Breaking News

Renungan Harian

Renungan Harian Kristen Protestan Senin 24 Juni 2019, "Doa Bukan Sebuah Pertunjukan"

Renungan Harian Kristen Protestan Senin 24 Juni 2019, "Doa Bukan Sebuah Pertunjukan"

Editor: Eflin Rote
DOK Pribadi
Pdt. Dina Dethan, MTh 

Renungan Harian Kristen Protestan
Senin 24 Juni 2019
Oleh Pdt Dina Dethan Penpada MTh

Matius 6:5-15

--

Doa Bukan Sebuah Pertunjukan

Saudara…

Hari ini kita belajar dari Yesus melalui teguranNya kepada para murid tentang hal berdoa dan bagaimana seharusnya mereka berdoa.

Ketika Yesus mengajarkan murid-muridNya berdoa, itu bukan karena mereka tidak bisa berdoa.

Sebagai orang Yahudi, salah satu kewajiban orang-orang Yahudi yang tidak boleh diabaikan, yaitu berdoa. Sedangkan dua kewajiban lain yaitu berpuasa dan memberi sedekah.

Malah mereka wajib berdoa minimal tiga kali dalam sehari dan selalu pada jam-jam yang sama: Jam 9 pagi, jam 11 dan 3 sore. Jam-jam doa itu harus diikuti, tidak peduli di manapun mereka berada.

Karena menjadi kewajiban dan harus dilakukan dimanapun, maka ketika mereka berada di persimpangan jalan raya sekalipun, mereka akan berdoa. Dan cara mereka berdoa, yaitu : menengadah ke langit sambal mengangkat tangan.

Semula cara ini baik, tetapi lama kelamaan doa-doa mereka hanya untuk dilihat/ditonton orang, atau terlihat sebagai orang saleh. (misalnya di tengah pasar, tiba-tiba ada orang yang berdoa, tentu akan menjadi tontonan orang).

Kebiasaan ini kemudian menjadi sebuah doa tanpa makna. Mereka hanya bertujuan dilihat orang, dan karena itu Yesus menyebut mereka munafik.

Mereka terlihat suka berdoa, padahal yang mereka sukai adalah pujian dari manusia. Mereka tampak sangat mengasihi Allah, padahal mereka mengasihi reputasi diri sendiri.

Mereka terlihat menyembah Allah, padahal mereka terjebak pada penyembahan pada diri sendiri. Ini yang dikritisi oleh Yesus.

Di ayat 6 Yesus bilang, tidaklah demikian dengan pengikut Yesus: bahwa berdoa bukan untukmenjadi tontonanatau untuk mendapat pujian, tetapi doa lebih bersifat suatu hubungan secara pribadi dengan Tuhan.

Karena  itu menurut Yesus jika seseorang mau berdoa hendaknya ia masuk ke kamar, bahkan mengunci pintu rumahnya.

Hal ini mengindikasikan  bahwa doa itu sesuatu yang bersifat khusus dan pribadi dan bukan untuk pamer.

Yesus meminta setiap orang percaya mengutamakan inti doa yaitu berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan dan bukan untuk sebuah pertunjukan.

Kalau begitu mari kita nilai doa-doa kita. Apakah ketika kita berdoa, kita sedang sungguh-sungguh ataukah untuk memperlihatkan kepada orang lain tentang kesalehan kita dan kita lalu mengabaikan tujuan doa yang sebenarnya?

Banyak orang seringkali suka "berdoa" di Facebook.

Hal ini tidak salah, karena orang bebas berekspresikan diri. Pertanyaannya: apakah rumah kita telah menjadi tempat doa ataukah kita lebih asyik berdoa di facebook tapi tidak pernah berdoa bersama keluarga.

Jadi maraknya doa-doa yang disampaikan melalui Medsos adalah sah-sah saja.

Apalagi masing-masing orang tentu akan memberikan alasannya yang sangat masuk akal, tetapi pertanyaannya apakah tujuan doa kita yang sebenarnya?

Apalagi jika doa itu sudah semacam sindiran, ancaman bahkan kutukan kepada pihak lain.

Menurut Yesus juga doa hendaktidak bertele-tele. Mungkin ada yang berpikir bahwa semakin banyak kata- kata dan panjang duradinya maka semakin berkuasa suatu doa.

Pengabulan doa tidak ditentukan oleh banyaknya kata-kata atau lamanya waktu berdoa, melainkan pada kebaikan Allah sebagai Bapa (ayat 8).

Yang penting bukanlah formulasi dan redaksi, melainkan relasi. Yang menentukan bukanlah apa dan bagaimana kita mempraktekkan doa, melainkan pada siapa Allah bagi kita.

Pendeknya, doa tidak bersifat mekanis maupun otomatis seperti sebuah mesin berkat. Ada relasi dengan Allah di sana.

Untuk memperjelas poin di atas, Tuhan Yesus lalu mengajarkan sebuah doa yang dikenal dengan nama Doa Bapa Kami (ayat 9-13).

Melalui sebutan “Bapa kami yang ada di surga” Yesus mau mengatakan bahwa meskipun ada begitu banyak perbedaan di antara orang-orang percaya, tetapi kita punya satu bapa. Karena itu kita menyebutnya bapa kami.

(Tidak bisa satu orang/ satu kelompok klaim bahwa itu dia punya bapa sendiri dan karena itu ketika dalam gereja orang lain bilang bapa kami, dia bilang bapa saya di sorga.)

Dengan menyebut bapa kami di surga Tuhan Yesus tidak hanya maumengatakan bahwa kita punya bapa yang sama, tetapi juga Bapa yang peduli.

Sebagai Bapa, Allah sangat mengenal kita. Ia melihat apa yang kita lakukan di tempat tersembunyi (6:4, 6, 18). Ia mengetahui kebutuhan kita (6:8, 32). Ia selalu memberikan yang baik bagi kita (7:11).

Sebagai Allah yang ada di surga, Bapa adalah Raja atas semesta. Langit adalah tahta-Nya (5:34). Dia adalah penguasa yang realisasi kerajaan-Nya kita doakan setiap hari (6:9c). Kehendak-Nya menjadi kesukaan kita (6:10).

Hal yang lain dari doa Bapa kami ialah: Berdoa berarti menyandarkan hidup kepada Allah (ayat 11-13). Tiga hal yang disebutkan di bagian ini – makanan, pengampunan, dan kelepasan dari pencobaan – merupakan kebutuhan kita setiap hari.

Sulit membayangkan kita bisa bertahan dan menikmati hidup tanpa tiga hal ini.

Meminta makanan setiap hari (ayat 10) menyiratkan kesadaran kita bahwa makanan lebih merupakan berkat Allah daripada hasil pekerjaan.

Bagi para pendengar mula-mula yang bekerja sebagai buruh harian, doa ini sangat relevan. Jika mereka sakit, mereka tidak dapat bekerja. Jika tidak bekerja, mereka tidak akan bisa makan.

Karena itu, mereka perlu belajar untuk bersandar kepada Allah.

Kata “kesalahan” dan “orang yang bersalah” (ayat 11) secara hurufiah berarti “hutang” dan “orang yang berhutang” Jika demikian, betapa banyaknya hutang kita setiap hari, baik kepada Allah maupun orang lain! Kita memerlukan pengampunan setiap hari.

Setiap hari kita juga membutuhkan kelepasan dan kemenangan dari pencobaan (ayat 12-13a). Iblis selalu menggoda kita. Iblis jauh lebih kuat dan berpengalaman daripada kita.

Dengan kekuatan sendiri kita tentu tidak mampu bertahan. Hanya dengan bersandar pada Allah kita akan mengalahkan Iblis.

Doa adalah relasi khusus dengan Allah, tetapi mau menunjukkan bahwa Allah yang Maha Tinggi, maha, besar maha kuasa, dapat dijumpai sebagai bapa.

Dalam hal apapun kita membutuhkan hubungan khusus dengan Bapa.

Bapa juga tau yang terbaik bagi anak-anakNya.

Asalkan doa-doa kita bukanlah sebuah rutinitas, tontonan atau untuk mendapat pujian, tetapi doa yang penuh penyerahan diri seperti yang telah diajarkan Yesus. Tuhan memberkati kita semua dengan FirmanNya. Amin.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved