Renungan Harian
Renungan Harian Protestan Kamis 13 Juni 2019: Allah Merapatkan TelingaNya Pada Bibir yang Berdoa
Renungan Harian Protestan Kamis 13 Juni 2019: Allah Merapatkan TelingaNya Pada Bibir yang Berdoa
Renungan Pagi Kristen
Kamis 13 Juni 2019
Oleh Pdt Dina Dethan Penpada MTh
Pembacaan: Mazmur 116
--
Allah Merapatkan TelingaNya Pada Bibir yang Berdoa
Saudara/saudari....
Bacaan kita hari ini akan menolong kita memberi respons terhadap kebaikan Allah dalam kehidupan kita.
Daud mengawali Mazmur ini dengan sebuah pengakuan bahwa : Ia mengasihi Tuhan”. Kalimat ini tentu tidak lahir tanpa pengalaman berjalan dan mengenal Allah secara baik. Kecuali untuk sebuah rayuan gombal.
Seorang pemuda yang hanya mengenal sorang gadis di facebook langsung mengatakan I love you. Au sue ho, au’neko. Kalimat ini diucapkan tanpa melalui pengenalan yang cukup lama.
Daud mengatakan kalimat itu, karena ia benar-benar mengenal Tuhan secara pribadi. Dalam bhs Ibrani: dipakai kata “Yada”.Mengenal Tuhan secara intim.
Mungkin saja kita akan berkata, “Tidak heran Daud bisa mengasihi Tuhan, doanya saja dikabulkan oleh Tuhan. Coba saja kalau tidak dikabulkan, mungkin belum tentu dia mengasihi Tuhan.” Benarkah demikian?
Tentu tidak. Kepenuhan sukacita Daud itu lahir dari pengalaman merasakan anugrah Tuhan yang terus dirasakan karena Daud menaklukkan diri dalam pimpinan Tuhan.
Jadi, Daud tidak hanya pasif menunggu jawaban doa yang membuat dia bersukacita dan mengasihi Tuhan, namun Daud mengenal Tuhan secara intim dalam berbagai penglaman. Bdk Maz 23:4. “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab engkau besertaku”
Daud sering mengalami kesulitan, tekanan, dan ketidak-berdayaan. Namun saat-saat seperti itu dia memutuskan untuk takluk kepada pimpinan Tuhan, dan hasilnya dia melihat kebaikan Tuhan.
Semakin dia tunduk dan ikut pimpinan Tuhan, ternyata dia semakin melihat anugrah dan kebaikan Tuhan.
Cinta Daud kepada Tuhan bukanlah cinta yang bersyarat dan menunggu bukti. Namun cinta Daud kepada Tuhan adalah cinta yang lahir karena berjalan bersama Tuhan.
Selanjutnya Daud berkata: Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Daud, di dalam kesesakan, dengan rendah hati dan sungguh-sungguh memohon belas kasihan Allah, dan Allah telah mendengarkan dia, yakni, dengan murah hati telah menerima doanya.
Kata Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku. menunjukkan kesediaan dan kerelaan-Nya untuk mendengarkan doa.
Seolah-olah Ia merapatkan telinga-Nya kepada bibir yang berdoa, untuk mendengarkannya, meskipun hanya dibisikkan dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dia memperhatikan dan mendengarkan(Yer. 8:6).
Namun, ini juga menyiratkan bahwa sungguh merupakan perendahan diri yang menakjubkan dalam diri Allah bahwa Ia mau mendengarkan doa.
Ia menunduk untuk menurunkan telinga-Nya. Tuhan, siapakah manusia itu, sampai Engkau membungkuk seperti itu kepadanya!
Beda dengan ceritera ketika seorang istri ketikaiasedang berceritera dengan suaminya, suami hanya bilang hm, hm, tetapi perhatiannya hanya di televisi karena lagi nonton motor GP.
Atau ada orang yang ketika berjabatan tangan denganseseorang dia malah melihat ke orang lain. Tuhan Allah yang digambarkan Daud, memiliki perhatian yang sungguh-sungguh.
Selanjutnya Daud menceriterakan pengalaman-pengalaman yang lebih dramatis lagi, yaituketikatali-tali maut telah meliliti akuatauketikadukacita datang begitu rupa sehingga iatidakberdayasebabiatelahberada di jurangmaut, tetapiTuhan menolongnya.
Terhadap semua yang dilakukan Allah, Daud berkata:
“Aku akan mengangkat piala keselamatan”. Piala di sini adalah cawan yang sering dipakai untuk suatu perayaan tertentu. Mengangkat piala menunjukkan sikap menghormati dan menghargai suatu perayaan yang diadakan.
Daud tidak hanya mengangkatPialaKeselamatan, tetapiIaakan menyerukan nama Tuhan.
Terjemahan lain mengatakan “memproklamasikan nama Tuhan.” Hal ini menunjukkan bahwa nama Tuhan merupakan sesuatu yang sangat berarti dan penting sehingga pemazmur rindu untukmemberitakan atau menyerukan nama Tuhan kepada orang lain.
Hal yang terkahir, Daud berkata: “Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan. Sebuah nazar (janji) yang diucapkan adalah sebuah hutang yang harus dibayar (dilunasi). Karena itu, tuntutan sebuah nazar merupakan tuntutan yang sangat berat untuk dilaksanakan.
Penggenapan nazar itu dilakukan karena Daud menyadari bahwa kebaikan yang Tuhan berikan jauh lebih besar dari janji-janjinya kepada Tuhan. Apa yang dilakukan Daud merupakan sebuah tindakan konkrit dalam menyambut kasih dan kebaikan Tuhan. Daud bertanya, dengan apakah kubalas kebaikanmu Tuhan?
Saudara-saudara...
Kita juga dapat merenungkan begitu banyak pengalaman berjalan dan mengenal Tuhan dalam berbagai situasi hidup kita. Kita juga dapat mengatakan: Aku mengasihimu Tuhan.
Bukan hanya sekedar ucapan di bibir, tetapi pengakuan yang lahir dari ungkapan terimakasih atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita.
Seperti Daud, kita juga dapat berjanji untuk mewujudkan kasih kita kepada Tuhan melalui talenta yang Tuhan berikan melalui pekerjaan dan hidup kita, danmelalui banyak tanda yang mempermuliakan nama Tuhan.
Apapun yang kita kerjakan, mestinya menjadi sebuah ibadah, sebuah akta iman, sebuah wujud ucapan terimakasih atas kebaikan Tuhan, sehingga kita tidak bekerja hanya sekedar untuk makan, tetapi sebagai ungkapan syukur kita terhadap kasih dan kebaikan Tuhan yang telah melakukan banyak perkara dalam hidup kita.
Bagi kita semua sebagai orang-orang yang telah diselamatkan: Allah telah mengasihi kita dan akan terus mengaisihi kita dengan kasihNya yang kekal.
Kasih yang tak bersyarat. Sebagaimana dikatakan seorang Teolog: “Satu hal yang tidak dapat dilakukan Allah, yaitu tidak mengasihi saya dan saudara-saudara”.
Mari kita bertanya seperti Daud: “Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikanNya kepadaKu”? Masing-masing kita dapat memberi jawaban. Amin
(*)