Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 2 Juni 2019 ''Belajar Untuk Hidup''

Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 2 Juni 2019 ''Belajar Untuk Hidup''

Editor: maria anitoda
DOK Pribadi
Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 2 Juni 2019 ''Belajar Untuk Hidup'' 

Renungan Pagi Kristen

Minggu 2 Juni 2019

Oleh  Pdt. Dina Dethan Penpada, MTh

''Belajar Untuk Hidup''

Pembacaan: Amsal 1:8-19

"Audi, fili mi, disciplinam patris tui, et ne dimittas legem matris tuæ":

(Bahasa Latin artinya Hai Anakku, dengarkanlah didikan ayahmu dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu'' )

Tujuan belajar yang sesungguhnya bukan semata-mata untuk mendapat nilai atau lulus, atau untuk mendapat gelar,  untuk dihormati, tetapi pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya baik jasmani maupun rohani sehingga mampu memajukan mutu kehidupan.

Karena itu di dunia modern sekarang ini, IO bukan satu-satunya ukuran kepintaran seseorang, tetapi ada aspek-aspek lain yaitu aspek emosional,rohani juga mesti menjadi perhatian.

Tanpa aspek-aspek itu, maka bisa saja seseorang pintar, tetapi kepintarannya dipakai untuk melakukan kejahatan.

Salomo dalam bacaan kita hari memperbandingkan dua jenis sumber pengajaran/didikan.

Sumber yang pertama ialah: Orangtua atau (ayah dan ibu). Dan sumber yang kedua, yaitu:  orang berdosa.

Salomo mengingatkan kepada anak-anak untuk mendengarkan didikan ayah dan ajaran ibu.

Didikan dari ayah dimaksudkan untuk mendisiplinkan atau mengoreksi anaknya dalam sikap dan tingkah laku yang tidak benar.

Sedangkan ajaran yang dimaksudkan yaitu ajaran lembut yang penuh kehangatan dan kasih sayang. Ajaran ini berfungi sebagai “dorongan” yang sangat bermanfaat.

Salomo mengingatkan agar baik ajaran maupun didikan “janganlah kau menyia-nyiakan”, kata kerja bentuk perintah negatif dari akar kata natasy, artinya janganlah kau dengan sengaja “meninggalkan”, “menyia-nyiakan”,“melalaikannya.

Ketika seorang anak mendengarkan didikan dan ajaran dari kedua orangtuanya, maka ia akan memperoleh kebahagiaan.

Ungkapan karangan bunga dan kalung menunjuk pada kebahagiaan, keberhasilan, kemuliaan yang akan diperoleh.

(ayat 9). Salomo juga mengingatkan, bahwa selain orangtua, ada sumber-sumber lain yang dapat menyesatkan jalan hidup mereka.

Sumber lain itu disebut oleh Salomo dengan orang berdosa. Pada ayat 11-14 Salomo menunjukan beberapa bentuk kejahatan, yaitu : mengajak membunuh orang tak bersalah tanpa belas kasihan sedikitpun (ay 11-12) dan mengajak untuk memperoleh kekayaan dengan cara mencuri (ayat 13).

Saat ini anak-anak tidak hanya memperoleh didikan dan ajaran dari ayah dan ibu, tetapi ada begitu banyak sumber belajar lain yang lebih menarik perhatian mereka.

Menurut sebuah survey, anak-anak rata-rata menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk membaca media cetak, elektronik, digital, broadcast dan berita.

Mereka mendengarkan dan merekam musik; melihat, membuat, dan mempublikasikan konten Internet dan menggunakan smartphone.

Sumber-sumber belajar ini jika salah dimanfaatkan, maka mereka akan terjerat dalam berbagai kejahatan.

Untuk hal-hal itu, Salomo meminta agar anak-anak tidak mengikuti ajaran yang menyesatkan, oleh karena tawaran-tawaran itu akan mencelakakan hidup mereka.

Ayat 17-19: jaring ada di depan mereka, artinya merasa aman-aman saja, tetapi bahaya sedang ada di depan mereka.

Atau apa yang dilakukan tidak diketahui orang lain, tapi perbuatannya sendiri akan menjeratnya masuk perangkap.

Beberapa hal dapat kita renungkan bersama:

Pertama: Orangtua berkewajiban terus mendidik dan mengajar anak-anaknya untuk tidak terjerat dalam perangkap si jahat, tetapi menjadi anak-anak yang berkenan di hati Tuhan.

Tidak dapat disangkali bahwa banyak orangtua merasa kecewa bahkan putus asah menghadapi anak-anaknyayang tidak saja menolak untuk mendengarkan dididikandan ajaran yang disampaikan oleh mereka,  tetapi menjadi pemberontak.

Dalam kondisi ini, orang tua seolah tak berdaya, dan akhirnya menyerah sambil berkata, “Jaman sekarang memang berbeda dengan jaman dulu…. Sekarang kita orang tua hanya dapat mendoakan…. ”

Ungkapan ini menandakan keputus asaan orang tua, atau penyesalan bahwa segala sesuatunya sudah terlanjur.

Melalui nasihat Firman Tuhan ini, sebagai orangtua kita harus mengusahakan sedapat mungkin agar anak-anak kita tetap ada dalam pengawalan dan asuhan orangtua, sebab tanggungjawab pertama untuk mendidik mereka ada di tangan orangtua.

Saat ini Indonesia sedang menuju fase bonus demografi dimana populasi usia produktif lebih banyak dari pada usia nonproduktif.

Bonus demografi ini diprediksi akan terjadi di Indonesia pada 2030 mendatang.

Dalam menghadapi bonus demografi tersebut menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk mempersiapkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang berprestasi, menjadi anak muda yang siap bersaing.

Jika bonus demografi ini dipersiapkan dengan baik melalui keluarga, maka mereka akan menyambut masa depan yang baik.

Namun sebaliknya jika tidak dipersiapkan dengan baik, maka akan menjadi boomerang bagi keluarga-keluarga, karena semakin banyak anak-anak yang menjadi pengangguran dan tentu tingkat kejahatan akan makin bertambah.

Cara mempersiapkan anak-anak kita tentu tidak hanya menyerahkan mereka pada guru di sekolah atau di tempat-tempatprivat, tetapi memberi waktu dan perhatian sungguh -sungguh kepadamereka.

Kedua: Zaman terus berubah dan sumber-sumber belajar makin tersedia dimana-mana, tetapi anak-anak mesti bersedia mendengarkan didikan dan ajaran yang benar dari orangtua sebagai fondasi yang darinya sumber-sumber belajar yang lain dibangun.

Jikanginmemiliki masa depan yang baik yang dilambangkandengankaranganbunga di kepaladankalung di lehermu, makadengarlahdidikandanajaranorangtuamu.

Survey menemukan bahwa orang tua hanya menghabiskan waktu selama 2 menit untuk berbincang-bincang dengan anaknya.

Sedangkan anak-anak menghabiskan 2 jam untuk gadget, entah untuk nonton, bermain game, mendengar musik, dll.

Kiranyamasa-masa  liburan yang sedang dinikmati oleh sebagian besar anak-anak kita, menjadi kesempatan yang berharga untuk berdoa dan membaca Firman Tuhan bersama, membangun percakapan-percakapan yang akrab diantara orangtua dan anak, sehingga apa yang Tuhan kehendaki baikbagi orang tuamaupun anak-anak dapat terwujud.

Tuhan Kiranya memberkati. Amin.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved