Selfiana Bilang Pluralitas Bukan Ancaman Bagi Kerukunan Antar Umat Beragama di Kupang NTT
Selfiana Bilang Pluralitas Bukan Ancaman Bagi Kerukunan Antar Umat Beragama di Kupang NTT
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Selfiana Bilang Pluralitas Bukan Ancaman Bagi Kerukunan Antar Umat Beragama di Kupang NTT
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Selfiana Bilang Pluralitas Bukan Ancaman Bagi Kerukunan Antar Umat Beragama di Kupang NTT
Tapi pluralitas merupakan potensi yang dapat diberdayakan bagi penguatan kehidupan bersama.
Selfiana Yanita Tacoy, S.Th, M.Pd.K menegaskan hal itu dalam kegiatan dialog antar umat beragama di Kota Kupang, Selasa (6/8/2019) pagi.
Dialog antar umat beragama itu diadiri sejumlah tokoh agama, tokoh amsyarakat, Aparat penegak Hukum dan Kesabngpol.
Selfi mengatakan, umat beragama merupakan pondasi utama dalam mewujudkan kerukunan nasional.
Kuatnya kerukunan umat beragama akan berimplikasi bagi kerukunan hidup berbangsa dan bernegara.
"Namun kerukuan umat beragama masih mengalami dinamika internal dan eksternal," kata Selfi, Ketua Panitia dialog kerukunan antar umat beragama.

Dan dinamika itu muncul karena adanya pluralitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tapi pluralitas bukan merupakan ancaman bagi kerukunan tetapi merupakan potensi yang dapat diberdayakan bagi penguatan kehidupan bersama Selfi.
Agar pluralis bisa mejadi potensi perlu sering dilakukan dialog silahturahmi lembaga dan tokoh agama di Kota Kupang (salam).
Selfi berharap dialog ini bisa memberian pemahaman dan kesamaan visi misi dan persepsi antar tokoh dan pemuka agama dan tokoh masyarakat tomas tentang kerukunan sehingga dapat dijadikan landasan dalam pembinaan umat bergama.

Dengan demikian bisa terwujud toleransi umat beragama serta pemahaman pentingnya harmonisai antar umat beraga sesuai ajaran agama dan menggali local genius atau lokal wisdom bagi penguatan kerukunan.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kupang, Drs. Yakobus Beda Kleden, MM mengatakan isu agama menjadi tantangan serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Saat Pilpres dan Pileg, agama sering dijadikan alat untuk kepentingan tertentu.
"Meski kondisi itu hanya sessaat tapi hal ini cukup menganggu keharmonisan dan keurukunan antar umat beragama sehingga kita pelru menyikapi fenomena itu secara bijaksana," kata Kleden.