Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Senin 5 Agustus 2019 ''Memberi Diri Dibaharui Tuhan Prasyarat Pengutusan''

Renungan Harian Kristen Senin 5 Agustus 2019 ''Memberi Diri Dibaharui Tuhan Prasyarat Pengutusan''

Editor: maria anitoda
istimewa
Renungan Harian Kristen Senin 5 Agustus 2019 ''Memberi Diri Dibaharui Tuhan Prasyarat Pengutusan'' 

Renungan Harian Kristen Protestan

Senin 5 Agustus 2019

Oleh Pdt. Julian Widodo, STh

'' Memberi Diri Dibaharui Tuhan Prasyarat untuk Pengutusan''

Salah satu rutinitas mengawali hari baru bagi orang tua di tempat pelayanan saya adalah membersihkan lidah.

Sebelum semua aktifitas lain dilakukan, mereka akan mengawali pagi dengan mengambil Keu untuk membersihkan lidah.

Keu terbuat dari sebilah Rotan atau Bambu yang di tipiskan sehingga bisa dilenturkan sesuai besar rongga mulut.

Keu tergolong barang yang bersifat pribadi karena itu tiap orang memiliki Keu-nya masing-masing dan biasanya setelah dipakai disimpan untuk digunakan kembali.

Alat ini menjadi sahabat yang begitu dekat dengan kehidupan orang-orang di kampung.

Kebiasaan ini kelihatannya sederhana dan biasa-biasa saja, namun  ternyata apa yang dilakukan oleh orang tua di kampung ini sangat bermanfaat dan terbukti ampuh untuk menjaga kesehatan mulut.

Sebuah asosiasi kesehatan gigi di Amerika mengatakan bahwa sikat gigi dan alat penggosok lidah bekerja sama baiknya untuk mengangkat bakteri di lidah.

Mereka menyarankan agar membersihkan lidah setidaknya satu hari sekali, khususnya di pagi hari setelah semalaman tubuh mendetoks segala racun saat Anda tidur.

Lidah dan mulut ternyata penting untuk selalu dibersihkan, bahkan menjadi rutinitas yang tidak boleh terlewatkan. 

Ada kesamaan yang dapat menjadi benang merah antara kebiasaan menggunakan Keu untuk membersihkan mulut dengan apa yang dialami oleh Yesaya (Yesaya 6:1-9) sebelum ia menjawab panggilan Tuhan.

Sebelum ia mengucapkan kalimat  : “Inilah aku, utuslah aku”, Yesaya wajib mematuhi ritual yang dijalankan para Serafim untuk membersihkan bibirnya yang najis.

Konteks bacaan kita adalah tentang pemanggilan Yesaya.Yesaya diizinkan Tuhan untuk melihat Tuhan dalam kebesaranNya. Pengalaman itu segera menyadarkan Yesaya bahwa ia adalah seorang yang najis bibir.

Kenajisan yang sungguh parah, karena bukan hanya secara pribadi pengakuan itu lahir tetapi Yesayapun bahwa ia hidup di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.

Tidak ada yang benar, bahkan dirinya sendiripun tidak benar karena kenajisan bibirnya.

Dalam kitab Imamat, pada Hari Pendamaian, imam besar mempersiapkan bara untuk keperluan persembahan kurban di mezbah di Ruang Mahakudus pada saat upacara pengampunan dosa.

Yesaya sadar bahwa dirinya tidak layak karena ia najis bibir namun di hadapan Tuhan ia justru melihat pengharapan.

Pengakuan bahwa dirinya tak layak menjadikannya layak dihadapan Allah.

Bara dan sepit yang di bawa oleh Serafim menjadi isyarat bahwa ia perlu dibaharui sebelum menerima tanggung jawab yang Allah percayakan kepadanya.

Menyadari diri dan memberi diri dibaharui oleh Tuhan menjadi syarat untuk Yesaya dapat mengucapkan komitmen : “Inilah aku, utuslah aku”

Dalam kehidupan ini, setiap orang diberi tanggung jawab. Alangkah baiknya jika setiap orang sebelum menjalankan tanggung jawabnya menyadari keterbatasan dan memberi diri dibaharui Allah. 

Sebab Allah mencari orang-orang yang dapat diutus untuk membawa beritaNya kepada dunia ini. Allah membutuhkan orang-orang yang tidak saja siap untuk diutus, tetapi juga yang siap memberi dirinya dibaharui.

Hal sangat penting, sebab siapa saja dapat melakukan setiap tanggung jawabnya, namun tidak semua orang menyadari bahwa tanggung jawab itu bagian dari pengutusan Allah bagi dirinya.

Karena itu tidak heran, jika kemudian setiap tugas dan tanggung jawab dilakukan secara serampangan dan semau gue.

Bila setiap tugas dan tanggung jawab dimaknai sebagai bagian dari tugas pengutusan bagi setiap orang maka mentalitas bekerja asal-asalan, tidak fokus dan Asal Bapak Senang (ABS) mesti ditinggalkan.

Karena sesungguhnya pengutusan setiap orang dalam tugas dan tanggung jawabnya bukan hanya ketika sumpah jabatan itu diucapkan atau ketika tugas itu dipercayakan, melainkan harus dimaknai setiap hari.

Mari kita mengawali seluruh karya bersama Tuhan dengan belajar dari pengalaman iman Yesaya dengan  memberi diri untuk dikuduskan oleh Tuhan sebelum menjalankan tugas dan panggilannya.

Dan tak kalah pentingnya juga kita belajar pengalaman orang tua  di kampung, yang mengawali pagi mereka dengan menggunakan Keu untukmembersihkan mulut baru kemudian melakukan aktifitas-aktifitas lain.

Dengan demikian, biarlah setiaporang mau mengawali hari yang baru dengan penuh keyakinan sambil berkata : “Inilah aku, utuslah aku Tuhan”. 

Semoga semangat membersihkan diri di setiap awal hari yang baru melahirkan sikap yang positif dalam bekerja dan melahirkan antusiasme untuk berkarya bagi  kehidupan bersama yang lebih bermakna. Amin

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved