Gembala dan 19 Ekor Kerbau Tewas Tersambar Petir, Mengapa Guntur Sangat Mematikan Lain dari Listrik?
Pada Senin malam (19/8/2019), seorang pria penggembala bersama 19 ekor ternak kerbau Tewas Tersambar Petir.
Mengetahui sifat dan cara penghantaran petir, maka manusia sebenarnya bisa meminimalkan risiko tersambar.
"Jangan berada di tempat terbuka. Lalu jangan berada pada jarak kurang dari 2 meter dari obyek yang tinggi agar tidak tersambar," kata Syarif.
Jangan berpikir bahwa obyek yang bisa menghantarkan petir hanya logam.
Syarif menegaskan kembali, petir berbeda dengan listrik di rumah kita.
Petir memiliki sumber arus tetap, tapi tegangan berubah-ubah. Sementara listrik di rumah kita merupakan sumber tegangan, tegangan tetap dan arus berubah-ubah.
Karena itu, untuk bisa ke bumi, petir bisa lewat kayu dan bambu yang bukan penghantar listrik baik.
Dikubur Massal
Sebanyak 19 ekor kerbau yang mati usai disambar petir di Desa Uratan, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Senin (19/8/2019) malam, akhirnya dikubur secara massal dalam satu lubang, Selasa (20/8/2019) sore.
Kepala Polisi Resor Tapanuli Tengah Ajun Komisaris Besar Sukamat melalui Paur Humas Inspektur Satu Rensa Sipahutar mengatakan, 19 ekor kerbau yang mati disambar petir sudah dikubur secara massal dalam satu lubang di Desa Sawo, yang tidak jauh dari lokasi kejadian di Desa Uratan, Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli Tengah.
"Sudah sore tadi, 19 kerbau yang mati karena disambar petir dikubur massal dalam satu lubang," ungkap dia, kepada Kompas.com, Selasa malam.

Untuk memudahkan proses penguburan, kata Rensa, 19 ekor kerbau diangkat menggunakan alat berat ekskavator, lalu dipindahkan ke atas truk.
Kemudian, kerbau-kerbau itu diangkut ke Desa Sawo Lamo yang tidak jauh dari lokasi kejadian dan selanjutnya dikuburkan.
"Penguburan dilakukan menggunakan alat berat, disaksikan kepala desa, Bhabinkamtibmas, pemilik dan warga sekitar," ujar Rensa.
Sementara, Sinto Riono Habeahan (27), satu warga yang tewas bersama 19 ekor kerbau yang berada di kandang miliknya, masih disemayamkan di rumah duka menunggu sanak saudara datang.
Sebelumnya, Sinto Riono yang merupakan pengembala 19 kerbau itu disambar petir saat berada di kandang di samping kediamannya di Desa Uratan, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Senin sore.

Petir menyambar saat kondisi cuaca hujan deras dan listrik padam. Tidak hanya dia, 19 ekor kerbau yang digembalanya juga langsung tewas seketika.
"Satu warga tewas seketika, begitu juga dengan 19 ekor kerbau yang berada di dalam kandang mati akibat disambar petir," kata Paur Humas Polres Tapanuli Tengah Iptu Rensa Sipahutar.
Dari informasi yang dikumpulkan, Sinto bukanlah pemilik semua kerbau tersebut.
Dia hanya pengembala dan memelihara saja. Pemiliknya diketahui bernama Mikael Simbolon (56) daerah warga yang sama.
"Itu bukan semua milik anak saya, dia hanya pengembala saja. Dan pemiliknya saudara Mikael Tambunan," ujar Jupita Habeahan, orangtua korban.
Untuk kerugian, katanya, ditaksir sekitar Rp 300 juta. Pihak pemilik juga sudah mengikhlaskannya.
"Kalau kerbau yang mati itu masih bisa dicari gantinya dan dipelihara lagi. Tapi kalau anak saya ini tak akan kembali lagi," pungkasnya sedih.
Sumber: Kompas.com (Dewantoro, Yunanto Wiji Utomo, Shierine Wangsa Wibawa)