Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan, Sabtu 11 Mei 2019

Bagi Yesus Kepatuhan pada hukum harus dilandasi pada ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama dan. bukan pelaksanaan hukum secara lahiriah.

Editor: Ferry Jahang
Dok Pribadi
Dr. Messakh Dethan 

Renungan Harian Kristen Protestan, Sabtu 11 Mei 2019
Oleh: Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh

"Pembaharuan Hati dan Motif Batin Jauh Lebih Penting dari Sekedar Pelaksanaan Aturan"

DALAM ajaran-ajaranNya tentang tabiat manusia Yesus lebih menekankan kepada pembaharuan hati. Pembaharuan hati lebih penting dari pada sekedar penyesuaian lahiriah dengan hukum-hukum.

Bagi Yesus Kepatuhan pada hukum harus dilandasi pada ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama dan. bukan pelaksanaan hukum secara lahiriah.

Jadi sikap batin atau sikap hati manusia yang mendorong orang melakukan suatu perbuatan, bukan karena ada aturan yang memaksannya.

Sehingga sebuah perbuatan menjadi baik atau tidak baik, sedikit banyak juga bergantung pada motif yang mendasari perbuatan tersebut.

Ambil contoh seseorang pemuda memakai helm, bukan karena sekadar ia takut pada polisi atau karena ia harus patuh pada aturan lalu lintas,

tetapi karena sikap batin dan motif yang mendasari dia memakai helm karena ia mau menjaga keselamatannya sendiri

dan karena ia sayang pada orang tuanya yang telah dengan susah payah membesarkannya atau kekasihnya yang selalu rindu untuk mendengar cerita lucu dan sikap-sikap humorisnya.

Sebab jika pemuda itu hanya sekadar takut pada polisi dan harus patuh pada aturan lalu lintas, maka ia akan melawan dan tidak memakai helm,

kalau ia merasa yakin bahwa polisi tidak sedang mengadakan razia, dan tidak ada orang yang menegakan aturan di jalan raya pada waktu ia berkedaraan motor.

Jadi pemuda itu pakai helm karena motif dan sikap batin dia untuk menjaga keselamatannya dan rasa cinta pada orang lain dan dirinya sendiri.
Dalam hubungan dengan pertobatan maka menurut Yesus pertobatan berarti perubahan hati dan bukan sekedar sikap yang patuh kepada aturan-aturan saja.

Pertobatan adalah penyerahan hati dan kehendak manusia kepada Tuhan.

Rasa hormat dan kasihnya pada Tuhan yang telah menganugerahkan keselamatan itu yang menjadi dasar pertobatan dan sikap moral etis dalam kehidupan keseharian dari seseorang.

Penekanan pada dialektika anugerah Allah pada satu pihak dan tuntutan pelaksanaan Hukum Taurat pada pihak lain ini juga yang menjadi perhatian Paulus dalam Roma 5:17-21.

Sejalan dengan ajaran Yesus Paulus juga menekankan anugerah Allah yang menjadi motif untuk taat pada hukum, dan bukan sebaliknya melaksanakan hukum supaya dapat anugerah.

Dalam bahasa khas Paulus landasan keselamatan satu-satunya adalah anugerah Allah, dan bukan pelaksanaan hukum Taurat.

Taurat bukan jalan untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi karena anugerah keselamatanlah maka orang mau melaksanakan hukum Taurat.

17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.

19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,

21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Dalam bacaan ini Paulus membandingkan antara Adam dan Yesus. Karena dosa adam semua orang turut berdosa, tetapi karena Yesus semua orang berdosa turut diselamatkan.

Bagi Paulus Taurat bukanlah jalan keselamatan, melainkan hanya melalui anugerah dalam Kristus. Dengan adanya Taurat bukannya hidup manusia jadi baik, justru semakin banyak pelanggaran terhadapnya (Roma 5: 20).

Paulus mengkritik orang Yahudi yang terlalu mengutamakan Taurat dan mengabaikan keselamatan yang dibawah olehYesus. Dalam Roma 2:17-22 Paulus dengan tegas dan keras mengeritik orang Yahudi yang demikian:

"Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah,

18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak,

19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan,

20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran.

21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?

22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?"

Paulus, dari pengalamannya juga sebagai keturunan orang Yahudi, Taurat itu menurutnya tidak ada artinya apa-apa bila dibandingkan dengan karya Allah dalam Kristus.

Paulus merasa pengalaman hidupnya dibawah tuntunan Taurat malah sebagai sampah belaka, hal ini ia katakan dalam Filipi 3:8-9:

8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.

Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Para Rabi Yahudi telah mengajarkan dan menafsirkan Taurat sampai detailnya yang sekecil-kecilnya, bahkan sampai bagaimana seorang lelaki harus kencing pun itu diatur dalam Taurat,

sehingga Taurat adalah ratusan ribu aturan yang malah menjadi beban yang memberatkan orang Yahudi. Hal-hal semacam inilah yang dikritisi baik oleh Yesus maupun Rasul Paulus.

Itu sebabnya sebagai orang Kristen kita mendidik diri kita, anak-anak kita atau keluarga kita bukan dengan ratusan ribu aturan macam-macam yang memberatkan dan membebani,

yang pada akhirnya tidak dijalankan sama sekali, dan malah dilanggar terus-menerus, tetapi kita mendidik diri kita dan keluarga kita atau siapa saja untuk hidup dalam anugerah dan kasih, yang merupakan dasar segala aturan itu.

Pendidikan moderen dan terutama pendidikan Kristen sudah semestinya berlandaskan pada Kasih dan Anugerah Allah.

Kita berbuat kebaikan dan menunjukan sikap etis yang baik bukan karena kita diancam oleh senjata, atau ancaman pukulan rotan bagi anak-anak, atau karena denda dan cacian yang menghampiri kita,

tetapi kita menjalankannya karena kasih. Kasih pada istri atau suami, pada saudara dan anak-anak kita, kasih pada negara, etc.

Oleh karena itu benar kalau Franz Magnis Suseno dalam buku terbarunya berjudul "Menjadi Manusia, Belajar dari Aristoteles", mengatakan untuk menghasilkan pribadi beretika sama sekali tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan, melainkan sukacita dan kegembiraan.

"yang lebih diperlukan untuk menghasilkan pribadi yang beretika adalah pembiasaan. Dan karena itu para orangtua diingatkan bahwa dalam mempraktikkan pembiasaan itu, anak tak perlu dipaksa-paksa.

"Anak tak perlu dipaksa berlaku etis, tapi bagaimana mereka dibantu agar mereka merasa gembira saat berbuat baik dan sedih saat berbuat buruk", demikian Romo Magnis.

Romo Magnis memberi beberapa contoh kecil, yang dianggapnya sebagai tragedi zaman.

"Inilah tragedi zaman yang penuh kelimbahan material bagi sebagian
orang: di sekolah anak-anak diajari berbagai keutamaan hidup, menghormati orang lain, berlaku hemat,

tapi di rumah mereka dibiarkan menyuruh pembantu di rumah semau "gue", menyantap makanan berlebih dan membuangnya saat tak sanggup menghabiskannya."

Karena itu orang Kristen siapa pun dia bagaimana mengajarkan diri sendiri atau anaknya, atau keluarga untuk gembira melakukan yang baik dan selalu melihat segala sesuatu dalam kaca mata positif. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Jauh lebih penting dalam hidup ini adalah kita masih bisa bersyukur pada anugerah yang kita peroleh dari Tuhan,

dan belajar untuk tidak mengeluh atau iri hati dan apalagi membanding-bandingkan dengan kelebihan yang diperoleh sesama kita, sementara kita merasa selalu kurang.

Pembaca yang budiman, saya kutip beberapa kata bijak bukan dari pikiran saya tetapi dari yang orang sudah tulis atau bicarakan dalam berbagai kesempatan sebagai penutup:

"Hari ini sebelum Anda berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar, ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara; Sebelum Anda mengeluh mengenai cita rasa makananmu, ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan;

Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau isterimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup dalam belum mendapatkannya;

Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidupmu, ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke surga;

Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anakmu, ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya;

Sebelum Anda bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai, ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan;

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh, ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama;

Dan ketika Anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, ingatlah akan para pengangguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu;

Sebelum Anda menuding atau menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan;

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini". (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved