Sambut HUT RI Kemenag NTT Gelar Workshop Deteksi Dini Paham Radikal
Memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke -74, Kanwil Kementerian Agama NTT menggelar workshop deteksi dini paham radikal
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Sambut HUT RI - 74, Kemenag NTT Gelar Workshop Deteksi Dini Paham Radikal
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke -74, Kanwil Kementerian Agama NTT menggelar workshop deteksi dini paham radikal di Kota Kupang.
Kasubag Informasi dan Humas Kanwil Kemenag NTT, Bobby Babaputra, kepada POS-KUPANG.COM, di Celebes Resto, Kupang Jumat (16/8/2019), menjelaskan kegiatan workshop deteksi dini paham radikal menghadirkan orang muda dari berbagai kelompok organisasi dan agama di Kota Kupang.
Selain orang-orang muda, kegiatan tersebut juga menghadirkan pengurus organisasi perempuan dari berbagai lembaga agama.
“Kegiatan ini tepat momentnya, ketika bangsa merayakan HUT RI ke 74. Kita mengharapkan, peserta dapat mengambil pesan bahwa menjaga keutuhan bangsa, mencegah radikalisme adalah bentuk tanggungjawab atas kemerdekaan yang telah diraih oleh para pahlawan,” kata Bobby.
Kakanwil Kementerian Agama NTT, Drs. Sarman Marselinus dalam arahannya menekankan bahwa kegiatan tersebut sebagai upaya memaknai kemerdekaan.
“Jangan khianati perjuangan suci para pahlawan. Niat mereka waktu itu hanya satu yakni merdeka dan membentuk sebuah negara yang berdaulat yang mempersatukan keragaman bangsa ini. Karena itu mari kita jaga bersama, cegah dari pengaruh radikalisme yang hanya bertujuan memecah belah dan menghancurkan bangsa,” kata Sarman.
Sarman menjelaskan paham radikal telah merasuk dan mempengaruhi sebagian warga bangsa Indonesia di antaranya, mahasiswa, umat dan masyarakat, karenanya sikap bijaksana menurutnya adalah bersama sama mendeteksi lebih dini paham radikal itu sehingga tidak mempengaruhi lebih banyak orang lagi.
“menangkal atau menghilangkan paham paham radikal itu adalah upaya yang sangat positip demi menjaga cita-cita kemerdekaan. Radikalisme jangan sampai memperalat agama yang membenarkan tindakan menghancurkan dan membunuh sesama manusia lain. Karena itu penting sekali moderasi beragama, sikap beragama yang sesuai dengan ajaran agama dan tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan,” jelasnya.
Robertus Handoko, dari BIN NTT mengatakan letak geografis NTT berpeluang terjadinya kerawanan dalam hal penyebaran paham radikal, terorisme dan tindakan tindakan intoleransi. Menurutnya wilayah NTT yang terbuka berpeluang masuknya kelompok radikal untuk bersembunyi dan menyebarkan paham pahamnya.
Selain itu, ada masyarakat lokal yang dapat menciptkan senjata rakitan. Robertus mengatakan kaum radikal, teroris kini masuk ke NTT dengan menyamar, memalsukan dokumen identitas dan kemudian membentuk keluarga dengan menikahi warga lokal.
Sedangkan AKBP KOrnelis Wayong,S.Sos, Kasubdit III Ditintelkan Polda NTT menjelaskan bahaya radikalisme dan terorisme merupakan ancaman bersama. Radikalisme menjadi musuh bersama karena itu penanganan dan pencegahan juga harus dilakukan secara bersama pula dengan melibatkan banyak pihak.
Dijelaskan Kasubag Inmas, Bobby pada kesempatan itu, pada hari sama, selain menggelar kegiatan workshop deteksi dini paham radikal, kanwil kemenag juga turun ke SMKN 5 dan SMAN 9 Kota Kupang untuk tujuan yang sama yakni menjelaskan tentang keberadaan aliran radikal dan yang menyimpang yang disinyalir telah ada di Kota Kupang.
• Sahabat Ahok BTP Bocorkan Usia Kehamilan Puput Nastiti & Jenis Kelamin Bayi, Lahir Desember?
• RAMALAN ZODIAK Minggu 18 Agustus 2019 Leo Lupakan Kesalahan, Pisces Membahagiakan, Aries Lelah
“Yah hari ini selain kepada orang muda dan perempuan dari lintas agama, kanwil juga turun ke dua sekolah tersebut untuk menjelaskan hal hal yang masih ada kaitannya dengan isu isu radikalisme dan paham-paham agama yang menyimpang,” pungkas Bobby.
Sebelumnya, Ketua Panitia, Huki Yeandri Wila Hida melaporkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar para pemuda dan kaum perempuan dapat memiliki pemahaman yang lebih luas tentang radikalisme dan terorisme.
“Alasan melibatkan perempuan sebagai peserta, karena perempuan dipandang sebagai salah satu fondasi penting bangsa yang memiliki tugas membentuk dan mendidik generasi bangsa,” kata Huki.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)