Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Selasa 18 Juni 2019 “Perjalanan yang Semakin Jauh Bersama Tuhan'
Renungan Harian Kristen Selasa 18 Juni 2019 “Perjalanan yang Semakin Jauh Bersama Tuhan'
Renungan Harian Kristen Protestan
Selasa 18 Juni 2019
Oleh Pdt. Dina Dethan Penpada, MTh
Kejadian 12:1-9
“Perjalanan yang Semakin Jauh Bersama Tuhan”
Bayangkan jika kita akan melakukan perjalanan ke suatu tempat dalam rangka rekreasi dan kita sendiri yang memilih tempat, tentu kita akan melakukannya dengan sukacita.
Kita akan memilih fasilitas perjalanan yang nyaman, kita akan mempersiapkan segala sesuatu sesuai kebutuhan.
Kita akan memilih tempat yang memiliki akses internet, sehingga perjalanan kita bisa langsung diketahui orang lain.
Namun sangat berbeda dengan perjalanan yang diatur oleh orang lain, bahkan kita sendiri belum tahu kemana kita pergi, bagaimana perjalanannya, bagaimana di sana, tentu menegangkan, mengkhawatirkan dan rasa ingin tahu mendominasi pikiran kita.
Demikian juga kira-kira perjalanan Abraham dalam bacaan kita hari ini.
Tuhan Allah memerintahkan Abaraham untuk Pergilah dari negerimu, dan dari sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu.
Panggilan Allah untuk: meninggalkan, semua yang ia kasihi: Orang-orang sedarah-sedaging, semarga, semoyang, sekerabat, sekaum keluarga, se sanak saudara.
Tiap-tiap orang mengetahui bagaimana kuatnya pertalian darah.
Abram dipanggil meninggalkan semua itu.
Pergi Ke negeri yang akan Kutunjukan kepadamu sebagai kata pengganti dari negeri asal yang harus ditinggalkan Abram maka Allah menjanjikan suatu negeri yang baru.
Abram tidak diberitahu tujuannya sehingga ia dapat mengambil keputusan baik jeleknya negeri yang baru itu.
Kapan, dimana dan dengan apa Abram akan sampai di sana tetap dirahasiakan Allah.
Namun Abram diikat dengan kesetiaan kepada Allah yang tidak kelihatan.
Dan ia terikat oleh kepatuhan Firman Allah.
Selanjutnya pada ayat 2: Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat.
Allah memberkati Abram (=memberikan berkat). Berkat dalam PL berarti bermacam macam pertambahan kehidupan, pergandaan penghidupan; barangkali kata berkat yang pertama dalam ayat 2 dapat dipahamkan mengenai harta benda Abram[1].
Tetapi kata berkat kedua “dan engkau akan menjadi berkat” dengan segera membatasi pengertian yang pertama itu.
Abram bukan hanya menerima apa-apa (suatu berkat), melainkan Abram dijadikan berkat.
Dengan ini pengertian berkat sebagai harta benda saja dibatalkan: Abram bukan hanya menerima, melainkan diubah menjadi orang baru: pembawa kehidupan, perdamaian, sejahtera,keamanan, kebenaran,keadilan, dan spiritualitas.
Nama Abram menjadi masyhur dibuat Allah: Ia menjadi seorang yang kenamaan, seorang yang ternama, seorang yang berpengaruh pada banyak orang. Abram akan menjadi seorang tokoh yang ditiru oleh banyak orang dan yang mempengaruhi banyak bangsa.
Ketiga karunia: memperoleh berkat, menjadi berkat dan menjadi masyur. Itulah yang akan memenuhi negeri baru yang akan ditunjukan Allah kepada Abram. Semuanya memenuhi hidupnya diwaktu perjalanannya.
Tetapi berkat (keselamatan) itu tidak terbatas pada dirinya dan golongannya sendiri. Sebab itu Abram harus berjalan, harus keluar dari negerinya, supaya ia membawa berkat Allah kepada semua negeri dan tanah yang dilewatinya dan kepada segala kaum dan bangsa yang dijumpainya.
Kemudian dalam ayat yang ke-3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau : Melalui Abram segala macam manusia akan mengenali dan mengenali dan mengakui berkat dan keselamatan dari Allah, Tuhan semesta alam.
Dan banyak orang akan menerima baik dan menyambut Abram sebagai pembawa berkat (keselamatan).
Mereka semuanya akan menerima bagian dan warisan berkat yang sama dengan yang dipunyai Abram.
Keselamatan yang dari Allah tidaklah terbatas, adalah universal, ditunjukan kepada seluruh manusia, kepada seisi dunia, tetapi dengan perantaraan Abram dan bukan tanpa keputusan yang harus diambil di waktu berhadapan dengan Abram.
Dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau : Bukan semua orang akan memberkati (menerima baik) Abram.
Sebab itu mereka mengutuk, Abram, ia tidak menerima berkat Allah, melainkan juga akan dikenai hukuman Allah, mereka akan terkutuk.
Olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat, itulah kemauan Allah. Alangkah besar pemanggilan Abram. Berkat itu diberikan dengan perantaraan Abram dan keturunannya (bnd. Kej 22:18; 26:4; 28:14), tapi berkat itu adalah berkat Allah.
Ayat 7-9 : Tuhan menampakkan diri kepada Abram, Pendirian Mezbah bagi Tuhan
Ayat 7, Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman : “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya. “Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Abram” :
Berkat yang akan diberikan Tuhan Allah bukan hanya untuk pribadi Abaraham, tetapi berkelanjutan hingga keturunannya. Dan sebagai respons Abraham atas janji Tuhan itu, Ia mendirikan mezbah.
Pembangunan mezbah adalah tanda penyerahan diri atau kebaktian Abraham kepada Allah yang telah memperkenalkan diri kepadanya itu.
Di samping dan ditengah-tengah mezbah tempat orang Kanaan mempersembahkan kurban yang berdarah kepada dewa Baal, berdirilah sekarang mezbah sebagai tempat sembahyang kepada Yahweh.
Allah Israel, pemilik yang sah dan mutlak dari tanah Kanaan.
Abram membuka ibadat yang sejati dan menduduki tanah Kanaan untuk Allah.
Mezbah, yakni ibadat, itu merupakan pendirian sebuah panji penaikan sehelai bendera yang menyatakan, bahwa sebenarnya seluruh tanah itu adalah kepunyaan Yahweh.
Ayat 8, Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel.
Ia memasang kemahnya: Sekali lagi sangat kuat diucapkan corak-pengembara dan tabiat musafir gereja Israel yang “disini tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; melainkan mencari kota yang akan datang” (bnd. Ibr 13:14).
Kemah adalah perumahan orang pengembara, yang tidak pernah bertempat tinggal yang tetap, yang selau dianggap dan diperlakukan sebagai orang asing, orang penumpang, orang dagang dan perantau; yang tidak mempunyai tanah dan bukan orang asli.
Lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan: mendirikan mezbah berarti memulai ibadat di muak umum.
Selanjutnya diterangkan dengan istilah: “memanggil nama Tuhan”. Istilah ini haruslah dimengerti sebagai doa kepada Allah, berseru kepada Allah dengan memakai namaNya.
Memanggil Yahweh dengan perantaraan namaNya, menyeruh atau mengajak Allah datang dengan menyerukan namaNya.
Ayat 9 Sesudah itu Abram berangkat (nãsã) dan makin jauh ia berjalan ke tanah Negeb. Nãsã artinya mencabut paku-paku kemah.
Yang dimaksudkan adalah bahwa Abram melanjutkan perjalanannya ke Selatan. Ia berpindah tempat sedikit demi sedikit, sesuai petunjuk Tuhan.
Saudara….
Panggilan kita sebagai orang-orang percaya dalam dunia ini juga bukan sebuah rekreasi yang telah direncanakan sesuai kehendak hati, tetapi sebuah panggilan untuk berjalan ke tempat yang kadang tidak kita ketahui. (walaupun tidak seheboh Abaraham).
Masing-masing kita tidak pernah membayangkan kita telah berjalan sejauh ini.
Sebuah perjalanan yang tidak pernah dibayangkan.
Mungkin ada di antara kita mesti rela meninggalkan semua yang dikasihi.
Tempat kelahiran, orangtua, sanak saudara, adat istiadat, dan semua yang terikat secara hubungan darah.
Pergi ke tempat yang kadang tidak terlalu nyaman.
Harus berpisah dengan keluarga besar. Ini sebuah pengorbanan. Tetapi dituntut ketaatan.
Hanya mereka yang taat yang akan berani meninggalkan banyak hal yang terikat dengan dirinya untuk memenuhi panggilan Tuhan.
Panggilan untuk bekerja, panggilan untuk berkeluarga, panggilan untuk melayani dan berbagai panggilan lainnya.
Tetapi dalam perjalanan itu ada janji berkat bagi masing-masing kita.
Tuhan memberkati dengan berbagai hal yang kita butuhkan.
Janji berkat TUHAN kepada Abraham Yaitu, "Aku akan ... mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau." (ayat 3).
Janji ini menghibur Abram, bahwa Allah akan menyertai dia dalam perjalanan imannya menuju Kanaan, dan terus menjaga keturunannya sampai mereka benar-benar menikmati tanah perjanjian itu (ayat 7).
Dengan kepastian itu, Abram mendirikan mezbah di Kanaan, di tempat-tempat persinggahannya (ayat 7b,8b) sebagai tanda penyerahan diri dan penyerahan Kanaan kepada kedaulatan dan kuasa TUHAN.
Bagi saya dan saudara-saudara, umat Tuhan masa kini, apa jaminan untuk kita?
Janji yang Tuhan katakana kepada Abram bukan hanya bagi dirinya, tetapi bagi keturunannya.
Dan kita pun menjadi bagian dari janji tersebut. Di dalam iman kepada Yesus kita percaya bahwa Allah sudah memperdamaikan kita dengan diri-Nya.
Itu menjadi jaminan pemeliharaan-Nya atas hidup kita di dunia ini.
Sebagaimana Abram menyerukan nama Tuhan dan mempersembahkan korban, maka dalam perjalanan kita, perlu ada waktu untuk membangun hubungan dengan Tuhan.
Mari kita memperhatikan kehidupan spiritualitas kita sebab bagi orang orang percaya berkomunikasi atau membangun hubungan dengan Tuhan adalah sebuah kebutuhan paling utama dalam hidupnya.
Sebab dengan membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan maka kita dapat mengenal Tuhan dari hakikat ini, maka kita akan menjadi orang yang rendah hati yang mengakui/menghormati keberadaan dan kedaulatan Tuhan dan menghormati sesama manusia .
Seperti Abram yang berjalan makin jauh, masing-masing kita juga terus berjalan makin jauh.
Bukan hanya jarak, tetapi usia, pengalaman-pengalaman, tanggungjawab, dan sejumlah hal lainnya.
Ingatlah bahwa Ia tidak pernah membiarkan kita berjalan sendiri.
Ia akan terus berjalan bersama kita, jika kita tetap taat dan setia pada panggilanNya. Amin. (*)