Kampanye Bebas Sampah F3G Ala Trash Hero

Begini kampanye bebas sampah di ajang Festival 3 Gunung ala anak muda Trash Hero

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Dokumentasi Komunitas Trash Hero
Aksi Komunitas Trash Hero mengkampanyekan Bebas Sampah pada saat Lomba Marching Band Festival 3 Gunung di Pantai Harnus, Selasa (27/8/2019) petang. 

Begini kampanye bebas sampah di ajang Festival 3 Gunung ala anak muda Trash Hero

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Di saat banyak orang larut dalam kegembiraan dan gebyar Festival 3 Gunung ( F3G) Lembata, ada segelintir anak muda mengenakan baju berwarna kuning, menjinjing kantong plastik hitam berukuran besar dan memungut sampah di sepanjang jalan.

Kerja mereka senyap, tetapi dampaknya tak bisa dipandang remeh. Sesekali di sela-sela acara festival, salah satu dari mereka mengambil pelantang (microphone) di meja panitia dan mengimbau kepada khalayak ramai untuk bertanggungjawab terhadap sampah masing-masing lokasi acara digelar tetap bersih.

Stok Darah di Bank Darah RSUD Prof Dr WZ Johannes Mencukupi

Sekelompok anak muda peduli sampah ini tergabung di dalam Komunitas Trash Hero Lembata. Mereka punya andil luar biasa dalam mengkampanyekan hidup bersih dari sampah di Kota Lewoleba terutama pada saat Festival 3 Gunung dihelat.

Pada saat Perlombaan Marching Band F3G antar pelajar di Pantai Harnus, Selasa (27/8/2019) kemarin, komunitas peduli sampah ini kembali beraksi.

Mereka bergerak dari satu titik ke titik yang lainnya dan memungut sampah di antara ramainya warga Kota Lewoleba yang menyaksikan atraksi drumband para pelajar.

SMATER Don Bosko Lewoleba Juara Lomba Marching Band Festival 3 Gunung

Leader Trash Hero Lembata, Theresia Willybrorda, kepada Pos Kupang, mengatakan tugas mereka sebenarnya bukan petugas pemungut sampah.

Anggapan ini, kata dia harus disingkarkan. Trash Hero Lembata hadir di tengah-tengah festival untuk menyadarkan masyarakat Lembata supaya tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Perempuan yang akrab disapa Wilda ini pun tak segan mengumumkan secara langsung dari meja panitia bahwa sampah yang kita produksi adalah tanggungjawab masing-masing orang.

Dia dan rekan-rekannya sangat berharap peserta festival tidak menjadi donatur sampah di lokasi-lokasi wisata yang disambangi.

Niat baik Wilda dkk mengkampanyekan sampah ini mendapat apresiasi dari warga Lewoleba. Salah satunya adalah Vian Nedabang.

Menurut Viand, saat lomba drumband hampir semua orang berdesak-desakan berusaha mencari tempat terdepan menyaksikan dan mendukung penampilan masing masing sekolah, tapi justru ada beberapa anak muda kemudian mengambil langkah berbeda dengan memungut sampah yang berserakan.

"Dengan kantong plastik besar mereka kemudian mengukir langkah di seputaran Harnus.

Satu langkah berhenti, menunduk, satu langkah berhenti lalu menunduk begitu seterusnya.
Setiap langkah mereka dapat dipastikan tak ada sampah yang tertinggal," urai guru salah satu sekolah negeri Kota Lewoleba ini.

Kata Vian, bekas gelas air minum kemasan dan sedotan terlihat lebih menarik bagi mereka dibandingkan goyangan para mayoret cantik. Sampah bekas snack lebih menggoda untuk dicari dibandingkan hentakan bunyi drumband yang dimainkan.

"Mereka tak dapat tepukan riuh penonton. Mereka tak dapat sambutan MC seperti saat tim drumband sekolah sekolah bertanding. Tapi apa yang mereka lakukan adalah hal yang besar.

Terima kasih untuk Komunitas Trash Hero Lembata," pungkas Vian.

Inilah bentuk Kampanye Bebas Sampah Festival 3 Gunung ala Trash Hero Lembata. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved