Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan Rabu 19 Juni 2019 ''Berbuah di Setiap Musim''

Renungan Harian Kristen Protestan Rabu 19 Juni 2019 ''Berbuah di Setiap Musim''

Editor: maria anitoda
DOK Pribadi
Renungan Harian Kristen Protestan Rabu 19 Juni 2019 ''Berbuah di Setiap Musim'' 

Renungan Harian Kristen Protestan

Rabu 19 Juni 2019 

Oleh Pdt. Dina Dethan Penpada, MTh

Lukas 13:6-9

''Berbuah di Setiap Musim''

Saudara…

Seorang pemabuk naik ke sampan untuk menyeberangi sebuah sungai.

la mengangkat dayung dan mulailah ia mendayung.

la mendayung sepanjang malam, tetapi yang namanya tepian sungai tidak pernah ia temui.

Saking lelahnya, akhirnya ia tertidur di dalam sampan.

Saat fajar menyingsing, ia membuka matanya dan betapa terkejutnya ketika ia mengetahui bahwa sampannya masih terikat.

Rupanya ia lupa melepaskan tali. Pantas, sepanjang malam mendayung, tapi tidak sampai-sampai ke tepian!

Saudara, kadang hidup kita ibarat seorang pendayung yang mabuk. Kehidupan rohani kita seperti tidak ada kemajuan.

Umur kita boleh bertambah, kita boleh telah  menjadi Kristen sekian tahun, kita telah mendengar sekian banyak nasihat Firman Tuhan, tetapi kita menjadi orang Kristen yang tidak bertumbuh, tidak berbuah.

Kehidupan seperti itu juga yang terjadi dengan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus.

Allah memilih mereka sebagai milik kepunyaan-Nya, Namun kehidupan mereka tidak berdampak.

Tidak memberikan pengaruh. Tidak menghasilkan buah. Mereka mengecewakan harapan-harapan-Nya.

Untuk menegur cara hidup mereka, Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan tentang pohon Ara yang tidak berbuah.

Dalam ayat 6 dikatakan: Seorang mempunyai pohon Ara yang tumbuh di kebun anggurnya.

Pohon Ara ini tidak tumbuh di hutan. Kalau tumbuh di hutan tanpa pemilik, tanpa perawatan, masuk akal kalau tidak berbuah. (tidak mungkin kita ke hutan, terus marah-marah, kenapa anonak tidak berbuah? Kita malah bersyukur kalau masuk hutan ketemu anonak, kujawas,kusambi, dan kita makan sambil bersukacita. Tapi tidak ada orang marah-marah kalau kujawas, anonak tidak ada buah. Yah wajar, karena tidak ada yang pelihara, tidak disiram.

Tapi lain dengan pohon Ara ini. Pohon ini tumbuh di kebun pohon anggur.

Artinya di tempat yang subur, cukup humus, dan pemilik jelas. Tapi masalahnya. Pohon Ara tidak berbuah.

Sama dengan kehidupan orang Kristen.

Ada gereja tempat kita bertumbuh, ada pemilik yaitu Tuhan yang selalu memelihara kita, bahkan AnakNya dikorbankan bagi kita, tapi kita tidak berbuah.

Harapan si pemilik kebun Anggur untuk pohon Ara itu: ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, dan ia berhak mengharapkannya.

la tidak menyuruh orang lain, melainkan datang sendiri. Ini mau menunjukkan keinginannya untuk mendapatkan buah.

Yesus juga mengharapkan buah dari orang- orang yang bertempat tinggal di kebun anggur-Nya.

Mata-nya tertuju kepada orang-orang yang menikmati Injil, untuk melihat apakah mereka sudah hidup sesuai dengannya.

la mencari bukti-bukti apakah mereka menjadi baik dengan sarana anugerah yang mereka nikmati.

Daun saja tidak cukup seperti orang yang hanya berseru, Tuhan, Tuhan.

Bunga juga tidak cukup, seperti orang yang memulai dengan baik dan hanya menjanjikan hal yang indah-indah saja.

Harus ada buah. Segala pikiran, perkataan, dan perbuatan kita harus sesuai dengan Injil, terang dan kasih.

Kekecewaannya terhadap apa yang ia temukan: ia tidak menemukan apa-apa, tidak ada sama sekali, tidak satu buah Ara pun.

la mengeluh kepada pengurus kebun: "Aku datang untuk mencari buah, tetapi aku kecewa, sebab aku tidak menemukannya. Aku mencari buah, tetapi yang kulihat hanyalah daun. Bagi-Nya, hal ini sungguh keterlaluan, karena dua alasan:

Pertama: Ia sudah lama menunggu, dan akhirnya dikecewakan. la terus mendatanginya selama tiga tahun, tahun demi tahun.

Saudara, sebagaimana kehidupan kita, kesabaran Allah itu sangatlah panjang, namun kesabaran-Nya ini justrusungguh teramat dilecehkan sehingga tidak direspons sehingga Allah benar-benar sangat murka.

Sudah beberapa kali Allah mendatangi banyak dari antara kita untuk mencari buah, namun tidak menemukan apa-apa, atau hampir tidak menemukan apa-apa, atau justru lebih buruk lagi, tidak ada apa-apa!

Kedua: Pohon Ara ini bukan hanya tidak menghasilkan buah, tetapi hidup di tanah dengan percuma, mengambil tempat pohon yang berbuah,dan menghambat semua tanaman yang ada di sekelilingnya.

Orang-orang yang tidak berbuat baik biasanya menyakiti orang lain dengan pengaruh buruk mereka.

Mereka mendukakan dan mengecewakan orang-orang yang baik; mereka mengeraskan dan membesarkan hati orang-orang yang jahat.

Semakin besar kesakitan yang ditimbulkannya, semakin terbebanlah tanah itu, jika pohon itu tinggi, besar, dan melebar, atau jika pohon itu tua dan berdiri dalam waktu yang lama.

Maka beralasan kalau pemiliknya murka: "Tebanglah pohon ini!" la mengatakannya kepada pengurus kebun anggur itu. Tidak ada lagi yang dapat diharapkan dari pohon yang tidak berbuah selain harus ditebang. Untuk apa pohon itu harus diberi tempat di kebun anggur kalau tidak mendatangkan manfaat apa-apa? Tetapi si pengurus kebun anggur itu meminta penundaan waktu: "Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi." la tidak berkata, Tuan, pohon itu jangan ditebang," melainkan berilah sedikit kesempatan lagi, Tuan, jangan sekarang.

Pohon yang tidak berbuah memang sebaiknya diberi kesempatan selama beberapa waktu lagi untuk berbuah.

Sebagian orang belum diberi anugerah untuk bertobat, jadi mereka yang diberi kesempatan untuk bertobat berarti beroleh kemurahan.

Tetapi, kemudian si pengurus kebun anggur itu juga menambahkan, "Jika tidak, tebanglah dia."Kalimat ini menunjukanbahwa , walaupun Allah panjang sabar, la tidak akan selalu bersabar dengan orang-orang percaya yang tidak berbuah.

Jika kesabaran itu dilecehkan, maka ini akan membuka jalan bagi murka yang tiada akhir. Pohon-pohon yang tidak berbuah pada akhirnya pasti akan ditebang, dan dilemparkan ke dalam api

Saudara…

Mari kita bertanya, sudah berapa lama kita menjadi Kristen? Apakah dalam jangka waktu itu kita telah menghasilkan buah?

Apakah kebaikan kita dapat dinikmati oleh orang-orang yang ada di sekitar kita?

Ataukah kita makin besar seperti pohon yang besar, menghabiskan tanah yang luas tapi tidak berbuah? Jika analogi ini kita bandingkan dengan kehidupan orang-orang dewasa dalam gereja, maka orang-orang biasanya paling membutuhkan perhatian yang besar.

Jika tidak dilayani dengan baik, yang paling banyak mengajukan protes.

Ingat bahwa yang kita lakukan dalam ibadah-ibadah baru daun dan bunga, buahnya akan terlihat dalam kehidupan nyata kita setiap hari.

Karena orang bisa baik dalam gereja, tapi apakah di luar gereja dia masih menjadi orang baik?

Ketika kita mengucapkan janji saya mau bertobat, itu baru bunganya, tapi ketika angin menerpanya bunga tsb gugur.

Kita perlu berdaun, berbunga, tetapi hasil akhir adalah berbuah. Apakah buah kebaikan kita telah dinikmati orang lain? Apakah pertobatan kita telah mengubah hidup kita?

Apakah kita telah menghasilkan buah yang baik bagi lingkungan sekitar kita?

Atau justru akar-akarnya seperti pohon besaryang merusak tembok, merusak pertumbuhan pohon yang lain?

Memang ada masa penundaan, tetapi ada batas waktu dimaną pemilik kebun akan datang dan meminta buah dari masing-masing kita.

Tuhan menuntut buah yang tetap. Artinya tidak tunggu musim. Artinya kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain tidak menunggu musim.

Kadang-kadang kebaikan kita hanya musiman. Atau seperti orang yang mendayung dalam ceritera tadi tapi tali sampan tetap tertambat.

Jangan sampai kita hanya kelihatan sibuk ke gereja/ aktif mengikuti kegiatan-kegiatan gerejawi tapi hidup kita tidak berdampak.

Marilah kita tetap tinggal di dalam Kristus dan terus menghasilkan buah di sepanjang musim hidup kita.

Tuhan menolong kita agar masing-masing kita dapat menghasilkan buah-buah kasih, kebaikan, ketulusan dan pertobatan. TYM. Amin

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved