Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Minggu 12 Mei 2019 ''Pengalaman Masa Lalu adalah Kekuatan Masa Depan''

Renungan Harian Kristen Minggu 12 Mei 2019 ''Pengalaman Masa Lalu adalah Kekuatan Masa Depan''

Editor: maria anitoda
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Renungan Harian Kristen Minggu 12 Mei 2019 ''Pengalaman Masa Lalu adalah Kekuatan Masa Depan'' 

Renungan Harian Kristen Protestan

Minggu 12 Mei 2019

Oleh: Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

''Pengalaman Masa Lalu adalah Kekuatan Masa Depan''

“Bapak pendiri bangsa Indonesia, Ir Soekarno pernah mengatakan bahwa “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”.

Ungkapan Soekarno ini hampir mirip dengan salah satu pesan Musa kepada bangsa Israel di seberang sungai Yordan, sebagaimana yang dikisahkan dalam Ulangan 1-18.

Teks ini menjadi inti pemberitaan di seluruh GMIT pada minggu ke dua perayaan bulan Bahasa dan budaya yang ditetapkan GMIT, dengan tema: “KEBUDAYAAN MEWUJUDKAN NILAI SEJARAH DAN KEMANUSIAAN” dengan menggunakan liturgy Etnis Rote.

Saya yakin kita semua di sini memiliki pengalaman di masa lalu.

Tidak mungkin kita tidak memiliki pengalaman, kecuali bagi mereka yang sudah beristirahat dengan tenang alias mati. Heheheh.

Masing-masing kita di sepanjang usia kita ini memiliki berbagai pengalaman baik yang menyedihkan maupun menggembirakan.

Tidak ada orang yang hidupnya hanya susah terus, atau senang terus.

Pasti dua peristiwa itu pernah kita alami, meskipun kadang tidak berimbang.

Sebuah pepatah yang mengatakan, “pengalaman adalah guru terbaik,”

Artinya sering kali Tuhan memakai masa lalu kita, baik susah atau senang, kesuksesan atau kegagalan, menjadi pembelajaran bagi kita di masa depan.  

Rentetan peristiwa di masa lalu itulah yang sering kita sebut sejarah.

Dan sejarah hidup yang kita lalui itu tidak terjadi di sebuah ruang hampa, tetapi terjadi dalam kebudayaan tertentu sesuai tempat dimana kita hidup.

Hari ini kita diajak untuk belajar dari sejarah hidup bangsa Israel yang akan memasuki tanah Kanaan, Tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka sejak turun temurun melalui bapak leluhur mereka Abraham (Kejadian 12:1 dst).

Kitab ini disebut Kitab Ulangan oleh karena apa yang mau Musa katakan kepada Bangsa Israel adalah kata-kata yang diucapkan ulang oleh Musa kepada seluruh orang Israel oleh karena orang-orang dari generasi pada waktu perkataan-perkataan atau hukum itu pertama kali disampaikan semuanya sudah meninggal.

Perkataan-perkataan dan hukum-hukum itu perlu disampaikan ulang supaya generasi baru yang akan masuk tanah Kanaan tetap hidup dalam iman.

Tetap setia kepada Tuhan Allah yang sudah menuntun mereka keluar dari Mesir dengan pengalaman-pengalaman yang  menakjubkan.

Waktu lalu Musa sudah mengatakan perkataan-perkataan ini selama dari orang Israel mengembara di padang gurun.

Di seberang sungai Yordan, atau lebih tepat di perbatasan antara kehidupan sebagai bangsa yang berkelana di padang gurun dan kehidupan sebagai orang-orang yang menetap di Kanaan, Musa sudah mengatakan perkataan-perkataan ini.

Musa sebagai seorang pemimpin ingin mengingatkan kepada generasi yang baru ini agar mereka tidak melupakan sejarah.

Sejarah yang dimaksud adalah sejarah keselamatan Allah, dimana oleh anugerahNya Ia telah menunjukkan kasihNya kepada Abraham dan mengikat perjanjian dengannya dan menjamin keselamatannya dari generasi kepada generasi.

Dan karena kasih setiaNya dan mengingat akan perjanjianNya itu bangsa Israel telah dibebaskan dari perbudakan di Mesir.

Musa sadar bahwa ia sendiri tidak akan masuk Kanaan bersama para tua Israel yang lahir di Mesir.

Ia akan mengalihkan  kepemimpinannya pada Yosua yang akan memimpin generasi Israel yang baru itu memasuki tanah Kanaan.

Kepemimpinan Musa akan berakhir tetapi kepemimpinan Tuhan terhadap umat-Nya akan terus berlangsung.

Sebagai tindakan akhir melimpahkan kepemimpinannya kepada Yosua, Musa menyampaikan pidato perpisahan yang penuh haru dan mengandung pelajaran yang bermakna.

Musa seperti seorang Kakek atau Opa yang tidak mau cucu-cucunya melupakan sejarah perjalanan umat yang dan pemeliharaan Tuhan yang luar biasa dalam hidup mereka, sehingga ia merasa penting untuk mengingatkan mereka.

Mungkin diantara kita pernah dengar nasihat orangtuanya untuk hidup basayang, hidup takut Tuhan, sebelum orangtuanya meninggal.

Seperti itulah yang dilakukan Musa.

Di dalam Ulangan 1: 6-7 Musa mengingatkan umat Israel untuk pergi ke pegunungan Amori dan sekitar Araba Yordan.

Umat Israel harus pergi ke daerah itu, masuk dan menguasainya sebab daerah itu akan diserahkan Tuhan kepada mereka sesuai janji Tuhan.

Meskipun di tempat itu mereka akan berjumpa dengan orang-orang yang kuat, secara fisik orang-orangnya berperawakan tinggi besar, kuat dan hebat serta menggetarkan.

Tidak mudah untuk tunduk dan ditaklukkan bila terjadi peperangan.

Namun umat Israel tidak perlu takut atau gentar terhadap orang-orang Amori dan sekitarnya.

Oleh karena apa? Oleh karena kekuatan Israel ada pada Tuhan yang tidak pernah meninggalkan mereka.

Tuhan yang selalu bersama mereka dan yang setia menepati janji-Nya seperti yang telah diberikan pada Abraham, Ishak dan Yakub.

Bahwa Tangan Tuhan yang kuat Kuasa itu TELAH membawa mereka keluar dari perhambaan Firaun di Mesir dan SEDANG menyertai mereka dalam pengembaraan dan AKAN membawa mereka masuk sebagai pemenang di tanah perjanjian itu.

Janji Allah itu tidak akan gagal. Allah terus menyertai Israel dalam perjalanan waktu.

Hari demi hari telah mereka lalui dalam berbagai pergumulan suka-duka karena Tuhan setia bersama mereka.

Mereka harus belajar dari sejarah bahwa Allah yang sama itulah yang akan menyertai mereka.

Pembaca yang budiman ada beberapa hal yang dapat kita renungkan bersama hari ini:

Pertama:

Apa yang disampaikan Musa, bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel yang akan memasuki Tanah Kanaan, tetapi saya dan saudara-saudara juga diingatkan bahwa Allah yang menyertai bangsa Israel pada zaman dulu, juga tetap menyertai saya dan saudara-saudara hingga saat ini.

Kesetiaan Allah tidak berubah, yang berubah adalah hati manusia.

Contoh ketika bangsa Israel kekurangan air, mereka mengeluh.

Mereka merasa Tuhan tidak baik, tetapi Tuhan yang sama itu terus ada dan menyertai mereka.

Kita juga memiliki sejumlah pengalaman bersama Tuhan.

Pengalaman-penglaman itu sangat baik untuk kita ingat kembali dan menguatkan iman kita.

Tidak semua pengalaman menyenangkan, tetapi dengan iman yang teguh, kita akan menemukan banyak hal baik dari pengalaman yang menyakitkan sekalipun.

Kedua:

Kalau Musa telah mewujudkan tanggungjawabnya untuk mengingatkan kepada bangsa Israel tentang kasih dan kebaikan Tuhan kepada  generasi yang akan melanjutkan perjalanan mereka masuk tanah Kanaan, maka sejarah penyelamatan Allah itu mesti kita teruskan juga kepada generasi berikut.

Kita harus menceriterakan kepada anak-anak atau cucu-cucu dan semua orang yang ada di sekitar kita, bahwa kasih Tuhan yang pernah kita alami tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.

Namun kita sendiri mesti sungguh-sungguh percaya akan kasih dan penyertaan Tuhan yang terus berlangsung turun temurun.

Kita dapat menceriterakan pengalaman-pengalaman hidup kita bersama Tuhan, agar mereka juga memiliki iman yang sama.

Tantangan bagi kita, tidak semua ceritera kita akan didengar oleh anak-anak dan cucu kita yang hidup dalam jaman yang berbeda yakni jaman milenial ini sebagai sebuah kesaksian iman.

Malah mereka akan mengolok-olok.

Tugas kita terus mengulang pengalaman-penglaman iman itu hingga menjadi sebuah warisan iman.

Kekayaan atau harta benda yang kita wariskan kepada anak atau cucu kita akan habis pada generasi ketiga.

Malahan harta benda itu kalau tidak dikelola dengan baik hanya bertahan 1 hari saja di meja judi.

Akan tetapi warisan iman akan jauh lebih bertahan.

(ingat ceritera ASaf yang secara turun temurun melayani di bait Allah sebagai penyanyi dari generasi ke generrasi dalam kitab 1 Tawarikh 16:7 dst).

Tentu tantangan bukan saja dari pendengar, tetapi juga kadang datang dari diri kita sendiri.

Mungkin masing-masing kita pernah dipersulit dalam hidup kita dan diperlakukan dengan tidak adil, tetapi ketika mengalami itu kita masih merasakan kasih dan pemeliharaan Tuhan.

Maka hal ini hendaknya menjadi suatu kesaksian bagi orang lain atau bagi keluarga kita.

Kita wajib  menceriterakan pengalaman iman bersama Tuhan, bahwa walau dalam kesulitan karena ulah orang lain, tetapi kasih Tuhan tidak pernah hilang dari hidup kita.

Dan bukan sebaliknya mendendam dan mengajari keluarga kita bagaimana cara membalas dendam terhadap orang yang menyakiti kita.

Rantai kebencian hanya dapat diputuskan dengan pengampunan dan kasih bukan dengan kebencian. 

Mari kita teruskan ceritera indah agar baik kita maupun generasi masa kini tetap hidup dalam percaya akan Tuhan dan setia melaksanakan kehendak Tuhan dalam hidup kita semua.

Pengalaman masa lalu bersama Tuhan adalah kekuatan kita untuk menjalani masa depan. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved