Renungan Harian

Renungan Harian Kristen Protestan, Senin 20 Mei 2019, "Perempuan Sederhana dan Berhati Mulia"

Renungan Harian Kristen Protestan, Senin 20 Mei 2019, "Perempuan Sederhana dan Berhati Mulia"

Editor: Eflin Rote
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA 

Renungan Harian Kristen Protestan Senin 20 Mei 2019

Oleh: Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh Ma

--

Ternyata hanya butuh dua perempuan sederhana dan satu putri berhati mulia untuk selamatkan calon pemimpin bangsa

Bersyukur karena kita masih diberi kesempatan untuk bersekutu sebagai keluarga Allah.

Tentu kita sepakat bahwa banyak orang tua berjuang untuk masa depan anak-anaknya.

Banyak orangtua yang rela berpisah dengan anak-anaknya untuk menjadi TKW/TKI demi menghidupi anak-anaknya.

Akan tetapi tidak dapat disangkali juga bahwa banyak anak diperlakukan sangat buruk oleh orangtuanya. Banyak kali kita menyaksikan kekerasan dan penelantaran terhadap anak-anak, bahkan ada bayi yang disiksa dan dibunuh oleh ibunya.

Bacaan kita hari ini Keluaran 2:1-10 juga berbicara tentang orangtua Musa yang berjuang untuk menyelamatkan Musa dari ancaman kematian dari penguasa Mesir yang lalim dan kejam.

Cerita itu diawali dari kisah Yusuf. Setelah Yusuf, raja Muda Mesir keturunan Yahudi meninggal, sikap orang Mesir berubah.

Firaun, Penguasa baru Mesir, sama sekali tidak memperhitungkan jasa-jasa Yusuf bagi bangsa Mesir ketika berhasil mengatasi bahaya kelaparan, dan tetap mempertahankan Mesir sebagai negara yang kuat secara ekonomi ditengah keterpurukan bahaya kelaparan. Tapi semua kebaikan itu dibayar dengan kepahitan bagi orang Israel.

Mereka ditindas dan diperbudak, bahkan untuk menghentikan jumlah penduduk Yahudi yang bertambah maka Firaun mengeluarkan  perintah untuk membunuh setiap anak laki-laki dari bangsa Ibrani yang baru lahir.

Ada ketakutan dari dalam diri Firaun tentang bertambah banyaknya orang Ibrani di Mesir, salah satunya ialah jika terjadi peperangan bangsa Ibrani yang banyak itu bisa bersekutu dengan musuh dari bangsa Mesir (Keluaran 1:10).

Sehingga, ia memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong kelahiran perempuan Ibrani (Sifra dan Puah) untuk membunuh setiap anak laki-laki orang Ibrani (Keluaran 1:15-16).

Namun rencana Firaun ini gagal karena bidan-bidan ini tidak melakukan apa yang diperintahkan Raja.

Justru yang terjadi malah sebaliknya, orang Ibrani semakin berlipat ganda jumlahnya, sehingga Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya untuk membuang anak laki-laki yang lahir dari keturunan Ibrani. Dalam situasi yang demikian Musa lahir dan mengalami nasib yang sama.

Meskipun Musa dilahirkan dari keluarga yang saat itu berada dalam ancaman secara fisik maupun psikis tetapi ia berhasil bertumbuh menjadi seorang yang pemimpin yang hebat di kemudian hari.

Lolosnya bayi Musa dari Maut bukti bahwa Allah masih peduli dengan umatnya, dan betapa ajaibnya Tuhan Allah bekerja melalui para perempuan, mulai dari sang ibu Musa, Miryam sang kakak perempuan, dan gadis cantik berhati mulia yaitu putri Firaun.  Marilah kita melihat lebih jauh tokoh-tokoh perempuan hebat ini.

Pertama, Ibu Musa: Sebagai seorang ibu yang ada dalam tekanan dan ketakutan, Ibu Musa tidak pasrah dengan keadaan. Ia berupaya sebisa mungkin untuk menyelamatkan Musa, sekalipun tindakannya beresiko tinggi dan nyawa adalah taruhannya.

Saat menyembunyikan Musa, ia bisa saja dijatuhi hukuman mati oleh Firaun jika ketahuan.

Di sisi lain saat ia harus membuang Musa ke sungai Nil, tentu bertentangan dengan nurani sebagai seorang ibu yang mengandung dan melahirkan.

Sekalipun demikian, sebagai seorang ibu yang merasa bertanggung jawab atas kehadiran anak sebagai anugerah Allah, ia mengambil pilihan untuk berpisah dan seakan-akan “kehilangan Musa”, tetapi tidak dengan cara banyinya mati dibunuh jika ditemukan oleh para tentara Firaun.

Ini menyadarkan kita sebagai para orang tua Kristen bahwa ‘mengasihi anak adalah tentang bertanggung jawab’. Bertanggung jawab melindungi dari berbagai jenis ancaman apapun.

Kedua, Miryam Sang Kakak perempuan: Dalam bacaan ini, terlihat jelas bahwa kakak perempuan Musa adalah seorang kakak perempuan yang meskipun masih kecil, tetapi penuh kasih, peduli dan bertanggung jawab.

Sikap yang ditunjukkan sang kakak perempuan Musa ini merupakan teladan dari ibunya. Ia melihat, merasakan, dan belajar dari sang ibu ketika bergumul merawat, melindungi dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan adiknya Musa.

Ini menjadi pembelajaran bahwa orang tua mesti menjadi teladan. Apa yang diteladankan itu akan memengaruhi cara hidup anak-anak. Apa yang ditanam, itulah yang akan dipetik.

Ketiga, Puteri Firaun: Sikap Putri Firaun sangat mengesankan. Sebagai ‘orang lain’ yang tidak memiliki hubungan darah, ia mampu menunjukkan kasih yang besar yang mungkin tidak mampu dilakukan perempuan Ibrani lainnya.

Bahkan kasih yang besar mengalahkan kepatuhannya untuk melakukan perintah sang ayah yang disadarinya bukan suatu hal yang benar. Tentu ada resiko yang harus dia tanggung jika ketahuan sang ayah.

Sikap Puteri Firaun mengajarkan kepada kita bahwa kasih bukan hanya tentang pertalian darah, tapi kasih menembus segala perbedaan.

Oleh karena itu kita juga dapat melakukan kebaikan bagi mereka yang tidak memiliki hubungan darah dengan kita. Menjadi sahabat bagi anak-anak jalanan, anak-anak panti asuhan, etc.

Istri saya selalu mengatakan: “Kebaikan tidak pernah pulang kosong”. Kebaikan yang kita buat mungkin bisa dilupakan manusia, tetapi akan diingat Tuhan.  Hari ini jika kita melakukan kebaikan dan kita melupakannya, tetapi kebaikan akan terus berbuah dan suatu saat anak-anak atau cucu-cucu kita akan merasakan dan menikmatinya.  

Pembaca yang budiman kita melihat bahwa rencana penyelamatan bangsa Israel diprakarsai oleh 3 perempuan. Ibu Musa, Kakak perempuannya dan Putri Firaun.

Itu tidak berarti ayah Musa atau laki-laki tidak berperan, tetapi ceritera ini memperlihatkan dengan jelas perjuangan kaum perempuan untuk sebuah kehidupan.

Melalui ketiga tokoh perempuan hebat ini, Tuhan Allah menyelenggarakan karya penyelamatan-Nya kepada umat pilihan-Nya, Israel.

Kisah ini menunjukkan bahwa ketika sang penindas sedang berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan  bangsa Israel, Tuhan Allah justru mempersiapkan sarana penyelamatan dan mempersiapkan lahirnya pemimpin Israel yang kemudian menjadi pemimpin yang hebat dan dikenang bukan saja bangsa Israel tetapi seluruh bangsa di dunia.

******

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved