Kabar Duka
Innalillahi! Kabar Duka Datang dari Hidayat Nur Wahid, Ketua PW Muhammadiyah Meninggal
Hidayat Nur Wahid berduka dan berdoa untuk Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng, Prof DR KH Abu Su'ud yang meninggal dunia
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Innalillahi! Kabar Duka Datang dari Hidayat Nur Wahid, Ketua PW Muhammadiyah Berduka
POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Kabar duka datang dari Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW).
Hidayat Nur Wahid berduka dan berdoa untuk Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng, Prof DR KH Abu Su'ud yang meninggal dunia.
Kabar duka itu disampaikan Hidayat Nurwahid melalui akun twitter miliknya, @hnurwahid
"Turut berdukacita atas berpulangnya Prof DR KH Abu Su'ud (Ketua PW Muhammadiyah Jateng 1995-2000)," tulis Hidayat Nur Wahid.
• 3 Zodiak Ini Paling Mudah Ditipu dan Plin-Plan Saat Mengambil Keputusan Kamu Termasuk?
• SEDANG BERLANGSUNG! Link Live Streaming Persebaya vs Persib Bandung, Penuh Tekanan
"انا لله و انا اليه راحعون # يا ايتها النفس المطمءنة ارجعي الى ربك راضية مرضية فاذخلي في عبادي و ادخلي جنتي," tulisnya lagi.
"Smoga Allah karuniakan husnul khatimah&masukkan alMarhum ke alJannah. Amin," tulisnya lagi.
Ia meretweet cuitan Mas Blangkon, @PKSjateng.
"Segenap Pengurus DPW PKS Jawa Tengah turut berduka atas wafatnya Prof. Dr. Abu Su'ud (Ketua PW Muhammadiyah Jateng 1995-2000). Semoga Amal Ibadah Beliau diterima disisiNya. Aamiin aamiin aamiin," tulisnya.
Mengutip tribunateng.com, Prof Dr Abu Suud Guru Besar Emiritus Sejarah Unnes (Universitas Negeri Semarang).
• VIDEO: Anda Ingin Dipijat Ikan Air Tawar? Kunjungilah Tempat Rekreasi Boneana di Kupang-NTT
• Kronologi Lengkap ASN di Kota Kupang Bersimbah Darah Dianiaya Rekan Kerja Pakai Pelubang Kertas
Ia juga dan mantan Rektor Unimus (Universitas Muhammadiyah Semarang).
Ia meninggal dunia, Kamis (4/7/2019) sore.
Kepala UPT Humas Unnes Muhammad Burhanuddin menuturkan, Prof. Abu Suud berpulang di RSUP dr Kariadi Semarang.
"Unnes berduka. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah meninggal dunia Prof Dr H Abu Suud, purna karya dosen Jurusan Sejarah FIS Unnes," ujarnya melalui pesan pendek kepada Tribunjateng.com.
Rumah duka ada id Jalan Tampomas Selatan No.3, Semarang.
Almarhum akan dikebumikan di Pemakaman Chusnul Khotimah, Patemon, Gunungpati, Semarang, pada Jumat pagi.
• Opening Ceremony ETMC 2019 Akan Dimeriahkan Ribuan Penari Likurai
• Penyidik Polres Sumba Barat Tetapkan Kadis PMD Dan Kabid Pemdes SBD Sebagai Tersangka
Sebelumnya akan dilepas dari Unnes sebagai penghormatan terakhir.
Tak hanya berkecimpung di dunia pendidikan sebagai akademisi, Prof Abu Suud juga dikenal berkat kiprahnya di kegiatan sosial kemasyarakatan di Jawa Tengah.
Almarhum yang lahir di Tegal pada 27 Juli 1938 tapi besar di Comal, Pemalang, itu aktif di Muhammadiyah.
Bahkan pernah menjabat Ketua PW Muhammadiyah Jateng periode 1995-2000.
Prof Abu Suud juga dikenal sebagai penulis yang produktif.
Dari tangannya lahir sejumlah buku.
Antara lain Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asial Selatan (1988), Sejarah Asia Selatan (Sebelum Zaman Islam) (1992), dan Format Metodologi Pengajaran Sejarah Dalam Transformasi Nilai dan Pengetahuan (1994).
• Inilah Deretan Tokoh Muda Digadang-Gadang Masuk Kabinet Jokowi
• VIDEO: Memrihatinkan, Kondisi Sejumlah Bangunan SD di Beberapa Kabupaten di NTT, Pemerintah Mana?
Prof Abu Suud juga pernah menjadi kolumnis tetap di harian Suara Merdeka edisi Minggu bersama tiga intelektual Semarang lainnya.
Mereka adalah Prof Eko Budihardjo, Prof Dr Satjipto Rahardjo, dan Prof Slamet Rahardjo.
Bulan lalu, tepatnya 11 Juni, Unnes juga kehilangan seorang putra terbaiknya, yakni Prof Rasdi Ekosiswoyo.
Dimakamkan
Guru Besar Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Dr Abu Suud meninggal dunia, Kamis (4/7/2019) sore di RSUP dr Kariadi Semarang.
Purna karya dosen Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unnes tersebut direncanakan akan dimakamkan Jumat (5/7/2019) pagi ini.
"Jumat (5/7/2019) sekitar pukul 10.30, almarhum akan dimakamkan. Lokasinya di Pemakaman Umum Khusnul Khotimah Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang," kata Kepala UPT Humas Unnes Muhamad Burhanudin.
Kepada Tribunjateng.com, Jumat (5/7/2019), mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Periode 2003-2007 tersebut sebelumnya akan dilepas secara seremonial sebagai penghormatan terakhir di kompleks kampus Sekaran, Gunungpati Semarang.
"Sebelum dimakamkan, akan ada upacara pelepasan di Unnes sekitar pukul 09.30. Setelah itu menuju pemakaman. Lokasinya tak jauh dari kampus Unnes," terangnya.
Burhan, sapaan akrab Muhamad Burhanudin itu menambahkan, saat ini almarhum disemayamkan di rumah duka Jalan Tampomas Selatan Nomor 3 Semarang.
"Disalatkan di Masjid At Taqwa Petompon Semarang sekitar pukul 08.30," terangnya.
Mengenal Hidayat Nur Wahid
Mengutip wikipedia, Dr H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. (lahir di Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 8 April 1960; umur 59 tahun) adalah seorang dosen, politikus dan legislator Indonesia.
Ia merupakan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat yang ke-11, menjabat dari Oktober 2004 hingga Oktober 2009, dan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 2004 hingga kini.
Ia juga merupakan salah satu deklarator dan presiden kedua Partai Keadilan Sejahtera.
Lahir dari lingkungan keluarga Muslim taat di Jawa Tengah, ia belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor dan kuliah di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta sebelum menempuh studi magister dan doktor di Universitas Islam Madinah.
Karier politiknya dimulai setelah ikut mendeklarasikan berdirinya Partai Keadilan (PK) pada tanggal 20 Juli 1998.
Kemudian, ia menjadi ketua partai tersebut sejak bulan Mei 2000, dan ikut berperan dalam mentransformasikan PK menjadi PKS pada bulan Juli 2003.
Mundur dari jabatan presiden pada Oktober 2004 setelah terpilih menjadi wakil rakyat di DPR, ia kemudian terpilih pula menjadi Ketua MPR untuk periode 2004-2009.
Pada tahun 2012, ia turut serta dalam pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta sebagai calon gubernur dengan menggandeng Didik J. Rachbini dari Partai Amanat Nasional; namun pada putaran pertama, ia hanya menempati peringkat ketiga di bawah Joko Widodo dan Fauzi Bowo, sehingga gagal lolos ke putaran kedua.
Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia menjadi salah satu kandidat calon presiden dari PKS.
Memimpin PK dan PKS (2000-2004)
Setelah bergulirnya reformasi, Hidayat menjadi salah satu deklarator Partai Keadilan yang dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 1998.
Ia menolak tawaran menduduki posisi presiden, namun terpilih menjadi Ketua Dewan Pendiri dan menerima pelantikan menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Ketua Dewan Syariah, satu tingkat di atas presiden.
Hidayat mulai dikenal luas ketika dia terpilih menjadi presiden PK pada tanggal 21 Mei 2000, menggantikan pemangku jabatan sebelumnya, Nurmahmudi Ismail yang ditunjuk menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan oleh Presiden Gus Dur.
Hidayat terpilih lewat mekanisme Musyawarah Nasional, menyisihkan dua kandidat lain, Anis Matta dan Irwan Prayitno dan menerima jabatan tersebut dari pejabat presiden, Untung Wahono.
Pada masa-masa awalnya, Hidayat dihadapkan pada masalah kegagalan PK untuk memenuhi ambang batas parlemen yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengikuti pemilu 2004.
Pada awalnya, Hidayat berusaha untuk mendesak DPR mengkaji kembali UU no. 3 tahun 1999 tentang pemilihan umum yang menjadi penghalang tersebut, sebelum akhirnya PK memutuskan untuk berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera terhitung mulai 2 Juli 2003.
Ketua MPR (2004-2009)
Sempat digadang-gadang menjadi calon presiden, Hidayat mencalonkan diri untuk kursi DPR lewat daerah pemilihan DKI Jakarta II pada pemilihan umum 2004, dan terpilih mewakili PKS dengan meraih 262.019 suara, tertinggi di dapilnya.
Ia diajukan sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat lewat Koalisi Kerakyatan yang diusung fraksi PKS, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan.
Hidayat didampingi tiga orang calon wakil ketua, yaitu AM Fatwa (anggota DPR dari PAN), Aksa Mahmud (anggota DPD) dan Mooryati Soedibyo (anggota DPD).
Paket ini akhirnya terpilih menjadi pimpinan MPR setelah mendapat 326 suara, hanya berbeda dua angka dengan Koalisi Kebangsaan yang mengusung politisi Sutjipto asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai calon ketua dan Theo L. Sambuaga dari Golkar sebagai calon wakil ketua.
Hidayat dilantik pada 20 Oktober 2004, di hadapan sidang paripurna MPR.
Hidayat tercatat sebagai pejabat tinggi negara dengan kekayaan terkecil, yaitu hanya sebesar Rp. 233 juta dan 15 ribu dolar Amerika Serikat, menurut data yang diumumkan Komisi Pemberantasan Korupsi pada bulan Desember 2004
Selama menjabat, Hidayat sempat beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang cukup kontroversial, seperti menyerukan pengadilan in-absentia terhadap mantan presiden Soeharto dan meminta Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa pengharaman golput
Ketua BKSAP dan memimpin PKS di parlemen (2009-kini)
Hidayat mewakili DPR di sidang First Standing Committee on Peace and International Security, Ekuador, 25 Maret 2013.
Meskipun kembali terpilih ke DPR pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2009 mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah V (meraih 106.251 suara, tertinggi kedua setelah Puan Maharani), Hidayat tak lagi menjabat sebagai Ketua MPR. Posisi tersebut dijabat oleh Taufik Kiemas dari PDI-P.
Ia menjabat sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR dari 22 Oktober 2009 hingga 22 Mei 2012,[19] ketika digantikan oleh Surahman Hidayat karena pencalonannya di pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Selama masa kepemimpinan Hidayat sebagai Ketua BKSAP, Indonesia dipercaya sebagai pimpinan Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Konferensi Islam.
Setelah kegagalannya di putaran pertama pemilihan gubernur Jakarta, Hidayat kemudian dipercaya menjadi ketua fraksi PKS di DPR, menggantikan Mustafa Kamal mulai 25 September 2012. (*)