Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan, Sabtu 11 Mei 2019

Bagi Yesus Kepatuhan pada hukum harus dilandasi pada ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama dan. bukan pelaksanaan hukum secara lahiriah.

Editor: Ferry Jahang
Dok Pribadi
Dr. Messakh Dethan 

21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?

22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?"

Paulus, dari pengalamannya juga sebagai keturunan orang Yahudi, Taurat itu menurutnya tidak ada artinya apa-apa bila dibandingkan dengan karya Allah dalam Kristus.

Paulus merasa pengalaman hidupnya dibawah tuntunan Taurat malah sebagai sampah belaka, hal ini ia katakan dalam Filipi 3:8-9:

8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.

Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Para Rabi Yahudi telah mengajarkan dan menafsirkan Taurat sampai detailnya yang sekecil-kecilnya, bahkan sampai bagaimana seorang lelaki harus kencing pun itu diatur dalam Taurat,

sehingga Taurat adalah ratusan ribu aturan yang malah menjadi beban yang memberatkan orang Yahudi. Hal-hal semacam inilah yang dikritisi baik oleh Yesus maupun Rasul Paulus.

Itu sebabnya sebagai orang Kristen kita mendidik diri kita, anak-anak kita atau keluarga kita bukan dengan ratusan ribu aturan macam-macam yang memberatkan dan membebani,

yang pada akhirnya tidak dijalankan sama sekali, dan malah dilanggar terus-menerus, tetapi kita mendidik diri kita dan keluarga kita atau siapa saja untuk hidup dalam anugerah dan kasih, yang merupakan dasar segala aturan itu.

Pendidikan moderen dan terutama pendidikan Kristen sudah semestinya berlandaskan pada Kasih dan Anugerah Allah.

Kita berbuat kebaikan dan menunjukan sikap etis yang baik bukan karena kita diancam oleh senjata, atau ancaman pukulan rotan bagi anak-anak, atau karena denda dan cacian yang menghampiri kita,

tetapi kita menjalankannya karena kasih. Kasih pada istri atau suami, pada saudara dan anak-anak kita, kasih pada negara, etc.

Oleh karena itu benar kalau Franz Magnis Suseno dalam buku terbarunya berjudul "Menjadi Manusia, Belajar dari Aristoteles", mengatakan untuk menghasilkan pribadi beretika sama sekali tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan, melainkan sukacita dan kegembiraan.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved