Breaking News

Renungan Kristen Protestan : “Merendahkan Harkat dan Martabat Sesama, Apa Untungnya?”

Harkat dan martabat manusia seringkali diingkari oleh karena kepentingan ataupun kesenangan sesaat.

Editor: Rosalina Woso
dokumentasi pribadi
Pdt Lewisa Ademerince Manes STh 

Renungan Kristen Protestan : “Merendahkan Harkat dan Martabat Sesama, Apa Untungnya?”

Oleh : Pdt. Lewisa Ademerince Manes STh

NEHEMIA 5:1-13

Berbicara tentang ketidakadilan ekonomi menjadi topik menarik dan hangat pada masa ini. Ekonomi tidak saja berhubungan dengan jual beli barang, tetapi juga orang jual orang/manusia jual manusia.

Ungkapan “Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” atau juga disebut “Homo homini Lupus.”

Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Plautus pada tahun 945, waktu yang cukup lama hingga di jaman sekarang ini, namun sangat sulit menjadikan manusia seperti seorang manusia pada umumnya.

Harkat dan martabat manusia seringkali diingkari oleh karena kepentingan ataupun kesenangan sesaat.

 Demikian halnya terjadi pada masa nabi Nehemia di antara orang Yahudi. Nehemia sangat marah terhadap ketidakadilan dan kejahatan yang terjadi pada zamannya. Kemarahannya  merupakan kemarahan yang saleh.

Kemarahannya menunjukkan ketidakacuhan terhadap penderitaan orang yang tidak bersalah dan kekurangan atau penderitaan sesama.

Terdengarlah keluhan yang keras dari rakyat.

Peristiwa ini mungkin terjadi pada saat pembangunan kembali tembok kota selama lima puluh dua hari, karena terjadi gangguan dari arus perdagangan yang biasa; namun pengadaan sebuah sidang jemaah yang besar (ay. 7) dan kata-kata di (ayat 14) menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi pada masa belakangan sekalipun letak pasal ini disisipkan di sini.

Kondisi orang-orang Yahudi pada masa Nehemia dapat terlihat sebagai berikut: pertama golongan kaya, yaitu bangsawan dan pejabat (ayat Neh 5:7), menindas kaum miskin dengan memaksa mereka menggadaikan tanah dan rumah mereka serta meminjam uang untuk membeli makanan.

Dalam beberapa kasus tertentu golongan miskin dipaksa untuk menyerahkan anak-anak mereka sebagai budak agar mereka tidak mati kelaparan (ayat Neh 5:1-5).

Karena itu yang kedua Nehemia menyikapinya dengan marah dan menentang ketidakadilan ini (ayat Neh 5:6) dan memaksa para pelanggar untuk bertobat dan memperbaiki diri (ayat Neh 5:12-13).

Selanjutnya Nehemia selaku Gubernur melakukan aneka pembaharuan bagi bangsanya.

Nehemia memandang tidak ada untungnya terus memperlakukan sesama saudara dan sebangsa demikian.

Sikap Nehemia berhasil menghentikan, kebiasaan mengadakan riba yang mengakibatkan keadaan sangat miskin dan bahkan membelenggu banyak orang Yahudi. 

Sepanjang dua belas tahun masa kepemimpinannya sebagai gubernur, Nehemia memberi teladan tentang sifat tidak mementingkan diri dan sifat murah hati terhadap sesama orang Yahudi. Dengan konsisten pada perkataan dan sikapnya yang tegas Nehemia mengembalikan harkat dan martabat bangsanya.

Nehemia adalah seorang yang taat berdoa, beramal dan setia pada tugasnya. Dengan demikian Nehemia menunjukan pelayanannya yang bermartabat.

Berhadapan dengan masalah darurat human trafficking atau tindak kejahatan perdagangan orang dalam bangsa dan daerah ini, dengan realitas per tanggal 22 September, telah mencapai 88 peti jenasah yang diterima di NTT.

Dalam duka bersama yang menyayat bathin kita membutuhkan pemimpin yang tegas, peduli dan belas asih seperti Nehemia.

Regulasi hukum internasional, nasional dan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah telah menjadi acuan yang menolong pemberantasan kejahatan perdagangan orang.

Tetapi apakah itu telah menjadi aksi? Apakah pemberlakuannya telah efektif?

Dalam setiap penetapan Undang-undang, keberpihakan kepada warga Negara/masyarakat menjadi tolok ukur, namun dalam pelaksanaan keberpihakan pada pemangku kepentingan menjadi bagian yang tak terelakan.

Perusahaan perekrut tenaga kerja, devisa Negara, hubungan kerja sama antar-negara diletakan di atas kepentingan pencari keadilan hukum dan hak kemanusiaan.

Gerejapun seringkali terjebak dengan lembaga umum lainnya mengutamakan fasilitas pendukung seperti gedung kebaktian, hiasan gereja dan totonan liturgi yang mewah dan megah. Orang tua lebih mengutamakan harta dari pada perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak.

Tuntutan kebutuhan keluarga yang besar seiring perkembangan zaman, yang dipengaruhi oleh promosi hasil industry. Contoh rumah mewah,  model pakaian/barang bermerek, bahan-bahan kosmetik, makanan instan, alat-alat komunikasi modern hp/smart phone dan lain-lain.  

Dari semua itu, membutuhkan kontribusi manusia-manusia yang hidup dalam Negara maupun gereja.

Tuntutan untuk berkontribusi kepada daerah maupun gereja yang semakin besar sedangkan kapasitas manusia yang hidup di dalamnya tidak memadai baik intelektual maupun materi maka mereka tertekan bahkan untuk membebaskan diri, keputusan mejadi TKI/TKW adalah  pilihan.

Tekanan kehidupan yang menyebabkan sebuah pilihan rentan terhadap akibat-akibat yang fatal, karena tidak disertai dengan pemikiran-pemikiran yang baik atau matang. Tanpa pikir sebab akibat.  

Ketaatan dan kesetiaan Nehemia, membuatnya mengenal dengan baik keluh kesah, kesukaran dan penderitaan bangsanya.

Pemerintah yang menyadari bahwa tugas yang diemban adalah dari Tuhan atau perpanjagan tangan Tuhan bagi kesejahteraan warga masyarakat sekaligus jemaat, maka akan dilaksanakan dengan penuh ketaatan dan kesetiaan. Gereja yang setia pada panggilannya adalah gereja yang taat dan setia melakukan perintah-perintah Tuhan.

Sepuluh perintah Tuhan (Kitab Keluaran 20:1-17) dan sebagaimana dirangkum Tuhan Yesus dalam perkataan-Nya  (Injil Matius 22:37-40).

Bentuk kasih dan pelayanan kepada Allah tercermin dalam pelayanan da kasih kita kepada sesama manusia terutama korban ketidakadilan, kejahatan kemanusiaan/human trafficking.

Belajar dari kepemimpinanan dan situasi yang dihadapi Nehemia menolong para pemimpin bangsa, daerah, gereja dan keluarga dalam beberapa hal: Menjadi pemimpin adalah panggilan Tuhan. Kesetiaan menyelamatkan orang-orang yang dipimpin dari setiap kesulitan.

Seorang pemimpin  harus memiliki hati yang peka dan belas kasih yang akan menjadikannya pemimpin berintegritas.

Hidup janganlah tergantung atau dikendalikan oleh keadaan susah atau senang, jangan juga dikendalikan oleh barang ataupun uang jika ya, maka seseorang bukan lagi manusia karena sama nilainya dengan barang atau boneka hidup.

Manusia sepenuh menyadari anugerah kehidupan dan keselamatan, sebagai kesempatan berharga untuk memberi makna terhadap kehidupan itu dengan bekerja dan melayani dalam ketaatan dan kesetiaan.

Tanah air di mana kita dilahirkan menjadi tanggung jawab bersama untuk mengelolanya bagi kesejahteraan. Sebagai pemimpin dalam bangsa, gereja dan keluarga diberi tugas untuk  memprakarsai setiap perubahan.

Karena itu mesti cerdas, kreatif dan inofatif, sehingga bangsa dan umat Tuhan tidak tertinggal dari perkembangan. Nehemia tidak saja seorang nabi Tuhan tetapi pemimpin bangsa yang berhasil, karena itu nama dan karyanya tercatat dalam Alkitab.

Sebuah harapan menyertai refleksi ini, bahwa dalam keadaan apapun, harkat dan martabat manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan yang mulia menjadi keutamaan dalam setiap kepentingan dan pelayanan.

Manusia yang bermartabat adalah yang menghargai martabat sesamanya.

Roh kudus menolong kita dalam tugas dan pelayanan yang dipercayakan kepada kita sekalian. Amin. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved