Budayawan Silvester Hurit : Buku “Di Jakarta Tuhan Diburu dan Dibunuh” Wajah Kultural Lamaholot
Silvester yang hadir sebagai salah satu pembedah memberi catatan menarik terhadap buku bernuansa kebangsaan karya Yogen itu.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
“Ini wujud cinta yang nyata dan aktual, juga haru yang terus hidup di pikiran dan hati Yogen sang penyair, yang membekas dan menjadi nafas puisi-puisinya,” ujar budayawan tersebut.
Selanjutnya, dalam konteks politik dan kebangsaan dalam puisi “Di Jakarta Tuhan Diburu dan Dibunuh”, Sylvester menegaskan bahwa dalam hidup berbangsa dan bernegara kita perlu penghayatan akan Tuhan untuk merayakan keberagaman dalam tenunan kebhinekaan.
Sebagaimana yang digambarkan dalam karya Yogen, bukanlah Tuhan yang hanya hadir dalam momentum tertentu semata-mata, tetapi hadir pada setiap peristiwa hidup, dalam perjumpaan dengan sesama sebagai saudara.
• Begini Perkiraan BMKG Cuaca Aktual Penerbangan di Bandara El Tari Kupang
• Tiga Peringatan Dini di NTT, Mulai Potensi Gelombang Tinggi, Angin Kencang Hingga Kebakaran Hutan
“Tuhan yang satu namun berwajah plural. Tuhan yang solider, yang penuh welas asih. Seperti puisi ia menyentuh setiap pribadi. Menggugah setiap manusia untuk mencintai segala bentuk kehidupan,” ungkap Pengamat Seni Pertunjukan Indonesia tersebut. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)