Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Rabu 5 Juni 2019 ''Puasa Membuat Dosamu Kelaparan dan Bukan Perutmu''

Renungan Harian Kristen Rabu 5 Juni 2019 ''Puasa Membuat Dosamu Kelaparan dan Bukan Perutmu''

Editor: maria anitoda
dokumentasi pribadi
Renungan Harian Kristen Rabu 5 Juni 2019 ''Puasa Membuat Dosamu Kelaparan dan Bukan Perutmu'' 

Renungan Harian Kristen Protestan

Rabu 5 Juni 2019

Yunus 3:1-10

Oleh Pdt. Dina Dethan Penpada, MTh 

''Puasa Membuat Dosamu Kelaparan dan Bukan Perutmu''

Alkitab menyaksikankepada kita, bahwa berulangkali Allah dikecewakan oleh manusia melalui perbauatannya yang tidak berkenan di hatiNya.

Mestinya dalam situasi seperti itu Allah menghukum manusia dengan keras agar setimpal dengan apa yang dilakukannya.

Namun Allah selalu memberi kesempatan-kesempatan baru bagi umat manusia untuk menyesali dosanya dan bertobat.

Dalam bacaan kita, Allah seharusnya sudah menghukum bangsa Niniwe yang hidupnya telah jauh dari Allah.

Bahkan dikatakan, mereka sudah tidak dapat membedakan tangan kanan dengan tangan kiri.

Artinya mereka sudah tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.  

Dalam situasi itu, Allah kembali mengutus Nabi Yunus untuk pergi kepada bangsa itu untuk menyerukan pertobatan.

Kali ini Yunus tidak lagi berbantah dengan Allah sebagaimana pemanggilannya yang pertama (Yunus 1:1-17).

Kali ini Yunus rela berjalan mengelilingi kota yang sangat luas dengan penduduknya sekitar 12.000 jiwa ini untuk menyampaikan isi hati Tuhan yang meskipun telah dikecewakan, tetapi masih mau mereka bertobat.

Seruan itu direspons oleh bangsa ini. Bahkan Raja sebagai pemimpin tertinggi di negeri Niniwe itu, turun dari singgasananya dan menyerukan kepada rakyatnya agar segera melakukan puasa.

Bukan hanya manusia, hewan-hewan pun ikut berpuasa (Yunus 3:7 dan 8).

Mereka berpuasa dan melakukan perkabungan tanda pertobatan.

Pertobatan yang lahir dari hati yang mau berubah itu, akhirnya menyentuh hati Tuhan sehingga Ia tidak menjatuhkan menghukum atas mereka.

Pertobatan yang dilakukan disini bukan sekedar penyesalan akan kesalahan dan dosa, tetapi suatu perubahan sikap hidup dari hidup yang lama kepada hidup yang berkenan kepada Allah

Puasa yang dilakukan oleh bangsa Niniwe bukanhanya sekedar menahan diri dari lapar dan haus, melainkan menahan diri untuk tidak lagi melakukan hal-hal yang pernah menyakiti hati Tuhan.

Beberapa hal dapat kita renungkan bersama:

Pertama: Allah yang kita imani dalam Kristus Yesus adalah Allah yang berbelaskasihan.

Belaskasihan Allah bukan hanya bagi individu-individu tertentu, tapi bagi sebuah bangsa yang telah berlaku jahat di mataNya.

Ia tidak tinggal diam melihat kejahatan sebuah bangsa, tetapi bertindak dengan semangat yang luar biasa melalui penugasan berkali-kali kepada Nabi Yunus.

Ia selalu memberikan kesempatan-kesempatan baru baik kepada manusia melalui para utusanNya baik secara individu maupun sebagai sebuah bangsa untuk kembali dan bertobat.

Ia adalah Allah yang dapat menyesali keputusanNya untuk tidak menghukum mereka yang telah berbalik.

Kedua: Bangsa Niniwe telah menyambut kasih Allah yang luar biasa itu melalui pertobatan sungguh-sungguh sehingga dapat meluluhkan hati Allah.

Sebagai bangsa maupun sebagai individu, kitapun masih diberi kesempatan-kesempatan baru untuk memulihkan diri dari berbagai kejahatan dan dosa.

Kita dapat juga berpuasa sebagai wujud pertobatan kita, namun sebagaimana dikatakan oleh Robert Herrick, “Puasa yang sejati bukan berhenti menghidangkan daging dan membersihkan lemari makanmu dari daging dan lemak, tetapi berpuasa dari perselisihan, kebencian, iri hati, keserakahan, dan menunjukkan hati yang baru. Hati yang tercabik-cabik.

Puasa adalah membuat dosamu kelaparan dan bukan hanya perutmu”.  

Orang-orang di Niniwe telah melakukan puasa mereka dengan benar.

Mereka telah menunjukkan pertobatan yang sungguh-sungguh dan akhirnya Tuhan membatalkan hukumanNya.

Mereka selamat dan luput dari kebinasaan.

Sebagai bangsa Indonesia, dan sebagai pribadi, marilah kitapun bertobat dan mengisafi segala kejahatan kita, sebab Ia akan menerima setiap mereka yang mau datang dengan hati yang hancur dan mau hidup dalam kesempatan baru yang disediakan Allah bagiNya. Amin. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved