Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Protestan, Sabtu 1 Juni 2019:Jaminan Masa Depan
Daud melalui Mazmur 23 ini, membagikan pengalaman imannya berjalan bersama Sang Gembala Agung. Bahwa penyertaan Tuhan itu sesuatu yang pasti.
Renungan Harian Kristen Protestan, Sabtu 1 Juni 2019
Oleh: Pdt. Dina Dethan Penpada, MTh
Jaminan Masa Depan
SELAMA bulan Mei, hampir semua keluarga berada dalam ketegangan mendampingi anak-anak menempuh ujian akhir dan ulangan kenaikan kelas.
Hasil ujian akhir diumumkan dan minggu ini hingga minggu depan, dan kini giliran yang akan menerima hasil pengumuman kenaikan kelas.
Kemarin, ketika menerima Laporan Pendidikan anak kami bersama ribuan orangtua lainnya di salah satu sekolah menengah atas di Kota Kupang,
percakapan di antara kami tak lain mengenai hasil seperti apa yang akan diperoleh anak-anak kami.
Bukan hanya orangtua, anak-anakpun nampak cemas. Jangan-jangan hasil yang mereka peroleh mengecewakan orangtua.
Percakapan kamipun berlanjut pada rencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Percakapan makin serius, oleh karena tentu terkait pembiayaan dan sejumlah hal yang dibutuhkan.
Dalam situasi yang tidak mudah ini mari kita berfleksi bersama Daud melalui Mazmur 23, Mazmur yang sudah sangat lazim kita baca dan renungkan.
Daud melalui Mazmur 23 ini, membagikan pengalaman imannya berjalan bersama Sang Gembala Agung. Bahwa penyertaan Tuhan itu sesuatu yang pasti.
Meskipun ada begitu banyak persoalan dan penderitaan yang dialaminya, namun Daud tidak membiarkan masalah dan penderitaan itu merampas sukacitanya, oleh karena ia percaya bahwa
Sang Gembala Agung itu selalu ada bersamanya dan memberinya kekuatan untuk melewati semua itu.
Pada ayat 1 Daud mengatakan: Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku.
Daud menggunakan kata ganti orang pertama: Tuhan adalah gembalaku. Sebuah hubungan yang sangat pribadi.
Meskipun Daud tau bahwa Tuhan adalah gembala bagi seluruh umat Israel. Tetapi dalam pujian ini, Daud merasakan, mengalami, sebuah hubungan yang sangat pribadi antara dia dan Tuhan.
Sudah tentu bahwa hubungan itu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada upaya untuk memelihara, merawat hubungannya dengan Tuhan.
Daud percaya bahwa dalam tangan Sang Gembala agung itu Ia Takkan berkekurangan, oleh karena Sang Gembala membaringkannya di padang yang berumput hijau, membimbingnya ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya.
Daud sungguh-sungguh menggambarkan sebuah keutuhan hidup di dalam Tuhan. Bahwa Ia sedang berada dalam perlindungan Tuhan yang tidak main-main.
Bahwa apa yang ia terima dari Tuhan sudah cukup. Dan kecukupan yang ia rasakan bukan menurut ukurannya melainkan menurut ukuran Tuhan.
Takkan kekurangan aku tidak berarti bahwa ia tidak akan lagi mengalami berbagai tantangan dan persoapan hidup, ia toh masih harus berhadapan dengan tanggungjawab yang besar,
berhadapan banyak musuh dan bahaya yang mengancam. Tetapi ia yakin bahwa ia sedang berjalan bersama Tuhan .
Kalimat ia menyegarkan jiwaku dalam terjemahan Ibrani artinya: Ia membawa pulang semangat hidupku, bahkan ia membawa pulang nafas hidupku.
Hal itu sungguh-sungguh Daud alami. Bukankah ia berkali-kali ada dalam kejaran Saul yang terus menaruh dendam kesumat terhadap Daud?
Bahkan berulang kali pedang Saul nyaris merenggut nyawanya? Tetapi ia sungguh yakin bahwa Tuhan melindunginya.
Karena itu di ayat 4 Daud mengatakan: sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.
Ini merupakan sebuah testimoni Daud, bahwa penyertaan Tuhan adalah sebuah kepastian.
Sebagai orangtua maupun anak-anak, kita mesti bersyukur bahwa
Tuhan telah memberi kesempatan kepada anak-anak kita untuk menempuh pendidikan mereka mulai dari tingkat Dasar hingga Menengah Atas.
Jika anak-anak kita dapat melewati semua itu hingga hari ini, maka kitajuga dapat berkata seperti Daud:
"Tuhan adalah gembalaku: takkan kekurangan aku".
Tidak kekurangan sukacita, tidak kekurangan harapan, tidak kekurangan kasih, tidak kekurangan pengampunan, oleh karena Tuhan mencukupkan baginya.
Bahwa kasih dan penyertaan Tuhan melebihi semua berkat-berkat yang diterima, bahkan melebihi kekuarangan, kekhawatiran, bahkan penderitaanatau kekecewaan dan banyak hal lain.
Penyertaan dan janji Tuhan adalah sebuah kepastian bagi setiaporang percaya.
Menarik pada ayat 4: sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab gadamu dan tongkatmu itulah yang menghibur aku.
Daud tidak merasa takut, bukan karena dia telah kehilangan rasa takut, bukan juga karena dia pernah mengalahkan Goliat, bukan juga karena berbagai kemenangannya mengalahkan musuh, karena itu dia anggap enteng... dan bilang, itu kecil.....
(Bukan pakai istilah yang biasa orang pake, otak ke tiga alias otak Rote, atau beta maju smua rata, samua diam). Tetapi karena Tuhan. Sekali lagi karena Tuhan.
Ia percaya bahwa lembah kelelaman bukanlah tempat yang permanen, tetapi lembah itu dijumpai dalam perjalanan.
Dan itu resiko sebuah perjalanan. Gada dan tongkat melambangkan kuatnya penyertaan Tuhan, dan arah yang benar yang mesti ia lewati agar tidak tersesat dan jatuh.
Bahkan pada puncaknya, Daud menggambarkan sebuah keadaan yang tidak lazim: Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku:
Daud sungguh yakin bahwa ketika ia tak berdaya, terancam harga dirinya, bahkan nyawanya, ia masih dapat menikmati ketenangan.
Ketenangan yang lahir dari jiwanya dan bukan dari luar dirinya. Oleh karena itu di hadapan musuh-musuhnya sekalipun, ia merasa tenang.
Kita semua, baik orangtua maupun anak-anak kita, kita sedang ada dalam perjalanan.
Yakinlah bahwa sekalipun kadang kita berada dalam lembah kekelaman, tapi kita tidak berjalan sendiri, tetapi Ia ada bahkan menjadi pemandu perjalanan.
Lembah kekelaman dapat juga melambangkan penderitaan hidup, sakit penyakit, bahkan kematian yang mengancam.
Tetapi sebagaimana Daud meyakini, penyertaan Tuhan melalui gada dan tongkatNya, Ia juga akan terus menyertai dan melindungi dari setiap ancaman.
Deitrich Boenhoffer seorang teolog Jerman pernah mengatakan: Hanya Tuhan yang pernah mengalami penderitaan dan kematianlah yang akan akan sanggup memahami penderitaan umat manusia.
Hanya Yesus yang pernah menderita dan mati akan memahami dan memberikan penghiburan kepada kita semua, bahkan kepada setiap orang percaya.
Akhirnya ada sebuah konklusi yang sangat indah di ayat 6:" Kebaikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku dan aku akan diam dalam rumah Tuhan seumur hidupku".
Dalam bhs Ibrani: Kata "Radap" atau mengikuti seringkali dipakai dalam konteks mengejar musuh.
Kalau selama hidupnya, Daud dikejar oleh musuh-musuhnya, sekarang Daud dikejar oleh kebaikan dan kemurah Tuhan. (luar biasa).
Dan untuk semua kebaikan yang telah ia terima itu, ia berkata: Aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Tinggal dalam rumah Tuhan artinya: memiliki hubungan yang tetap dengan Tuhan.
Yakinlah bahwa kebaikan dan kemurahan Tuhan akan terus mengikuti kehidupan dan masa depan anak-anak kita, dan itulah jaminan bagi masa anak-anak kita. Jaminan bagi setiap orang percaya. Amin. (*)