PLN NTT Bersiap Menggunakan Kabel Laut
PLN NTT siap menggunakan kabel laut untuk layani listrik di pulau yang berdekatan
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
POS-KUPANG. COM l KUPANG - PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai mempersiapkan diri untuk menggunakan kabel laut (submarine cable) untuk melayani kebutuhan listrik di pulau-pulau yang berdekatan.
General Manager PLN UIW NTT, Ignatius Rendroyoko, mengatakan kondisi geografis Provinsi NTT yang terdiri dari ribuan pulau menjadi suatu tantangan dalam pelayanan kelistrikan. Adanya pulau-pulau yang letaknya cukup dekat dengan pulau/daratan besar Timor, Flores dan Sumba, dapat dipertimbangkan untuk menggunakan teknologi kabel bawah laut untuk mensuplai kebutuhan listrik antar-pulau.
Saat membuka kegiatan Pelatihan Kabel Tanah dan Kabel Laut, belum lama ini di Aula Flobamora Kantor PLN UIW NTT, Rendroyoko mengatakan, "bahwa sesuai arahan Direktur Regional PLN Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara (JBTBN), PLN UIW NTT diminta untuk mempelajari dan merencanakan pembangunan interkoneksi kelistrikan antar pulau dengan menggunakan jaringan transmisi udara dan kabel laut untuk menyediakan pasokan listrik, memperkuat sistem, sekaligus mengembangkan market tenaga listrik dan menghubungkan sistem tenaga listrik mikrogrid pulau yang memiliki pembangkit hybrid (diesel dan energi baru terbarukan)" pungkas Rendroyoko.
Lokasi itu di antaranya: Pulau Bajo berjarak sekitar 300-400 meter dari Labuan Bajo (Pulau Flores), lokasi Pulau Seraya Kecil, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Semau berjarak sekitar 3-4 kilometer dari Kota Kupang, dan lokasi Pulau Rote berjarak sekitar 12 kilometer.
“Jadi sangat penting dalam membekali pegawai Unit PLN UIW NTT dalam hal pemahaman tentang teknologi kabel tanah dan kabel laut, serta bagaimana cara pengoperasian dan pemeliharaannya,” jelas Rendroyoko.
Secara terpisah Senior Manager Perencanaan, Atmoko Basuki, menjelaskan Pelatihan Kabel Tanah dan Kabel Laut, disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ngapuli Irmea Sinisuka yang memiliki expertize dan pengalaman tentang teknologi kabel laut.
Dikatakan, cepat atau lambat pelayanan kelistrikan di NTT harus mencoba dan memulai pemanfaatan teknologi kabel bawah laut, karena untuk mendukung kehandalan suplai dan effisiensi. Untuk itu pegawai PLN mulai diberikan pengetahuan tentang teknologi kabel tanah dan kabel laut dan sistem pengoperasian dan pemeliharaannya.
Saat ini, katanya, instalasi pembangkit dan sistem tenaga listrik mikrogrid milik PLN tersebar di pulau-pulau yang isolated. Ada pulau yang kelistrikannya disuplai oleh pembangkit diesel yg berbahan bakar minyak.
Ada juga pulau yang menggunakan energi baru terbarukan berupa pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), tetapi masih terbatas kapasitas daya suplainya.
Jika menggunakan kabel laut, lanjut Atmoko, maka cukup satu pembangkit kapasitas besar di satu pulau daratan besar, kemudian disalurkan ke pulau lainnya menggunakan kabel laut. Ini akan lebih efisien dan meningkatkan keandalan pasokan listrik.
"Namun penghematan akan lebih besar, jika pulau tertentu, seperti Pulau Flores yang memiliki bauran energi yang lebih baik,” tambah Atmoko.
Menurut Atmoko, pemanfaatan teknologi kabel laut akan diprioritas untuk melayani di Pulau Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang memiliki potensi pelanggan sebesar 5 MVA. Untuk itu PLN UIW NTT melakukan perjanjian Jasa konsultasi studi interkoneksi dari system Labuan Bajo ke Pulau Bajo bekerja sama dengan PT Prima Layanan Nasional Enjiniring pada, Rabu 12 Juni 2019 di kantor PLN Pusat antara GM PLN UIW NTT Ignatius Rendroyoko dengan Direktur Utama PLN Enjiniring Hernadi Buhron.
Demikian rilis yang diterima dari Manager Komunikasi PLN UIW NTT, Sulistyoadi Nikolaus. (Laporan Reporter POS-KUPANG. COM, Hermina Pello)