Hary Tirto Djatmiko Minta Pemda NTT Dukung Progam SLI BMKG
Hary Tirto Djatmiko Minta Pemda NTT Dukung Progam Sekolah Lapang Iklim BMKG
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Hary Tirto Djatmiko Minta Pemda NTT Dukung Progam Sekolah Lapang Iklim BMKG
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kepala Bidang Desiminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Pusat, Hary Tirto Djatmiko, meminta agar Pemda NTT dan berbagai pihak Swasta mendukung program Sekolah Lapang Iklim yang diselenggarakan oleh BMKG di Indonesia tidak terkecuali NTT.
Hal itu disampaikan Hary Tirto Djatmiko kepada POS-KUPANG.COM, di sela kegiatan panen jagung di Kolmano, Kelurahan Kolhua, Kota Kupang hasil Sekolah Lapang Iklim Tahap III yang diselenggarakan oleh BMKG Stasiun Klimatologi Kupang, Kamis (25/7/2019).
• Tiba di Kefamenanu, Kontingen Laskar Kelimutu Diarak Keliling Kota Sari
Sekolah Lapang Iklim merupakan tindak lanjut dari Perpres no 2 tahun 2015 tentang Nawacita khusunya poin nomor 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
SLI bertujuan menjaga ketahanan pangan dengan meningkatkan pemahaman bagi petani, penyuluh pertanian dan berbagai pihak, tentang informasi iklim dan pemanfaatannya untuk menunjang keberhasilan di sektor pertanian.
• BPN Kupang Jalankan Tugas Tora Sesuai Daftar Nama dari Pemkab Kupang
Menurutnya Pemda tentu perlu mendukung kegiatan yang sangat strategis ini. Tidak hanya Pemda berbagai pihak Swasta juga bisa berpartisipasi demi menjaga ketahanan pangan, apalagi dalam kondisi iklim dan cuaca ekstrim seperti ini.
Di NTT sudah dilaksanakan sekolah iklim di beberapa daerah dan tahap III ini dilaksanakan di Kota Kupang, tepatnya di Kolamanu untuk dua varietas jagung, yakni hibrida lamuru dan hibrida kumula.
Ia menjelaskan, saat ini Stasiun Klimatologi Kupang tidak hanya memberikan SLI di bidang pertanian saja, tetapi juga pada perkebunan. "Nah sekarang yang sedang berlangsung di Bajawa untuk tanaman kopi dan kakao sebagaimana diketahui di sana ada berbagai varietas kopi yang juga mulai terdampak perubahan iklim," ungkapnya.
Ke depan, kata dia, SLI masih akan terus dilakukan. Berpindah-pindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain. "Pada intinya, butuh dukungan, dari Pemda, Swasta dan terutama masyarakat agar SLI bisa cepat menyebar di daerah-daerah," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Kupang, Apolonaris S. Geru SP, M. Si menjelaskan, hasil Sekolah Lapang Iklim (SLI) IIII yang diselenggarakan oleh Stasiun Klimatologi Kupang di Kolamanu memperlihatkan bahwa varietas jagung hibrida lamuru cocok ditanam di lahan kering dengan kondisi air terbatas terutama pada musim kemarau.
Lanjutnya Program SLI tahap III melibatkan 25 peserta petani setempat menggunakan lahan seluas 4000 m². SLI tahap III dilaksanakan selama kurang lebih 114 hari sejak 2 April hingga 25 Juli 2019, berupa penyuluhan dan praktek lapangan.
SLI tahap III ini dilakukan sekaligus ingin mengetahui daya adaptasi dua varietas jagung (hibrida kumala dan lamuru) di lahan kering pada saat musim kemarau di mana kondisi air untuk kebutuhan tanaman sangat terbatas.
Pola penyiraman dilakukan dengan dua cara yakni sprinkle dan manual. Untuk varietas hibrida kumala dilakukan dengan penyiraman sprinkle. Sementara varietas hibrida lamuru di bagi dua, ada yang manual dan yang sprinkle.
Hasilnya, berdasarkan ubinan yang dilakukan oleh pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kupang dan Dinas Pertanian, untuk varietas hibrida lamuru mencapai 7,2 ton dengan pola penyiraman manual.
Sementara varietas kumala hasilnya lebih rendah kendati menggunakan pola penyiraman sprinkle, karena varietas ini membutuhkan lebih banyak air dengan kondisi tanah yang lebih lembab.
Dengan demikian varietas jagung yang cocok untuk ditanam pada musim kemarau dengan kondisi air terbatas yaitu varietas hibrida lamuru dengan pola penyiraman manual.
keberhasilan di sektor pertanian, jelas Apolonaris, ditunjang oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup kompetensi sumber daya manusia, jiwa wirausaha tani, kepemilikan lahan dan kesuburan tanah. Sedangkan faktor eksternal meliputi iklim dan cuaca, sarana transportasi dan komunikasi, pupuk serta kebijakan pemerintah.
Ia mengucap terima kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif menyukseskan SLI tahap III tersebut sehingga bisa dilangsungkan panen perdana tanaman jagung.
Dikatakannya, hal itu sejalan dengan harapan Pemerintah Pusat untuk menjadikan NTT sebagai sentra pengembangan jagung nasional serta harapan Gubernur NTT soal kemampuan daerah dalam produksi benih.
"NTT memang belum bisa bersaing dalam produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan nasional karena produktivitas jagung di NTT baru mencapai rata-rata 3 ton per hektare," ungkapnya.
Namun, lanjutnya, luas lahan di NTT untuk pertanian jagung merupakan yang terluas ke tiga di Indonesia yaitu 363.505. hektare.
Ia mengatakan, kegiatan SLI di NTT, pertama dilaksanakan 2010 di kelompok tani Kahifuingu, Kelurahan Babau, Kecamatan Kupang Timur, kabupaten Kupang. Kemudian SLI Tahap II dilaksanakan pada tahun 2016 di kelompok Tani Kawastuan, Kelurahan Oelnasi, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
2017 dilaksanakan di SLI Nekemese, Kecamatan Nekemese, Kabupaten Kupang, dan tahun 2018 juga SLI dilaksanakan di Gapoktan Oentuka, Kecamatan Batuputih, kabupaten Timor Tengah Selatan.
Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore, memberi apresiasi kepada Stasiun Klimatologi Kupang yang telah menyelanggarakan Sekolah Lapang Iklim di Kolamanu, Kelurahan Kolhua, Kota Kupang.
Apresiasi orang nomor satu di Kota Kupang itu disampaikan melalui Plt. Assisten III Sekda Kota Kupang, Edward Jhon Pelt dalam kegiatan panen jagung di Kolmano, hasil program Sekolah Lapang Iklim.
"Kalau kita melihat tugas pokok BMKG jauh dari kegiatan ini, tetapi di sini kita saksikan betapa pedulinya BMKG terhadap ketahanan pangan di Indonesia, di NTT dan bahkan di Kota Kupang," ungkapnya.
Oleh karena itu, Pemkot Kupang mengucapkan terima kasih kepada BMKG Stasiun Klimatologi Kupang yang telah berupaya membantu ketahanan pangan di Kota Kupang.
Wali Kota, kata Edward, sangat berharap agar para petani ke depan dapat terus mengaplikasikan pelajaran atau pemahaman dan pemanfaatan informasi iklim yang diperoleh melalui SLI tahap III tersebut.
Hasil Sekolah Lapang Iklim (SLI) IIII yang diselenggarakan oleh Stasiun Klimatologi Kupang di Kolamanu tersebut memperlihatkan bahwa varietas jagung hibrida lamuru cocok ditanam di lahan kering dengan kondisi air terbatas terutama pada musim kemarau.
Panen perdana di Kolamanu ini berlangsung meriah dihadiri oleh Hary Tirto Djatmiko, Kepala Bidang Desiminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, BMKG Pusat, Wali Kota Kupang yang diwakili oleh Eduard John Pelt, Kepala BPS Kota Kupang, Dinas Pertanian NTT, Apolonaris S. Geru SP M. Si selaku kepala Stasiun Klimatologi Kupang, jajaran pimpinan BMKG se NTT, Camat, Kapolsek dan Lurah setempat.
Rangkaian kegiatan panen perdana tersebut diawali dengan acara pembukaan secara adat oleh 25 peserta, sambutan-sambutan lalu panen perdana dan diakhiri dengan makan bersama. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)