Jubir Prabowo Dahnil Anzar dari Gerindra Ucap Selamat Presiden ILC TV One Karni Ilyas, Sindir Jokowi
Jubir Prabowo Dahnil Anzar dari Gerindra Ucap Selamat Presiden ILC TV One Karni Ilyas, Sindir Jokowi
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Jubir Prabowo Dahnil Anzar Ucapkan Selamat pada Presiden ILC TV One Karni Ilyas, Sebut Jokowi
POS-KUPANG.COM - Jubir Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak Ucap Selamat Ulang Tahun untuk Presiden ILC TV One Karni Ilyas sekaligus menyindir Presiden Jokowi.
Ucapan selamat kepada Presiden ILC TV One Karni Ilyas itu disampaikan Juru Bicara Parbowo Subianto Dahnil Anzar Simanjuntak melalui akun Twitter miliknya, @Dahnilanzar, Rabu (25/9/2019).
"Selamat Milad Buya @karniilyas. Sehat selalu dan terus mencerahkan Indonesia," tulis Juru Bicara Prabowo Subianto Dahnil Anzar Simanjuntak.
Selain memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk Presiden ILC TV One Karni Ilyas, Dahnil Anzar Simanjuntak juga mengkritik Presiden Jokowi.
• Terharu,Maia Estianty Tak Mau Miliki Keturunan,Mantan Ahmad Dhani Itu Turuti Permintaan Irwan Mussry
• Ngidam Makan Mie Instan? Yuk Baca 3 Langkah Praktis Agar Aman Disantap Terutama Ibu Hamil
"Mungkin Pak @jokowi belum tahu isi UU KPK yg baru. Belum sempat beliau baca, siapa tahu nanti setelah beliau baca, akhirnya beliau keluarkan Perpu pengganti UU, karna ada fakta upaya mematikan KPK. Siapa tahu Jal," tulis Dahnil Anzar Simanjuntak.
Kerap Kritik Jokowi, Ini Reaksi Dahnil Anzar saat Ditanya Rencananya untuk KPK Andai Jadi Presiden
Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi pertanyaan andai dirinya menjadi Presiden RI dan apa rencana yang dilakukannya untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kondisi polemik UU KPK yang terbaru.
Dahnil Anzar Simanjuntak selama ini lebih dikenal kerap mengkritisi Jokowi.
Terlebih ketika Dahnil Anzar Simanjutak menjadi bagian dari BPN Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 lalu.
Saat ini pun, Dahnil Anzar Simanjutak kerap kali mengkritik Jokowi jika ia merasa kebijakan pemerintah tersebut tak sesuai.
Kerap mengkritisi Jokowi, lantas Dahnil Anzar Simanjutak mendapatkan pertanyaan andai dirinya menjadi Presiden RI.
• Terindikasi Narkoba, Empat Mahasiswa di Bandung yang Ditangkap Pasca Aksi Demo Jadi Tersangka
• Siapa Bilang Ezechiel Out Jangan Sampai Menyesal jika Pindah, Begini Kata Bobotoh Persib
Pertanyaan itu didapatkan Dahnil Anzar Simanjuntak saat menjadi narasumber di acara E-Talkshow dilansir TribunJakarta.com dari kanal YouTube Talkshow Tv One pada Sabtu (21/9/2019).
Dalam video yang berjudul 'Momen Lucu, Ruhut Sitompul Menjadi Pembawa Acara dan Dahnil Menjadi Reporter', Dahnil Anzar Simanjuntakmendapatkan pertanyaan tersebut.
"Kalau anda jadi Presiden RI, apa yang anda lakukan untuk KPK dalam kondisi sekarang?" tanya pembawa acara, Indiarto Priadi.
Tanpa berpikir panjang, Dahnil Anzar Simanjutak langsung merespon pertanyaan tersebut.
"Saya akan meningkatkan anggaran KPK agar lebih besar," tegas Dahnil Anzar Simanjuntak.
Sontak jawaban tersebut menuai tepuk tangan penonton di studio.
Lebih lanjut, Dahnil Anzar Simanjuntak ingin penyidik dan penyelidik KPK merupakan independen.
Selain itu, mantan BPN Prabowo-Sandi ingin memperkuat institusi lainnya.
"Saya ingin memperkuat institusi lainnya seperti Polri, Kejaksaan dan Kehakiman," papar Dahnil Anzar Simanjuntak.
• Persib Maung Bandung Kehilangan Gelandang Kreatif dan Tak Bisa Lawan Arema FC, Info Pemain
• Respon Masinton Pasaribu Atas Kemarahan Ketua BEM UI Yang Sebut DPR Pengkhianat Rakyat
Dahnil Gabung Partai Gerindra dan Jadi Jubir Prabowo
Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan bahwa selain meminta jadi juru bicara, Prabowo Subianto juga memintanya bergabung ke partai Gerindra.
Ia resmi memiliki Kartu Tanda Anggota Partai Gerindra Juli ini.
"Jadi memang berdasarkan permintaan Pak Prabowo saya jadi juru bicara ketua dewan pembina dan beliau kemudian sudah meminta saya bergabung dengan Gerindra sejak pembubaran BPN,"ujar Dahnil kepada wartawan, Senin, (29/7/2019).
Dahnil mengatakan Prabowo mengajak bergabung karena ia sudah kepalang tanggung terjun dalam dunia politik, selama menjadi juru bicara Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandi.
"Jadi Pak Prabowo katakan 'kamu sudah basah, sekalian berenang di sini (Gerindra)'," katanya.
Dahnil mengatakan selama ini banyak yang mengajaknya bergabung partai Gerindra.
Mulai dari Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Fadli Zon.
• DPRD Kabupaten Kupang Fokus Bahas Tatib, Ini Harapan Waket Sementara
• Wartawan Kompas.com Diintimidasi Polisi, Ini Tanggapan Kabid Humas Polda Metro Jaya
Ia bersedia menjadi Jubir dan kader Gerindra karena tertarik dengan gagasan besar Prabowo.
"Tapi tentu di politik ketika Pak Prabowo meminta dan selama satu tahun ini saya banyak berdiskusi dengan Pak Prabowo sehingga terus terang saya tertarik dengan visi besar beliau dan visi besar itu diinvestasikan lewat Gerindra," pungkasnya.
Kata Dahnil Anzar Soal Pertemuan Jokowi dan Prabowo
Eks Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai bahwa pertemuan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto pasca Pemilu Presiden 2019, pada Sabtu kemarin merupakan hal yang lumrah.
"Lumrah yang saya maksud adalah tentu dalam kaitannya memulai langkah pertama untuk saling bertukar ide, bertukar gagasan. Baik itu dalam bentuk kritikan nanti apakah Pak Prabowo memutuskan menjadi oposisi atau lainnya," kata Dahnil dalam video yang diunggah dalam akun Youtubenya DAS Official, Sabtu malam, (13/7/2019).
Sehingga menurut Dahnil, komunikasi awal sangat dibutuhkan untuk memulai langkah selanjutnya itu. Politik menurutnya jangan selalu dimaknai sebagai permusuhan, dendam, dan sebagainya.
"Pak Prabowo melakukan itu (pertemuan), kalau kemudian teman-teman merasa kecewa, marah, saya yakin beliau paham itu dan mahfum dengan sikap sahabat sekalian," katanya.
Dahnil menjelaskan bahwa politik merupakan seni merangkai gagasan, menyampaikan ide untuk menjual dalam tanda kutip,ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Ide dan gagasan tersebut bisa disalurkan melalui eksekutif maupun legislatif.
Oleh karena itu ketika gagasan yang dimiliki kalah dukungan dari gagasan rival politiknya, maka bisa disalurkan melalui ekesekutif dengan berkoalisi atau legislatif sebagai oposisi.
"Jadi yang paling penting adalah bagaimana gagasan ide kita itu digunakan apabila memang ide itu baik dan bagus untuk kemajuan negara. Maka harus dikomunikasikan. Kalau tidak dikomunikasikan maka kepentingan orang banyak melalui ide-ide kita itu tidak bisa sampai," pungkasnya.
Sebelumnya sejumlah pendukung Prabowo kecewa karena adanya pertemuan dengan Jokowi pasca Pemilu Presiden 2019. Mereka diantaranya Garda 212 dan Persaudaraan Alumni 212.
Bahkan PA 212 mengkritik Prabowo karena bersedia bertemua Jokowi.
Ketua Garda 212, Ustaz Ansufri Idrus Sambo mengaku tidak bisa berkomentar apa-apa terkait pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan presiden terpilih Joko Widodo di MRT, Sabtu (13/7/2019).
"Saya termasuk pendukung 02 tidak setuju kalau Pak Prabowo ketemu Jokowi," kata Sambo kepada Tribunnews lewat pesan singkat, Sabtu (13/7/2019).
* TERUNGKAP! Penggalang Dana Demo Mahasiswa di DPR, Ananda Badudu Bukan Sosok Sembarangan
Mahasiswa dari berbagai wilayah menggelar aksi menolak sejumlah rancangan undang-undang (RUU) yang memicu kontroversi di depan gedung MPR/DPR.
Akibatnya muncul tagar #HidupMahasiwa yang menjadi trending di Twitter.
Di berbagai cuitan #HidupMahasiswa, tergambar suasana aksi mahasiswa di DPR dan berbagai spanduk yang menghiasinya.
Rupanya dibalik aksi mahasiswa di DPR pada 23 - 24 September 2019 tersebut, ada sosok Ananda Badudu, yang menjadi pengumpul dana ratusan juta untuk mendukung aksi tersebut.
Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com pada pukul 14.00 WIB Selasa (24/9/2019), donasi yang dikumpulkan telah mencapai Rp157.491.520 dari target dana Rp50 juta.
Ananda Badudu menggalang dana untuk aksi mahasiswa di DPR melalui situs Kitabisa.com.
Lewat situs tersebut, Ananda Badudu turut menuliskan bagi masyarakat untuk berkontribusi melalui donasi dana yang akan digunakan untuk makanan, minuman, dan sound system mobile (mobil/gerobak komando).
Tak hanya itu, Ananda Badudu juga menuliskan lima tuntutan mahasiswa.
1. Batalkan UU KPK, RUU KUHP, Revisi UU Ketenagakerjaan, UU Sumber Daya Air, RUU Pertanahan, RUU Pertambangan Minerba, UU MD3 serta sahkan RUU PKS, RUU Masyarakat Adat dan RUU Perlindungan Data Pribadi.
2. Batalkan hasil seleksi calon pimpinan KPK
3. Tolak dwifungsi
4. Selesaikan masalah Papua dengan pendekatan kemanusiaan
5. Hentikan Operasi Korporasi yang merampok dan merusak sumber-sumber agraria, menjadi predator bagi kehidupan rakyat.
Termasuk mencemari Udara dan Air sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa. Seperti Halnya Kebakaran Hutan yang saat ini terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta Pidanakan semua pihak yang terlibat.
Berdasarkan laporan Kompas.com, Ananda Badudu turut mengajak rekan musisi untuk menunjukkan sikap atas permasalahan bangsa sata ini.
Ananda Badudu menilai, beberapa masalah seperti revisi UU KPK dan RKUHP yang dinilai janggal dan tak berpihak pada kepentingan publik.
Untuk itu, Ananda Badudu memutuskan untuk menggalang donasi di Kitabisa.com untuk mendukung aksi mahasiswa di Gedung DPR/MPR.
"Saya juga lewat (situs) Kitabisa ingin mengajak musisi lain untuk bersikap dan urun usaha lah gitu, bersikap dan beraksi," imbuh Ananda Badudu.
Tak hanya menggalang donasi, Ananda Badudu juga turut ikut aksi tersebut.
"Karena bikin lagu doang enggak cukup saat seperti ini," aku Ananda Badudu.
Lantas siapakah sebenarnya Ananda Badudu?
1. Personil Banda Neira
Ananda Badudu bersama Rara Sekar merupakan personil Banda Neira.
Banda Neira merupakan grup band yang berawal dari keisengan dua personelnya untuk bermusik bersama.
Rupanya keisengan Ananda Badudu dan Rara Sekar menciptakan empat buah lagu yakni Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).
Hingga kemudian, karya tersebut mereka unggah dan sebarkan melalui media sosial Soundcloud.
Dari sana, Ananda Badudu dan Rara Sekar mulai punya pendengar.
Banda Neira pun akhirnya dikenal.
Mendapat banyak respons positif, pada akhir 2012 mereka sepakat meneruskan proyek isengnya itu. Mereka sangat bersemangat.
Dari Agustus hanya memiliki empat lagu, pada Desember tahun yang sama mereka sudah menambah enam album baru untuk satu album penuh Banda Neira.
Banda Neira telah merilis dua buah album yakni Di Paruh Waktu (2013) dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016).
Rara Sekar dan Ananda Badudu lantas sepakat membubarkan Banda Neira pada Jumat (23/12/2016 lalu).
2. Kuliah di Jurusan HI
Memiliki nama asli Ananda Wardhana Badudu, rupanya pria kelahiran 26 Desember 1987 itu berkuliah di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan angkatan 2006.
3. Mantan wartawan Tempo
Ananda Badudu rupanya sempat bekerja menjadi wartawan di Tempo.
Saat menjadi wartawan, Ananda Badudu sempat mengalami pengalaman tak mengenakkan ketika kantornya diserang sekelompok pemuda pada Sabtu malam (16/3/2013).
4. Cucu Ahli Bahasa JS Badudu
Ananda Wardhana Badudu rupanya bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan cucu ahli bahasa JS Badudu.
Dalam hidupnya, JS Badudu mengabdikan dirinya untuk bahasa Indonesia.
JS Badudu dikenal masyarakat luas sejak ia tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang ditayangkan di TVRI pada 1977-1979, dilanjutkan pada tahun 1985-1986.
Pada saat itu, TVRI adalah satu-satunya siaran televisi di Indonesia.
Dari data yang diterima Kompas.com, beberapa karya besar JS Badudu antara lain Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994),
revisi kamus Sutan Muhammad Zain; Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003); Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971); Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993);
Kamus Peribahasa (2008); dan Membina Bahasa Indonesia Baku (1980).
Pendidikan bahasa yang pernah ditempuhnya adalah kursus B1 Bahasa Indonesia (1951); Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran atau Unpad (1963);
Studi Pascasarjana Linguistik pada Fakultas Sastra dan Filsafat Rijksuniversiteit Leiden, Belanda (1971-1973).
JS Badudu memperoleh gelar doktor dari Fakultas Sastra UI pada 1975 dengan disertasi berjudul "Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo".
JS Badudu adalah orang pertama yang mendapat gelar guru besar dari Fakultas Sastra Unpad. Ia dinobatkan menjadi guru besar pada 1985 dalam usia 59 tahun. (TribunJakarta/Kompas)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kerap Kritik Jokowi, Ini Reaksi Dahnil Anzar saat Ditanya Rencananya untuk KPK Andai Jadi Presiden,
Penulis: Kurniawati Hasjanah
Editor: Suharno