imannya yang teguh, berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Kata ‘’hati yang bersih’’ memiliki arti taat dan setia kepada Allah. Hati bukan hanya sebagai pusat emosi tetapi juga sebagai pusat pikiran dan keinginan.
Dengan kata lain bahwa, Hati yang bersih adalah ibarat sumber air bersih yang akan memancarkan aliran air kehidupan.
Dampak yang dihasilkan bukan sekadar bagi diri kita sendiri, tetapi juga orang-orang yang ada di sekitar kita dan seluruh alam semesta beserta isinya, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!” (Ul. 5 : 29). Ada dampak yang besar yang dihasilkan jika kita memiliki hati yang bersih.
Allah, Bapa kita, menginginkan kita sebagai anak-anakNya bersih, atau murni atau suci. Firman-Nya menyatakan, ”Terhadap orang yang suci, engkau akan berlaku suci.”* (Mazmur 18:26) Allah mengasihi kita; Ia tahu bahwa menjaga kebersihan itu sangat berguna.
Ia juga mengharapkan kita sebagai Saksi-Saksi-Nya memberikan kesan yang baik tentang Dia. Malah, penampilan kita yang bersih dan tingkah laku kita yang baik akan mendatangkan kemuliaan, bukan celaan atas Allah dan nama-Nya yang Kudus.—Yehezkiel 36:22. Kita tahu bahwa Allah mengasihi orang yang bersih (murni, suci), maka kita patut sadar termotivasi untuk menjaga kebersihan. Sebab kita ingin jalan hidup kita mendatangkan hormat bagi nama-Nya karena kita mengasihi Dia, maka kita juga harus tetap berada dalam kasih-Nya. Inilah alasan utama kita perlu tetap bersih: Allah yang kita sembah adalah Allah yang Suci, Kudus, bersih, dan murni dalam segala hal (Imamat 19:2, "Imamat 19:2 (TB) "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus", band. 1 Petrus 1:16).
Senada dengan Asaf, sang Pengamsal juga mengajak kita untuk "menjaga hatimu dari segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" (Amsal 4 : 23).
Seolah-olah keduanya ingin agar kita memiliki hati yang bersih, sebab seluruh sikap dan langkah hidup kita akan turut bersih sesuai kondisi hati kita. perspektif ini patut diterima, oleh karena tubuh manusia terdiri atas tubuh, jiwa dan roh yang berpadu dan tidak dapat dipisahkan satu dgn yang lainnya.
Renungan ini bukan berarti ingin mengatakan bahwa kita harus suci, kudus dan tanpa dosa lagi (tapi bukankah Allah sendiri meminta kita untuk hidup Kudus?), sebab Ayub juga menjawab hal ini bagi kita (Ayub 15:14-16). (*)